Cerita Saroh, Pengusaha Kue Kering Asal Indramayu Laris Manis Sampai ke Luar Negeri

Dengan modal seadanya, Ia membuat brownis kering dan dijual melalui media sosial hingga tetangga rumahnya

oleh Panji Prayitno diperbarui 30 Mar 2024, 11:09 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2024, 01:30 WIB
Saroh pemilik brand usaha kecil Mochips
Saroh pelaku UMKM asal Indramayu Jawa Barat itu terus fokus mengembangkan usahanya agar diterima di masyarakat. (Ist)

Liputan6.com, Cirebon  Perjuangan Saroh menjual produk kue kering di Indonesia tak henti sampai disini. Warga Desa Lombang Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu itu ingin produk UKM nya diterima seluruh kalangan masyarakat. 

Sesekali, Ia melihat kembali bentuk kemasan produk nya seraya mengevaluasi. Pemilik usaha Mochips ini menjual tiga jenis makanan kering seperti Rengginang, Brownis chips dan camilan pedas. 

"Sebenarnya saya sudah punya usaha kecil-kecilan dulu yaitu Brownis chips, tapi karena waktu itu disambi kerja jadi tidak fokus dan saya harus pilih salah satu," kata Saroh kepada Liputan6.com, Kamis (21/3/2024).

Pemilik brand Mochip ini memulai usahanya di tahun 2020. Dengan modal seadanya, Ia membuat brownis kering dan dijual melalui media sosial hingga tetangga rumahnya. 

Saroh terus bertekad untuk terus mengembangkan usahanya agar tidak terkesan musiman. 

"Waktu awal itu modal Rp 1,5 juta pada awal bulan ramadhan, dan mendapatkan omzet 3jt, pada saat itu saya berfikir gimana caranya saya punya usaha tidak musiman," ujar Saroh. 

Pada Desember tahun 2020, Saroh resmi telah menyelesaikan pendidikannya di Untag Prima Cirebon. Ia mengambil jurusan perhotelan dengan harapan setelah lulus bisa mendapat pekerjaan.

Namun panggilan kerja dari hotel tak kunjung datang kepadanya. Hingga akhirnya pada Maret 2021 covid-19 masuk ke Indonesia yang menyebabkan sebagian besar wilayah lockdown.

Sampai ke Dubai

Brownis kering buatan pelaku UMKM Mochips
Saroh pelaku UMKM asal Indramayu Jawa Barat itu terus fokus mengembangkan usahanya agar diterima di masyarakat. (Ist)

"Saya kepikiran menggunakan skill tata boga dan maka kuliah kewirausahaan yang saya dapat dari kampus dan MK. Hingga akhirnya usaha saya perlahan tumbuh tapi waktu itu saya masih ingin bekerja dan kebetulan keterima kerja di salah satu bank," ujar Saroh. 

Singkat cerita, Saroh memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan kembali fokus mengembangkan usaha kecilnya. Saroh saat itu langsung mengurus syarat administrasi yang dibutuhkan untuk usaha kecil.

Seperti membuat NIB, PIRT hingga mendapatkan sertifikasi halal dari MUI. Kini, usaha Saroh semakin berkembang dengan pasar yang perlahan meluas. 

"Saya juga pernah jadi pemenang UMKM Juara tahun 2023 Jawa Barat mewakili Indramayu setelah saya gabung dengan Diskopdagin. Sekarang saya terus melakukan pengembangan pasar," ujarnya. 

Saat ini, rata-rata jumlah produksi usaha makanan kering Saroh cukup banyak. Dalam sehari, ia memproduksi 80 pcs brownis chips, 50 pcs cemilan pedas dan 100 boks rengginang. 

Produk ukm Saroh tak hanya dijual melalui media sosial dan marketplace saja. Saroh juga menawarkan makanan keringnya ke sejumlah toko oleh-oleh di Cirebon hingga Surabaya. 

"Alhamdulillah toko oleh-oleh menerima produk saya sampai sekarang. Untuk harga brownis chips Rp 12 ribu per pcs, camilan pedas Rp 10 ribu per pcs dan Rengginang Rp 17 ribu per boks isi 10," ujar Saroh. 

Seiring berjalannya waktu, usaha Saroh mulai banyak permintaan. Tidak sedikit pesanan datang dari TKI yang bekerja di luar negeri. 

Saroh menyebutkan produknya kerap dipesan TKI Indramayu yang bekerja di Hongkong, Taiwan, Jepang hingga Dubai. Para TKI sengaja memesan melalui media sosial Mochips maupun pribadi Saroh. 

"Kadang ada juga TKI yang sedang pulang terus kerumah pesan untuk dibawa. Katanya untuk dijual lagi atau sekedar jastip gitu. Tapi saya belum berani untuk ekspor mandiri karena butuh proses jadi melayani pesanan individu saja dari TKI baru saya kirim lewat ekspedisi di sekitar rumah," kata Saroh. 

Sembari fokus mengembangkan usaha, Saroh mengaku terus melayani pesanan dari toko oleh-oleh. 

Untuk melayani toko oleh-oleh, rata-rata 100 sampai 500 pcs sekali kirim. Pada perkembangannya, Saroh mengaku omset usaha yang dikelolanya pernah tembus hingga Rp 150 juta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya