Mengenal Rengkong, Alat untuk Memanggul Beras yang Jadi Kesenian Tradisional

Mereka memainkan rengkong dengan mengenakan pakaian adat tradisional Kasepuhan Sunda yang dikenal dengan baju kampret.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 27 Jun 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi beras pulen
Ilustrasi beras pulen/Shutterstock-nana77777.

Liputan6.com, Bandung - Masyarakat Sunda, tepatnya yang tinggal di Kampung Budaya Sindang Barang, memiliki kesenian tradisional bernama rengkong. Kesenian yang lahir dari budaya agraris ini dimainkan sebagai salah satu kesenian di ritual puncak helaran dongdang dalam tradisi seren taun.

Mengutip dari indonesiakaya.com, seren taun merupakan sebuah tradisi yang digelar untuk menyambut panen raya tiba. Karena menjadi ritual puncak dalam tradisi tersebut, maka rengkong pun hanya dipentaskan sekali dalam setahun.

Adapun helaran dongdang diisi dengan berbagai dongdang yang berisi hasil bumi. Dongdang tersebut diarak menuju alun-alun.

Salah satu keunikan helaran dongdang adalah dipentaskannya berbagai kesenian tradisional, termasuk rengkong. Rengkong merupakan kesenian asli Sunda yang penamaannya diambil dari nama alat yang digunakan untuk memanggul beras.

Rengkong terbuat dari bambu jenis gombong yang saat itu banyak ditemukan di Jawa Barat. Bambu sepanjang 2 meter tersebut kemudian dikaitkan dengan tali injuk yang sudah diikatkan setandan beras.

Suara gesekan bambu dan tali injuk tersebut menghasilkan suara yang unik. Saat suara yang muncul berasal dari dua atau lebih rengkong, maka akan menghasilkan alunan suara yang terdengar menarik dan meriah.

Selain bambu dan tali injuk, rengkong juga dibuat dari bahan lain yang berasal dari alam. Beberapa bahan yang digunakan adalah bambu dengan diameter besar, tali injuk, umbul-umbul dari daun pisang yang sudah mengering, dan kumpulan padi yang beratnya lebih dari 5 kg.

 

Semakin Jarang Ditemukan

Umumnya, rengkong dimainkan oleh 5-6 orang laki-laki dewasa. Mereka memainkan rengkong dengan mengenakan pakaian adat tradisional Kasepuhan Sunda yang dikenal dengan baju kampret. Tak lupa, celana pangsi hitam dan hisan kepala berupa iket atau totopong turut menyenpurnakan penampilan pemain rengkong.

Rengkong hanya dijumpai dalam perhelatan tradisi. Tidak adanya regenerasi serta pementasan yang hanya dilakukan setahun sekali membuat rengkong menjadi kesenian tradisional yang semakin jarang ditemukan.

(Resla)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya