Gunung Lewotobi Terus Erupsi, Jumlah Pengungsi Capai 4.315 Jiwa

Jumlah pengungsi korban erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, NTT, terus bertambah. Posko Penanganan Erupsi Lewotobi Laki-laki melaporkan, jumlah pengungsi mencapai 4.315 jiwa

oleh Ola Keda diperbarui 07 Jan 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2024, 14:30 WIB
Anak-anak di posko pengungsian pasca erupsi gunung Lewotobi Laki-laki (Liputan6.com/Ola Keda)
Anak-anak di posko pengungsian pasca erupsi gunung Lewotobi Laki-laki (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Flores Timur - Jumlah pengungsi korban erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus bertambah. Posko Penanganan Erupsi Lewotobi Laki-laki melaporkan, jumlah pengungsi mencapai 4.315 jiwa.

Mereka tersebar di sejumlah posko dan rumah warga yaitu posko Wulanggitang 986 jiwa, Desa Boru 474 jiwa, Desa Boru Kedang 308 jiwa.

Kemudian, Desa Pululera 530 jiwa, Desa Hewa 455 jiwa, Desa Watotikaile 27 jiwa, Desa Lamika 62 jiwa, Desa Tuakepa 47, Desa Ile Gerong 40, Desa Tanawahang 4 jiwa.

"Untuk di Desa Konga 1.197 jiwa, Desa Ile Noheng 120 jiwa, Desa Waiula 20 jiwa, Desa Watowara 22 jiwa," ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Ahmad Duli, kepada Liputan6.com, Minggu 7 Januari 2024.

Sementara untuk bayi 66 orang, balita 286 orang, ibu hamil 15 orang, ibu menyusui 45 orang, lansia 288 orang, dan difabel 4 orang.

Ahmad mengatakan, semakin hari pengungsian di beberapa titik mengalami peningkatan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah rasa kekhawatiran masyarakat terhadap aktivitas vulkanik.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pengungsi Terus Berdatangan

Suara gemuruh maupun lontaran abu vulkanik masih terjadi hingga hari ini. Dari peningkatan pengungsi itu juga berdampak pada dinamika jumlah hasil pendataan yang berbeda dari waktu ke waktu.

"Setiap hari pengungsi berdatangan terus karena gemuruh sehingga warga panik. Termasuk informasi yang membuat mereka takut,” kata Ahmad.

Ia menjelaskan, perbedaan data jumlah pengungsi bisa terjadi karena pengungsi belum terpusat. Selain itu, ada yang kemudian memutuskan untuk tinggal sementara di rumah kerabat.

"Dinamika jumlah pendataan selalu terjadi di setiap penanganan darurat bencana. Tapi hari ini data sudah semakin seragam,” katanya.

Ahmad menambahkan, seluruh upaya penanganan darurat bencana terus dimaksimalkan oleh pemerintah daerah setempat sesuai dengan prioritas.

"Pemerintah daerah sudah berupaya semaksimal mungkin. Sesuai dengan prioritas pelayan termasuk kelompok rentan. Jika ada yang kurang akan kami sempurnakan,” pungkas Ahmad.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya