Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menggelar rapat mendadak di Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Jumat (21/3/2025) usai Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, erupsi dahsyat pada Kamis malam (20/3/2025) pukul 22.56 WITA.
Hadir dalam rapat tersebut adalah Wakil Menteri Sosial Agus Jabo, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti serta Wakil Menteri Dikdasmen Atip Latipulhayat. Kemudian ada pula Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Gubernur NTT Melki Laka Lena, dan Bupati Flores Timur Antonius Doni Dihen.
Advertisement
Baca Juga
Dalam pertemuan lintas kementerian ini, Pratikno, menegaskan bahwa pemerintah akan fokus pada percepatan pembangunan hunian tetap bagi masyarakat yang terdampak erupsi. Diketahui saat ini total masyarakat yang berada di pengungsian ada 4.000 lebih.
Advertisement
Hunian tetap ini akan dibangun di Noboleto yang dapat diakses dengan kendaraan roda dua, dan cocok untuk relokasi warga dari Desa Dulipali (223 KK), Desa Nobo (415 KK), dan Klatanlo (346 KK). Lokasi ini berada di luar Kawasan Rawan Bencana (KRB) Lewotobi, sehingga dinilai aman.
"Jadi tadi kita bahas satu persatu secara detail koordinasi lintas kementerian, mana siapa melakukan apa, terus kemudian juga tadi kita sepakati juga, bagaimana langkah-langkah ini bisa dilakukan secepat-cepatnya tanpa menimbulkan masalah baru, baik itu masalah sosial maupun masalah lingkungan," kata Pratikno di Kantor PMK, Jumat (21/3/2025).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto mengatakan pemerintah fokus mempercepat pembangunan hunian tetap agar tidak ada warga yang terus-menerus tinggal di pengungsian dalam waktu lama.
"Jadi kita pemerintah pusat mengusahakan jangan sampai mereka tinggal di tempat pengungsian terus-menerus. Karena tentu saja tidak sehat," kata Suharyanto.
Sementara saat ini, kata Suharyanto ada 4.000 lebih masyarakat yang masih tinggal di pengungsian. Ia pun bersyukur seluruh masyarakat disiplin dan tidak ada yang kembali ke rumah masing-masing. "Sehingga ketika ada letusan besar, tadi malam sampai kurang lebih 8 km. Itu tidak mengakibatkan korban jiwa. Ada satu korban luka, tapi yang bersangkutan ini sedang berada di kebun," ujarnya.
Suharyanto mengatakan saat ini telah tersedia 90 kopel hunian sementara di kawasan tersebut. Setiap kopel dapat menampung 5 kepala keluarga (KK), sehingga total huntara yang tersedia mampu menampung hingga 450 KK.
"Tetapi yang baru menempati sekarang hanya 250 KK. Kemudian ditambah ada 13 KK, jadi 263 KK," kata dia.
Sehingga masih ada 27 kopel yang kosong akibat proses pemasangan instalasi listrik yang sedang berlangsung. Pemerintah menargetkan seluruh huntara dapat dihuni sebelum Lebaran.
"Harapannya sebelum Lebaran itu nanti sudah masuk semua," ujarnya.
Sementara, bagi warga yang memilih tinggal bersama keluarga atau saudara, pemerintah menyediakan bantuan berupa dana tunggu hunian. Bantuan ini diberikan sebesar Rp 600.000 per bulan selama enam bulan, dengan total Rp 3.600.000 per KK.
Rapat tersebut juga membahas soal akses pendidikan bagi anak-anak di pengungsiam sebab ada 26 sekolah di wilayah terdampak.
"Kami memastikan anak-anak tetap mendapat layanan pendidikan di ruang kelas darurat. Kami sudah bekerja sama dengan Dinas Pendidikan agar proses pembelajaran tetap berlangsung," ujar Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq.
Karena situasi darurat, kata dia, pemerintah melakukan penyederhanaan indikator capaian pembelajaran, dengan fokus pada materi-materi pokok dan wajib.
Sementara itu, dari sisi tenaga pengajar dinilai bisa terpenuhi dengan keberadaan guru di daerah terdampak.
"Dan kami ada UPT di Kupang basisnya itu BPPMP yang juga ikut mendampingi dengan Dinas Pendidikan setempat kemudian kami juga sudah mengirim sejumlah ribuan buku ya baik buku teks maupun buku bacaan ke tempat-tempat di mana anak-anak kita itu tinggal," ujarnya.
Di harapkan dengan upaya ini anak-anak tidak mengalami learning loss. "Harapan kami mereka tetap bisa mengikuti proses pembelajaran sehingga tidak terlalu ketinggalan dengan teman-temannya di tempat yang lain," ujar dia.
Masih Ada Warga yang Enggan Mengungsi
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Flores Timur, Avelina Manggota Hallan mengatakan, meski hampir semua rumah di wilayah Nurabelen dan Lewotobi tersiram abu vulkanik, namun warga setempat belum juga mengungisi.
"Sejauh ini belum ada yang mengungsi karena warga masih merasa aman," ujarnya, Jumat (21/3/2025).
Selama ini, beberapa desa seperti Nurabelen dan Lewotobi masuk wilayah aman dan tidak masuk dalam radius 7 km daerah rawan, sehingga tidak diungsikan ke rumah hunian sementara.
"Desa mereka memang di luar radius 7 km, tapi kemarin material letusannya ke arah selatan sehingga mereka juga terdampak. Banyak warga sempat lari tapi sekarang sudah kembali ke rumah," katanya.
Sementara, Kepala Desa Lewotobi, Tarsi Muda mengatakan letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki semalam, membuat wilayah itu dilanda hujan kerikil, pasir, dan abu. Walaupun sempat panik dan berlarian, namun warganya tidak mengungsi.
Ia mengimbau agar warga tetap tenang dan terus meningkatkan kewaspadaan serta selalu menaati imbauan pemerintah.
"Sempat berlarian saat ledakan semalam, tapi tidak mengungsi," katanya.
Letusan Dahsyat
Gunung Lewotobi Laki-Laki mengalami erupsi hebat pada Kamis malam (20/3/2025) pukul 22.56 WITA. Letusan ini menghasilkan kolom abu yang mencapai 8.000 meter di atas puncak gunung, atau sekitar 9.584 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal terlihat condong ke arah barat daya dan barat. Aktivitas vulkanik ini juga terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47,6 mm dan durasi sekitar 11 menit 9 detik.
Petugas Pos Pengamatan Gunungapi Lewotobi Laki-Laki menyatakan bahwa saat ini gunung tersebut berada pada status Level IV (Awas). Dengan kenaikan status ini, masyarakat serta wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 7 km dari pusat erupsi dan sektoral Barat Daya - Utara - Timur Laut sejauh 8 km.
Warga di sekitar kawasan Gunung Lewotobi Laki-Laki diminta untuk mewaspadai potensi banjir lahar hujan. Sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung, seperti di daerah Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote, berisiko mengalami aliran lahar saat hujan deras turun.
Selain itu, masyarakat yang terdampak hujan abu juga diimbau untuk menggunakan masker atau penutup hidung dan mulut guna menghindari gangguan pernapasan akibat paparan abu vulkanik.
"Kami meminta masyarakat tidak panik dan selalu mengikuti informasi resmi dari pihak berwenang. Jangan mudah percaya pada berita yang belum terverifikasi," ujar petugas Pos Pengamatan Gunungapi Lewotobi Laki-Laki.
Upaya Mitigasi Bencana
Kepala PVMBG Hadi Wijaya saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (21/3/2025) mengatakan, pihaknya telah melakukan langkah-langkah mitigasi sesuai prosedur. Langkah-langkah mitigasi yang sudah dilakukan antara lain, pemantauan intensif, yaitu dengan terus melakukan pemantauan visual dan instrumental secara real-time untuk mendeteksi perkembangan aktivitas vulkanik.
"Langkah kedua, peningkatan status dan rekomendasi. Kami telah menetapkan zona bahaya dan mengimbau masyarakat yang bermukim di dalam radius tersebut untuk mengungsi sementara," katanya.
Langkah mitigasi lainnya adalah dengan berkoordinasi dengan BPBD dan Pemda. "Kami aktif berkoordinasi dengan pihak daerah untuk evakuasi, penyediaan pos pengungsian, serta logistik,: kata Hadi.
Pihaknya juga tak lelah memberikan edukasi dan sosialisasi. Tim PVMBG, kata Hadi, bersama instansi terkait juga terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai potensi bahaya dan pentingnya mengikuti arahan resmi.
"Memang masih ada sebagian warga yang enggan mengungsi karena alasan ekonomi, ternak, atau keterikatan pada lahan. Namun, pendekatan persuasif terus dilakukan oleh aparat desa, BPBD, dan relawan, dengan dukungan data-data ilmiah dari kami," ungkap Hadi.
Terkait jalur mitigasi erupsi Gunung Lewotobi, pihak PVMBG juga telah lama menyiapka jalur evakuasi berdasarkan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB). Jalur ini disesuaikan dengan kondisi medan dan arah potensi bahaya letusan, seperti aliran lava, awan panas, atau guguran material.
Jika sewaktu-waktu Gunung Lewotobi erupsi besar, langkah-langkah mitigasi yang diambil untuk mengurangi risiko jatuhnya banyak korban jiwa, pihak PVMBG melakukan beberapa cara, antara lain langsung memberikan pesan radio HT ke relawan dan aparat desa yang sudah dilatih.
"Cara lainnya adalah dengan share grup WhatsApp atau SMS broadcast untuk menyampaikan informasi secara cepat," katanya.
Pihaknhya juga tak putus terus berkoordinasi dengan BPBD dan pemerintah daerah untuk penyebaran info melalui mobil keliling atau masjid.
"Kami juga rutin lakukan sosialisasi dan simulasi agar warga tahu apa yang harus dilakukan saat erupsi terjadi," katanya.
Sementara Pakar Mitigasi Bencana dari UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, menekankan bahwa penanggulangan bencana di kawasan ini harus dilakukan secara menyeluruh dan berbasis data terbaru.
Menurut Eko, erupsi pertama Gunung Lewotobi Laki-laki tercatat pada 4 November 2004, dengan letusan besar mencapai radius 9 kilometer dan maksimal 10 kilometer pada 9 November.
"Namun, sebenarnya aktivitas vulkanik sudah terjadi lebih awal dalam skala kecil," ujar Eko kepada Liputan6.com.
Erupsi terbaru menunjukkan perubahan pola dengan lontaran material hingga 4,5 kilometer yang berdampak pada peningkatan jumlah korban dan kerugian aset.
Eko menyoroti bahwa dalam erupsi ini, 9 orang meninggal dan sekitar 13.000 warga mengungsi, baik ke pos pengungsian maupun secara mandiri. "Ada pergeseran arah erupsi yang menyebabkan beberapa wilayah yang sebelumnya aman kini terkena dampak langsung," jelasnya.
Salah satu langkah penting dalam mitigasi bencana, menurut Eko, adalah memperbarui Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB).
"Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) saat ini sedang menyiapkan pembaruan peta KRB yang menjadi acuan utama bagi warga dalam menentukan apakah mereka bisa kembali ke rumah atau harus direlokasi," katanya.
Ia juga menekankan perlunya analisis lebih lanjut terkait risiko jatuhan material vulkanik. "Wilayah seperti Hokeng, yang sebelumnya relatif aman, kini mengalami kerusakan akibat pasir, kerikil, dan batuan besar yang terlontar hingga radius 5 kilometer," tambahnya.
Dalam menghadapi ancaman bencana, Eko menyarankan agar keputusan relokasi warga didasarkan pada analisis yang matang. "Tidak semua warga harus pindah. Perlu dipetakan daerah mana yang tetap bisa dihuni dengan adaptasi konstruksi, dan mana yang memang harus ditinggalkan demi keselamatan," ungkapnya.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya sistem evakuasi yang jelas bagi warga. "Pemerintah harus memastikan ada rencana evakuasi yang efektif, termasuk jalur evakuasi yang aman serta tempat perlindungan sementara yang memadai," kata Eko.
Eko juga menegaskan bahwa mitigasi bencana tidak hanya berhenti pada tahap darurat, tetapi juga harus menjadi bagian dari perencanaan tata ruang jangka panjang. "Hunian tetap bagi warga terdampak harus mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan ekologi. Tidak hanya sekadar aman, tetapi juga memungkinkan warga untuk tetap menjalankan kehidupan sehari-hari dengan layak," ujarnya.
Sebagai solusi, ia merekomendasikan konsep dua tempat tinggal bagi warga di kawasan rawan bencana. "Ketika status gunung normal atau waspada, mereka bisa tinggal di lokasi yang dekat dengan sumber mata pencaharian mereka. Namun, saat siaga atau awas, mereka harus memiliki tempat tinggal aman untuk mengungsi dalam jangka panjang," jelasnya.
Advertisement
Ganggu Penerbangan
Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki memengaruhi sejumlah penerbangan internasional ke Bali pada Jumat, 21 Maret 2025. Setidaknya tujuh penerbangan dibatalkan, dengan mayoritas maskapai yang terpengaruh adalah Jetstar dan Air Asia, yang menghubungkan Bali dengan Australia dan Kuala Lumpur.
Menurut pihak Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, abu vulkanik yang terhempas hingga sembilan kilometer ke udara memaksa pembatalan penerbangan tersebut, terutama pada rute internasional. Meskipun demikian, layanan penerbangan domestik dan internasional lainnya mulai pulih pada sore hari setelah kondisi erupsi membaik.
Kendati demikian, situasi ini mengingatkan kita akan pentingnya kesiapan menghadapi bencana alam, mengingat Indonesia yang terletak di Cincin Api Pasifik sangat rentan terhadap aktivitas vulkanik. Penumpang diimbau untuk terus memantau status penerbangan mereka dan berkoordinasi dengan pihak maskapai.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang terjadi pada Kamis (20/3/2025) malam menyebabkan terjadinya gangguan signifikan pada jadwal penerbangan. Abu vulkanik yang terbawa angin ke arah Bali menyebabkan setidaknya tujuh penerbangan internasional dibatalkan pada Jumat pagi. Jetstar, yang mengoperasikan sebagian besar penerbangan Australia-Bali, menjadi maskapai yang paling terdampak.
Jetstar mengonfirmasi bahwa penerbangan dari Australia menuju Bali, termasuk rute dari Melbourne dan Sydney, terpaksa dibatalkan pada Jumat (21/3/2025) pagi hari. Pihak maskapai menyatakan bahwa mereka terus memantau situasi dan akan menghubungi penumpang jika ada perubahan lebih lanjut.
“Pembatalan penerbangan tujuh pesawat, rata-rata maskapai Australia Jetstar itu, rutenya Australia-Bali atau terutama yang mau ke sini,” kata General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai Ahmad Syaugi Shahab.
Setelah pembatalan pagi hari, Jetstar mengumumkan bahwa mereka akan kembali melanjutkan penerbangan pada sore hari setelah kondisi membaik. Maskapai ini menjelaskan bahwa keselamatan menjadi prioritas utama dan bahwa semua perubahan jadwal akan diberitahukan melalui pesan SMS atau email.
Sementara itu, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali juga terus memantau situasi dan bekerja sama dengan otoritas terkait untuk memastikan kelancaran operasional bandara. Meskipun penerbangan internasional terganggu, operasional bandara tetap berjalan dengan lancar tanpa ada penutupan total.
Penumpang diminta untuk selalu memeriksa status penerbangan mereka sebelum berangkat ke bandara, karena situasi dapat berubah dengan cepat. Selain itu, Bandara Ngurah Rai juga memastikan bahwa komunikasi antara pengelola bandara, maskapai, dan penumpang akan terus berlangsung untuk mengurangi ketidaknyamanan yang terjadi.
Bandara di Larantuka dan Maumere Justru Normal
Bandara Gewayantana Larantuka, Kabupaten Flores Timur, dan Bandara Frans Seda Maumere, Kabupaten Sikka, justru berjalan normal.
Kepala Bandara Gewayantana Larantuka, Puguh Lukito mengatakan erupsi gunung Lewotobi malam tadi, tidak berdampak bagi penerbangan di bandara.
Berdasarkan data dari astam sesuai hasil papertes, pihaknya menyiapkan skema normal operasi.
"Arah angin ke utara barat daya sehingga sejauh ini masih aman, tidak terdampak sebaran abu vulkanik. Penerbangan normal operasi," katanya, Jumat 21 Maret 2025.
Tak hanya di bandara Larantuka, penerbangan di Bandara Frans Seda Maumere pun normal pasca erupsi gunung Lewotobi Laki-laki.
"Sejauh ini operasi Bandara Frans Seda normal," kata Kepala Bandara Frans Seda Maumere, Partahian Panjaitan.
Infografis Upaya Mitigasi Bencana Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki
Advertisement
