Bangunan Sekolah Rusak Parah, Siswa SD di Sukabumi Terpaksa Belajar di Lantai

Siswa SD Negeri Ciaripin di Kabupaten Sukabumi terpaksa belajar di lantai aula sekolah dan musala karena ruang kelas mereka rusak parah.

oleh Fira Syahrin diperbarui 23 Agu 2024, 06:56 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2024, 06:56 WIB
Ruang kelas rusak parah, puluhan siswa SDN Ciaripin di Kabupaten Sukabumi terpaksa belajar di aula serbaguna (Liputan6.com/Istimewa).
Ruang kelas rusak parah, puluhan siswa SDN Ciaripin di Kabupaten Sukabumi terpaksa belajar di aula serbaguna (Liputan6.com/Istimewa).

Liputan6.com, Sukabumi Wajah puluhan siswa SD itu terlihat fokus memperhatikan gurunya yang sedang memberikan materi pembelajaran, meskipun mereka harus duduk tanpa alas di lantai aula serbaguna akibat ruang kelas rusak parah.

Kondisi itu dialami siswa SDN Ciaripin di Kampung Ciaripin, RT 02/RW 08, Desa Munjul, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi. Sebagian siswa juga ada yang belajar di musala.

Kepala SDN Ciaripin, Ismat mengatakan, kondisi kerusakan ruang kelas V itu terjadi sekitar satu tahun lalu. Sejak ia menjabat pertama kali pada tahun 2022. 

“Jadi, sebelum saya datang ke sini, bangunan di sekolah itu sudah rusak. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi bangunan bertambah rusak parah,” kata Ismat saat dikonfirmasi pada Kamis (21/8/2024).

Dia mengatakan, genteng bangunan sekolah rusak itu banyak yang bocor, kayu penyangga juga sebagian besar rusak karena termakan usia. Selain itu, lantai ubin yang mulai terkelupas. 

“Iya, itu rusak parah untuk ruang kelas V. Bahkan, selain bangu dan meja belajarnya rusak parah, kaca dan pintunya juga tidak ada,” ungkapnya.

Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, akhirnya pihak sekolah terpaksa mengalihkan proses kegiatan belajar mengajar puluhan siswa kelas v ke bangunan aula berbentuk panggung di halaman sekolah, sejak awal semester.

“Di SDN Ciaripin ini, memiliki jumlah total siswa sebanyak 195 orang. Nah, untuk yang belajar di panggung kreasi, khususnya untuk siswa kelas v itu, ada 40 siswa, terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 17 siswi perempuan,” jelas dia.

Dia menyebut, kegiatan pembelajaran di aula itu tak dilakukan sepanjang hari. Jika terdapat ruang kelas yang selesai digunakan siswa lain, maka mereka kembali dialihkan kembali ke dalam kelas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pihak Sekolah Sudah Mengajukan Permintaan Renovasi ke Dinas Pendidikan

Ruang kelas rusak parah, puluhan siswa SDN Ciaripin di Kabupaten Sukabumi terpaksa belajar di aula serbaguna (Liputan6.com/Istimewa).
Ruang kelas rusak parah, puluhan siswa SDN Ciaripin di Kabupaten Sukabumi terpaksa belajar di aula serbaguna (Liputan6.com/Istimewa).

Semenjak menjabat sebagai kepala sekolah di SDN Ciaripin, lanjut Ismat, pihaknya telah berupaya mengajukan permohonan bantuan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Pendidikan, untuk pengadaan pembangunan ruang kelas, gedung perpustakaan hingga bangunan WC umum untuk siswa.

“Pada 2023, kita baru mendapatkan satu ruang kelas. Nah itu, tidak tahu disetujui atau tidaknya, yang penting saya itu ruang kelas dulu, sebab jangan sampai anak terlantar seperti begini,” ungkapnya.

Menurutnya, ruang kelas rusak yang berdampak pada puluhan siswa kelas V tersebut, hanya sementara melakukan proses KBM di aula serbaguna dan musala. Saat ini pihak sekolah tengah menunggu pesanan fasilitas bangku dan meja dari pengusaha.

“Jika datang bangku, maka nanti akan kita lihat dulu sikonnya, kalau itu memang bisa digunakan, maka akan digunakan, tapi kan kaca dan pintunya untuk di ruang kelas V tidak ada. Takutnya bukan di curi, tapi takutnya bagaimana yah. Jadi, paling saya menggunakan mushola dan seadanya saja yang penting masuk 16 setel kursi,” jelasnya.

 


Curhat Siswa Belajar Tengkurap dan Kena Debu

Sementara itu, salah seorang siswa kelas V di SDN Ciaripin, Kabupaten Sukabumi, David Maulana mengatakan, ia bersama teman sekelasnya, terpaksa belajar di lantai tanpa alas dengan posisi tengkurap. Para siswa terlihat sesekali melentingkan pinggangnya karena rasa pegal.

“Selain bangunannya rusak, bangku dan mejanya juga tidak ada. Makanya, saya belajar di panggung kreasi dan tidak menggunakan bangku atau meja,” ucap David.

Selain itu, tak jarang juga hembusan angin bercampur debu harus dirasakan para siswa karena aula panggung yang terbuka. 

“Belajar di panggung itu, memang banyak debu dan angin. Tapi, yah bagaimana. Pengennya ruang kelas rusak itu diperbaiki dan punya ruang kelas baru. Karena belajar di panggung itu suka kepanasan,” tuturnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya