Kearsipan dan Memori Kolektif Bangsa, Menjaga Kesinambungan Sejarah

Kearsipan menjadi sangat penting dalam menjaga memori kolektif bangsa.

oleh Abdul Jalil diperbarui 10 Jun 2024, 12:07 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2024, 23:00 WIB
Rakornas Kearsipan 2024
Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik saat memberikan sambutan dalam Rakornas Kearsipan 2024 di Samarinda.

Liputan6.com, Samarinda - Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kearsipan Tahun 2024 digelar di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, 28-30 Mei 2024 lalu. Kegiatan ini dihadiri sekitar 1.300 peserta yang datang dari seluruh Indonesia.

Rakornas yang termasuk ke dalam rangkaian Hari Kearsipan Nasional (HKN) Ke-53 ini menurutnya sangat penting untuk menunjukkan komitmen seluruh pihak meningkatkan kualitas kearsipan.

Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim Akmal Malik menyebut kearsipan menjadi penting setelah provinsi ini ditunjuk sebagai ibu kota negara yang baru. Banyak sejarah di Kaltim, salah satunya kerajaan Hindu tertua di Indonesia, yang patut dicatat sebagai masa gemilang.

“Kami punya banyak hal, tadi pak kepala menyampaikan ini mencatatkan sejarah bahwasanya kaltim sebagai daerah yang akan menjadi IKN,” tuturnya.

Kebijakan presiden menempatkan IKN di Kaltim, lanjutnya, adalah untuk membangun keseimbangan pembangunan di Barat dan juga Timur. Sebab pembangunan kini harusnya tak lagi Jawa sentris.

Segala sesuatu yang telah tercatat di kerajaan Kukar di masa lampau dapat benar-benar terjadi.

“Bahwasanya Kaltim memang menjadi salah satu instrumen untuk mewujudkan keadilan,” sebutnya.

Akmal Malik mengingatkan nama Nusantara yang dipilih menjadi nama Ibu Kota Indonesia bukanlah nama baru. Namun sudah tertulis di dalam sejarah panjang Indonesia.

“Kadang kala kekacauan suatu bangsa itu karena kurang kuatnya memori kolektif bangsa, lupa ingatan, tidak tahu harus dimana berangkat. Memori kita seringkali pupus dari satu masa ke masa lain, baik berupa arsip, naskah, artefak, kdang kala belum cukup membangun memori kolektif bangsa segara utuh,” papar Akmal.

Untuk itulah kearsipan megambil peran dalam membangun catatan-catatan tersebut. Banyak hal yang harus tercatat dengan baik.

“Kemanapun ibu kota pindah, tugas kitalah yg harus menjaga kesinambungan sejarah, termasuk pemilu yang terus berjalan, demikianlah kirainya spirit rakornas, kearsipan berkelanjutan untuk masa depan terbaik,” kata Akmal.

Indeks Capaian IKU ANRI

Berkas Dokumen Arsip File
Ilustrasi Foto Berkas atau Dokumen. (iStockphoto)

Plt Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Imam Gunarto dalam sambutannya mengakui bahwa situasi dan kondisi sosial politik tahun 2024 ini semakin memanas. Ia menekankan, tugas arsiparis sebagai pejuang kearsipan adalah memastikan agar semua arsip pemilu dapat diselamatkan, untuk kemudian diwariskan sebagai ilmu pengetahuan nasional kepada generasi mendatang.

“Terimakasih atas kepercayaan yang terus diberikan kepada saya sebagai pimpinan arsip nasional, untuk memastikan kontinuitas penyelenggaraan pemerintahan dan negara berjalan lancar,” ujarnya.

Kinerja kearsipan nasional hingga april 2024 tergambar dalam tiga kelompok program kearsipan, yakni tertib arsip, transformasi digital, dan Memori Kolektif Bangsa (MKB).

Selain itu, capaian kinerja kearsipan tergambar dalam 4 indikator utama, indeks kepatuhan terhadap kebijakan kearsipan, indeks ketersediaan arsip, indeks pelayanan informasi kearsipan, dan indeks reformasi birokrasi.

“Semuanya telah mencapai hasil baik, indikator kinerja utama ANRI capai rata-rata skor 80,24. Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh insan kearsipan Indonesia,” bebernya.

Komitmen untuk menegakkan gerakan tertib arsip secara nasional terus semakin berkualitas, tertib arsip di segala jajaran terus mengalmi peningkatan, dengan Kementerian lembaga mencapai 94,19 persen berkinerja baik, provinsi 82,35 persen berkinerja baik. Kabupaten/Kota mencapai 35,43 persen yang berkinerja baik, dan PTN/BUMN relatif berkinerja baik.

Untuk itu, ia mengakui bahwa pencapaian kinerja tertib arsip belumlah terlalu menggembirakan khususnya di kabupaten/kota, yang sebagian besar tidak memiliki arsip statis.

“Kondisi ini mengakibatkan daerah tersebut kehilangan memori atau ingatannya. Akan menjadi daerah yang mengalami sindrom amnesia,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya