Potensi Kopi dan Kelapa Dalam di Sulbar Butuh Investor Agar Dikelola Maksimal

Kopi dan kelapa dalam memiliki potensi sangat besar di Sulbar tersebar di enam kabupaten

oleh Abdul Rajab Umar diperbarui 25 Okt 2024, 18:32 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2024, 22:00 WIB
Upaya Kementan untuk Dorong Pekebun Tingkatkan Kualitas Kopi
Petani Kopi.

Liputan6.com, Mamuju - Hasil asil kajian yang dilakukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sulbar, terdapat dua komoditas unggulan yang sangat membutuhkan investor. Kedua komoditas itu, yakni kopi dan kelapa dalam.

Kedua komoditas yang memiliki potensi sangat besar di provinsi ke 33 Indonesia ini, tersebar di enam kabupaten. Namun, produksi disetiap kabupaten berbeda-beda, baik kopi maupun kelapa dalam.

Hasil poduksi kopi di Kabupaten Pasangkayu sebanyak 2,35 ton, Mamuju Tengah sebanyak 14 ton, Mamuju sebanyak 200,9 ton, Mamasa sebanyak 3.952,1 ton, Majene sebanyak 228,01 ton, serta Polman sebanyak 806,6 ton.

Sementara itu, hasil produksi kelapa dalam di Kabupaten Pasangkayu sebanyak 4.430 kilo gram, Mateng sebanyak 302 kilo gram, Mamuju sebanyak 2.942 kilo gram, Mamasa sebanyak 9 kilo gram, Majene sebanyak 7.068 kilo gram, serta Poolman sebanyak 17.761 kilo gram.

Produktivitas kopi dan kelapa dalam di Sulbar sudah teruji potensinya. Jika dikelola dengan baik dan profesional, hasilnya bisa memuaskan. 

Hasil kajian yang telah dilakukan DPMPTSP Sulbar, lahan kopi terluas dengan produksi tertinggi berada di Mamasa. Sedangkan kelapa dalam ada di Polewali Mandar (Polman). 

"Selama ini pengembangannya hanya dikelola secara mandiri oleh pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan belum ada industri besar. Dari total hasil biji kopi yang diproduksi, hanya 5 hingga 6 persen saja yang diserap UMKM untuk diolah menjadi bubuk kopi dengan merk UMKM lokal," kata Kepala Bidang Perencanaan Penanaman Modal, DPM-PTSP Sulbar, Satriawan Hasan Sulur, Kamis (24/124).

Ia mengaku, ada 95 persen produksi kopi di Sulbar, khususnya di Mamasa, dibawa keluar daerah untuk diolah oleh industri-industri besar. Salah satunya di Toraja, Sulsel. Olehnya, lanjut dia, perlu ada industri pengolahan kopi agar bisa menyerap semua hasil tanaman kopi.

"Tentu harus ada investor yang bisa menanamkan modalnya untuk membangun industri pengolahan kopi di Sulbar," ujarnya.

Kelapa Dalam

Kelapa Parut
Ilustrasi Kelapa Parut / Freepik by stockking

Begitu juga produksi kelapa dalam. Hasil kajian dalam dokumen peta potensi dan peluang investasi komoditas kelapa dalam Sulbar, terdapat beberapa temuan penting. Di antaranya, komoditas kelapa dalam merupakan salah satu komoditas unggul dan potensial dari sub sektor perkebunan dan sektor pertanian.

"Jika dilihat dari segi volume produksi dan luas lahan, komoditas kelapa dalam paling dominan dihasilkan oleh Polman. Salah satu penyebab utama dominannya komoditas kelapa dalam tumbuh di Polman, karena kondisi geografis dan topografis yang sangat sesuai untuk pertumbuhan dan budidaya kelapa dalam," ujar Satriawan. 

Luas lahan pengembangan dan produksi kelapa dalam di Polman, menunjukkan angka yang signifikan dibandingkan dengan kabupaten lain di Sulbar. Lahan perkebunan kelapa terdiri dari perkebunan kelapa dalam dan hibrida. Kelapa dalam merupakan wilayah pengembangan terluas dan produksi tertinggi.

"Mengingat unit usaha penghasil briket tempurung kelapa yang masih sangat sedikit, serta tingginya permintaan ekspor terhadap produk ini," beber Satriawan. 

Wilayah yang direkomendasikan sebagai kawasan strategis ekonomi pengembangan sentra pengolahan kelapa dalam adalah Kecamatan Binuang, Polman.

"Temuan yang kedua adalah berdasarkan hasil analisis studi kelayakan usaha, ditemukan bahwa wilayah yang dinilai layak dan memenuhi syarat dalam hal pengembangan industri komoditas kelapa dalam terdapat di Polman. Di mana, investasi untuk industri pengolahan kelapa dalam di kabupaten ini, layak untuk dilakukan," ungkapnya.

Dari analisis berbagai aspek menunjukkan, investasi pengembangan ataj pembangunan industri pengolahan komoditas kelapa dalam sangat layak untuk dilakukan di Kabupaten Mamasa, khususnya produk briket tempurung kelapa.

"Analisis yang dilakukan mencakup aspek pasar, keuangan, lingkungan, sosial, fakto risiko dan sebagainya. Jadi, Mamasa layak menjadi lokasi pengembangan industri pengolahan komoditas kelapa dalam, khususnya untuk produk briket tempurung kelapa," tutur Satriawan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya