Liputan6.com, Jakarta - Di kawasan pegunungan Dieng yang terkenal dengan keindahan alam dan cerita-cerita mistisnya, terdapat sebuah sumber mata air Sungai Serayu bernama Tuk Bima Lukar.
Nama yang terdengar unik ini ternyata menyimpan kisah yang erat kaitannya dengan tokoh pewayangan terkenal, Bima, salah satu anggota Pandawa Lima. Konon, mata air ini bukan sekadar tempat biasa, melainkan sebuah peninggalan yang mengandung nilai sejarah, spiritual, dan kepercayaan turun-temurun masyarakat setempat.
Tak hanya menjadi bagian dari legenda, Tuk Bima Lukar juga memiliki peran penting sebagai sumber aliran Sungai Serayu, salah satu sungai besar di Jawa Tengah yang menghidupi banyak daerah di sekitarnya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Tuk Bima Lukar berada di kawasan Wonosobo, di kaki Pegunungan Dieng, sebuah dataran tinggi yang terkenal dengan udara sejuk dan panorama yang memanjakan mata.
Sesuai dengan namanya, Tuk berarti mata air dalam bahasa Jawa, sedangkan Bima Lukar merujuk pada kisah pewayangan yang menyebutkan bahwa Bima melepaskan pakaiannya (lukar) di tempat ini setelah melakukan perjalanan panjang.
Masyarakat sekitar percaya bahwa mata air ini muncul akibat langkah kaki Bima yang begitu kuat hingga menembus tanah, menciptakan sumber air yang tak pernah kering hingga kini.
Air dari mata air ini kemudian mengalir menjadi Sungai Serayu, yang membentang panjang melintasi berbagai wilayah, termasuk Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, hingga Cilacap, sebelum akhirnya bermuara di Samudra Hindia.
Bagi masyarakat setempat, Tuk Bima Lukar bukan hanya sekadar sumber air, tetapi juga dipercaya memiliki khasiat spiritual. Banyak yang datang ke sini dengan harapan mendapatkan berkah, membersihkan diri dari energi negatif, atau sekadar menikmati kesegaran airnya yang jernih dan alami.
Energi Spritual
Bahkan, ada kepercayaan bahwa siapa saja yang mencuci muka atau mandi dengan air dari Tuk Bima Lukar akan awet muda dan selalu diberi keberuntungan. Kepercayaan ini semakin diperkuat dengan cerita turun-temurun yang menyebutkan bahwa air di sini merupakan air suci yang berasal dari dunia para dewa.
Selain nilai spiritualnya, Tuk Bima Lukar juga menawarkan keindahan alam yang menenangkan. Dikelilingi oleh pepohonan hijau dan udara sejuk khas pegunungan, tempat ini menjadi destinasi favorit bagi mereka yang ingin mencari ketenangan atau sekadar melepas penat dari hiruk-pikuk perkotaan.
Banyak wisatawan yang datang ke sini untuk menikmati kesegaran airnya, mendengar gemericik air yang mengalir dengan tenang, serta merasakan atmosfer sakral yang begitu kental.
Beberapa orang bahkan memilih untuk bermeditasi di sekitar mata air ini, berharap mendapatkan ketenangan batin yang lebih ddalam Tentu saja, di balik keindahannya, Tuk Bima Lukar juga menyimpan tantangan tersendiri.
Lokasinya yang berada di daerah pegunungan membuat perjalanan menuju ke sana cukup menantang, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan jalur berbukit dan udara dingin khas Dieng.
Namun, bagi mereka yang menyukai petualangan, perjalanan menuju mata air ini justru menjadi bagian dari pengalaman yang tak terlupakan. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, kesegaran air Tuk Bima Lukar menjadi hadiah yang sepadan untuk dinikmati.
Sebagai bagian dari budaya dan sejarah Jawa, Tuk Bima Lukar menjadi salah satu warisan yang patut dijaga. Selain menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar, tempat ini juga menjadi simbol dari legenda yang masih hidup dalam cerita rakyat hingga saat ini.
Meskipun zaman terus berubah, nilai-nilai yang terkandung dalam cerita Tuk Bima Lukar tetap memberikan pelajaran tentang kebijaksanaan, kekuatan, dan hubungan manusia dengan alam.
Jadi, jika suatu saat kamu berkunjung ke Dieng, jangan lupa menyempatkan diri untuk mampir ke Tuk Bima Lukar. Siapa tahu, kamu juga bisa merasakan energi spiritual yang mengalir dari mata air suci ini!
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement