Modul Nusantara, Ajarkan Mahasiswa UGM Mengenal Budaya Ternate

Program pertukaran mahasiswa di kampus menjadi bagian dari ajang bagi mahasiswa untuk bertukar dan berbagi pengalaman serta menambah jejaring sesama mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Seperti halnya dengan kegiatan Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Modul Nusantara.

oleh Yanuar H diperbarui 14 Jan 2024, 23:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2024, 23:00 WIB
Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek menyelenggarakan 'Semarak Warna Budaya Nusantara (Swarna) Tahun 2023' di Monas, Jakarta Pusat pada hari ini, Sabtu (18/11/2023).
Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek menyelenggarakan 'Semarak Warna Budaya Nusantara (Swarna) Tahun 2023' di Monas, Jakarta Pusat pada hari ini, Sabtu (18/11/2023). (Ist)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Modul Nusantara merupakan program nasional Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang mengenalkan mahasiswa budaya Indonesia dengan merasakan kuliah di perguruan tinggi lain di seluruh Indonesia.

Aza Khiatun Nisa Mahasiswi Program Studi Ilmu Filsafat UGM mengikuti program Modul Nusantara sejak awal September 2023 lalu di Universitas Khairun, Ternate untuk satu semester dengan 3 program studi di Fakultas Ilmu Budaya, yakni antropologi sosial, Ilmu Sejarah dan Sastra Indonesia.

”Saya sangat bersyukur mengikuti PMM Modul Nusantara, karena bisa belajar langsung kebudayaan Maluku Utara, mengikuti perkuliahan di kampus yang berbeda, memiliki mama dan papa piara, serta memiliki teman dari seluruh Indonesia” ungkapnya, Jumat 12 Januari 2024.

Selama di program ini ia juga mempelajari empat sub dalam modul nusantara, salah satunya yaitu kebhinekaan, selain inspirasi dan refleksi. Aza mengikuti kerangka logis modul nusantara yang ditawarkan untuk mengunjungi 4 kesultanan, yaitu Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan. 

 

”Saya mengunjungi kesultanan tersebut dan mengeksplorasi wisata di sekitarnya. Ini sangat bermakna bagi saya dalam memahami kontribusi kesultanan di masa kolonial dan mengetahui berbagai potensi yang dimiliki Maluku Utara dari dulu hingga hari ini,” kata Aza.

Soal sub modul nusantara  yaitu inspirasi, Ia belajar tentang pariwisata berbasis masyarakat dengan belajar tentang kekayaan kuliner tradisional di Ternate bersama penggagas Cengkeh Afo. Sementara sub modul nusantara terakhir, yaitu refleksi, metode belajarnya dengan cara menghadiri undangan pernikahan adat masyarakat Ternate. 

”Setelahnya, para peserta diajak berkumpul dan berdiskusi, menceritakan pengetahuan baru tentang adat pernikahan di Ternate. Tidak hanya sebatas itu, peserta PMM lainnya juga diajak menceritakan tradisi pernikahan di daerah masing-masing,” kenangnya.

Selain itu ia juga aktif menulis kuratorial pameran yang didanai oleh Balai Pelestari Kebudayaan XXI di Ternate. Ia juga didapuk mengisi workshop penulisan ilmiah bagi mahasiswa Universitas Khairun yang memperoleh beasiswa Bank Indonesia.

Bagi Aza, pembelajaran PMM Modul Nusantara di Ternate memunculkan refleksi adanya isu ketimpangan pendidikan Indonesia area barat dan timur, baik dari sisi tenaga pengajar, mahasiswa, fasilitas perkuliahan maupun prosedur layanan akademik yang menurutnya memerlukan pembenahan dan perbaikan. 

”Kondisi ini menjadi poin penting bagi pemerintah. Barangkali program pertukaran bisa menjadi salah satu cara mahasiswa untuk belajar dan mengamati ketimpangan ini, kemudian diperbaiki,” tegasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya