Merayakan Budaya di Festival Permainan dan Olahraga Tradisional Jabar 2024

Permainan dan olahraga tradisional dapat menstimulus aspek perkembangan anak, mulai dari kognitif, afektif, sampai psikomotorik.

oleh Arie Nugraha diperbarui 08 Mei 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2024, 05:00 WIB
Taman Budaya Jabar
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman membuka Festival Permainan dan Olahraga Tradisional Jabar 2024 di Gedung Teater Tertutup, Taman Budaya Jabar, Kota Bandung, Senin (6/5/2024). (Biro Adpim Jabar)

Liputan6.com, Bandung - Festival Permainan dan Olahraga Tradisional Jabar 2024 dibuka pada 6-7 Mei 2024 di Gedung Teater Tertutup, Taman Budaya Jabar, Kota Bandung, Senin (6/5/2024).

Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jabar, Herman Suryatman, permainan dan olahraga tradisional dapat menstimulus aspek perkembangan anak, mulai dari kognitif, afektif, sampai psikomotorik.

"Salah satu di antaranya melalui kegiatan yang kreatif dan cerdas seperti ini," ucap Herman.

Herman juga menyatakan bahwa permainan dan olahraga tradisional dapat mendekatkan budaya Jabar sekaligus mengasah intuisi generasi muda, khususnya anak-anak.

"Kita butuh generasi muda yang mentalitasnya kuat dan itu harus berbasis budaya," ucap Herman.

Untuk itu, Herman akan meminta Dinas Pendidikan Provinsi Jabar dan Pemda Kabupaten/ Kota di Jabar untuk mengelar permainan dan olahraga tradisional secara rutin di tingkat sekolah.

"Setiap tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru, semua kejadian adalah materi pembelajaran," tutur Herman.

Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jabar Benny Bachtiar menuturkan, kegiatan Festival Permainan dan Olahraga Tradisional menjadi salah satu upaya pelestarian.

"Agar masyarakat dapat mengapresiasi apa yang Jawa Barat miliki, yaitu keanekaragaman seni budaya dalam bentuk permainan dan olahraga tradisional," kata Benny.

Benny juga berharap festival permainan dan olahraga tradisional dapat mestimulus seniman dan budayawan untuk berinovasi.

Sebab, seni budaya, yang di dalamnya terdapat permainan dan olahraga tradisional, menjadi salah satu atraksi yang jadi daya tarik wisata.

Hal senada dikatakan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Jabar Asep Sukmana. Menurutnya, festival permainan dan olahraga tradisional menjadi ruang untuk melestarikan kekayaan Jabar.

"Nanti ada tingkat nasional. Kegiatan seperti ini kegiatan pelestarian, tidak boleh lupa dengan kegiatan nenek moyang kita yang positif. Maka tugas kita untuk melanjutkan dan melestarikan," ucap Asep.

"Dispora Jabar juga sedang coba inisiasi diskusi dengan Disdik Jabar, agar olahraga tradisional jadi muatan lokal di sekolah di Provinsi Jawa Barat," imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Permainan Tradisional Jabar

Merujuk laman Disparbud Jabar, Indonesia memiliki keragaman budaya, salah satunya permainan tradisional.

Berbagai daerah termasuk Jawa Barat punya ciri khas tersendiri dan beberapa permainan dinilai mengandung unsur kebaikan, edukatif, serta filosofis.

Permainan tradisional juga mengajarkan anak-anak untuk memiliki jiwa sportivitas dan persaudaraan.

Untuk itu, perlu kesadaran bersama agar terus melestarikan permainan tradisional supaya tidak hilang akibat perkembangan teknologi.

Dari sekian banyak permainan khas Jawa Barat, berikut tujuh di antaranya yang perlu Anda kenal:

1. Sorodot gaplok

Permainan ini berasal dari dua kata yaitu Sorodot yang berarti ‘meluncur’ dan Gaplok yang berarti ‘tamparan’. Teknisnya, permainan ini hanya meluncurkan dari satu batu ke batu yang lainnya.

Sorodot gaplok dapat dimainkan oleh 4 orang atau lebih. Aturan bermainnya pun cukup sederhana. Pertama, masing-masing peserta memegang satu buah batu dan membuat tiga buah garis.

Kemudian para pemain giliran pertama berada di garis mulai untuk melemparkan batu menuju sasaran, dimana batu kelompok lawan menjadi targetnya.

Jika lemparan batu tersebut mengenai batu lawan, maka pemain langsung beralih ke garis tengah.

Di garis tersebut pemain harus meletakkan batu miliknya di atas punggung kaki, lalu kembali mengarahkan batu ke lawan yang sama, namun dengan syarat tidak boleh melangkahkan kaki lebih dari dua kali.

Jika setiap pemain dari satu kelompok berhasil melalui semua garis, maka kelompok tersebut berhak menjadi pemenang.

Permaian ini dinilai dapat melatih jiwa kepemimpinan serta kerja sama tim. Selain itu permainan sorodot gaplok juga bisa meningkatkan konsentrasi dari masing-masing pemainnya.

2. Adu muncang

Permainan adu muncang atau adu kemiri merupakan salah satu permainan tradisional yang sempat meredup terkisis zaman. Ada juga yang menyebut permainan adu muncang mulai eksis kembali khususnya di wilayah Tasikmalaya.

Dalam praktiknya, permainan ini dilakukan dengan cara menyusun dua buah muncang secara vertikal. Di atasnya disimpan bambu yang kanan kirinya dipegang oleh dua pemain sehingga posisi muncang terjepit.

Setelah muncang terjepit dan posisinya tidak berubah, bambu penjepitnya dipukul oleh benda keras. Biji muncang yang pecah dinyatakan kalah, dan yang bertahan dianggap sebagai pemenang.

Adu muncang sejatinya merupakan permainan tradisional yang sudah diwariskan secara turun temurun. Namun kini, permainan tersebut sering disalahgunakan oleh oknum yang menjadikannya sebagai arena judi.

3. Oray-orayan

Oray-orayan menjadi salah satu permainan favorit anak-anak di Jawa Barat. Permainan ini pun juga dikenal luas di beberapa daerah Indonesia, namun dengan penamaan yang berbeda-beda.

Oray-orayan biasanya dimainkan oleh lima orang atau lebih. Anak yang berada di depan diartikan sebagai kepala oray (ular).

Kemudian, anak yang lainnya membuntuti di belakang dengan cara berpegangan. Sambil berkeliling, mereka menyanyikan lagu berbahasa Sunda. Berikut liriknya:

Oray orayanLuar leor mapay sawahTong ka sawahParena keur sedeng beukahOray-orayanLaur leor mapay leuwiTang ka leuwiDi leuwi loba nu mandiOray-orayanOray naon, orya bungka, bungka naon, bungka lautLaut naon, laut dipa, dipa naon, dipandeuriii…

Begitu lagu berakhir, sang kepala berusaha menangkap pemain yang ada bagian paling belakang (ekor).

Namun sang ekor harus memiliki strategi sehingga akan tampak seperti seekor ular yang sedang meliuk-liuk.

4. Gatrik

Gatrik merupakan permainan tradisional yang juga sering disebut Tak Kadal, Pathil Lele, atau Benthik. Permainan ini dimainkan secara beregu dengan dua batang bambu sebagai perlengkapan utamanya.

Aturan bermain gatrik sangat mudah dan sederhana. Dua kelompok masing-masing memiliki tugas. Kelompok 1 bertugas melempar bambu, sedangkan kelompok yang lain bertugas menangkap bambu. Jika bambu berhasil ditangkap oleh lawan main, itu artinya pemain bisa bertukar posisi.

Permainan tradisional gatrik dapat melatih ketangkasan, kelincahan, dan kecepatan. Pemukul gatrik harus hati-hati agar bambu dapat meluncur semakin kencang. Sementara tim penjaga harus sigap supaya terhindar dari cedera terkena lemparan bambu.

 


5. Bedil sorolok

Permainan tradisional lainnya adalah bedil sorolok. Permainan ini sangat sederhana karena hanya menggunakan pelepah daun pisang.

Pelepah tersebut dibentuk hingga menyerupai senapan. Setelah itu bagian teratas diiris dengan ukuran tertentu, biasanya dibuat tiga hingga empat irisan sejajar.

Selanjutnya, bagian yang telah diiris itu diberdirikan untuk kemudian dipukul sehingga berbunyi seperti senapan mesin.

6. Perepet jengkol

Permainan tradisional yang juga cukup digemari anak-anak pada masanya adalah perepet jengkol. Permainan ini dilakukan sedikitnya oleh tiga orang. Namun akan lebih seru jika dimainkan oleh lebih banyak peserta.

Cara bermain perepet jengkol yaitu, para pemain berdiri saling membelakangi satu sama lain. Kemudian para pemainnya saling merangkul atau berpegangan tangan.

Mereka selanjutnya meloncat-loncat berputar ke arah kiri menyanyikan lagu perepet jengkol. Keseimbangan anak terlihat pada kemampuan bertahan mengangkat sebelah kaki. Yang dapat bertahan lama, tidak terjatuh, dan tercerai berai adalah pemenangnya.

7. Jajangkungan

Permainan jajangkungan sudah tidak asing lagi. Sebab selain di Jawa Barat, permainan ini juga eksis di daerah lainnya dan lebih dikenal dengan sebutan eggrang.

Butuh keterampilan khusus dalam memainkan jajangkungan. Sebab seseorang harus berdiri menjaga keseimbangan ketika menginjak tongkat bambu.

Setelah diinjak, tongkat bambu harus dijalankan sambil tetap menjaga keseimbangan serta konsentrasi tinggi.

Permainan ini dapat dilakukan semua kalangan. Baik anak-anak maupun orang dewasa, pasti akan terhibur ketika mencoba berdiri di atas eggrang.

Nilai sosial yang terkandung dalam permainan ini adalah kerja keras, keuletan, dan semangat pantang menyerah. Bahkan permainan ini sering dilombakan sehingga juga mengasah jiwa sportivitas.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya