Liputan6.com, Medan Juru bicara (Jubir) Timnas AMIN Bakhtiar Ahmad Sibarani merespons santai soal Anies Baswedan yang dilaporkan ke Bareskrim Polri karena menggunakan akronim “AMIN” dalam kampanye. Bakhtiar Sibarani menyebut aduan itu hanya untuk mencari sensasi.
"Kita melihat aduan ini hanya mencari sensasi saja," kata Bakhtiar Sibarani di Medan, Sabtu (23/12/2023).
Baca Juga
Disebutkan Bakhtiar, kata “AMIN” itu adalah singkatan dari Anies-Muhaimin. Karena hal itu, menurutnya penggunaan AMIN untuk Anies-Muhaimin bukanlah suatu masalah.
Advertisement
"Itu kan dari kata Anies dan Muhaimin, makanya AMIN. Kan tidak ada yang salah," sebutnya.
Dikatakan Bakhtiar Sibarani, orang-orang di Indonesia banyak yang bernama Amin. Jika hal akronim “AMIN” itu menjadi masalah, harusnya pihak yang mengadukan itu juga mengadukan semua orang yang bernama Amin.
"Amin di dunia ini kan banyak, laporkan lah itu semua. Ada-ada saja," ucap Ketua DPP NasDem tersebut.
Bupati Tapteng Periode 2017–2022 itu memastikan pihaknya tidak akan menanggapi serius persoalan aduan itu. Bakhtiar memastikan, pihaknya akan fokus pada pemenangan AMIN di Pilpres 2024.
"Kita fokus aja ke pemenangan AMIN. Insyaallah, dengan gelombang dukungan saat ini, AMIN akan menjadi pemenang di Pilpres 2024," paparnya.
Dilaporkan
Calon Presiden (capres) nomor urut satu, Anies Baswedan, dilaporkan ke Bareskrim Polri lantaran diduga melakukan penistaan agama karena menggunakan akronim AMIN untuk berkampanye.
Anies dilaporkan oleh organisasinya Forum Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, pada Jumat, 22 Desember 2023.
Diketahui akronim AMIN digunakan untuk pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
"Jelas bahwa dijelaskan dalam hadits-hadits bahwasanya penggunaan kata Amin ini adalah penggunaan kata suci, penggunaan harapan kita terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Koordinator Forum Aktivis Dakwah Kampus Indonesia, Umar Segala.
Advertisement
Alasan Dilaporkan
Umar mengatakan, kata AMIN juga memiliki makna yang sama bagi agama-agama lain di Indonesia. Dia pun menganggap Anies melakukan politisasi agama, karena menggunakan akronim tersebut.
"Ini adalah sebuah politisasi yang sangat tidak berguna. Politisasi rendah, bahwasanya politisasi agama masih dilakukan untuk mendapatkan suatu kepentingan publik di era demokrasi ini," jelasnya.
Selain akronim tersebut, Umar juga menyoroti aksi Anies ketika podcast bersama Ustaz Abdul Somad yang membahas soal tahiyat dengan gesture dua jari. Padahal, diketahui hanya ada satu jari yakni telunjuk yang dilakukan dalam gerakan salat tersebut.
"Bahwasanya Anies Baswedan telah mempermainkan gerakan salat. Beliau menunjukkan nomor 2, tapi dalam artian yang dijelaskan oleh beliau itu gerakan salat," tuturnya.
Pemilu Harus Bermartabat
Atas hal itu, dia berharap agar Polri dapat segera memproses kasus tersebut sehingga tidak memicu konflik horizontal di masyarakat. Karena, Pemilu harus dilaksanakan secara luber, jurdil, teduh, tertib, dan bermartabat.
"Tidak boleh ada capres yang menghalalkan cara untuk meraih simpati dan kemenangan," tukasnya.
Advertisement