Pakar UGM Beberkan Cara Mengetahui Tanda-Tanda Wilayah Rawan Longsor

Peristiwa tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (21/1/2025) lalu, memakan banyak korban.

oleh Yanuar H diperbarui 30 Jan 2025, 13:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 13:00 WIB
Tim SAR Gabungan Terus Cari Korban Tanah Longsor di Petungkriyono Pekalongan Jawa Tengah
Tim gabungan terdiri dari SAR, BPBD, TNI, Polri, PMI, Relawan bersama warga setempat terus berupaya mencari korban di lokasi bencana longsor. (DEVI RAHMAN/AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Dosen Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Wahyu Wilopo mengatakan kejadian bencana longsor di Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah ini mengingatkan semua pihak tentang pentingnya melakukan kegiatan mitigasi. Sehingga penting untuk mengetahui bagaimana caranya mengetahui tanda-tanda wilayah rawan longsor.

“Jumlah dan dampaknya makin meningkat akibat dipicu adanya perubahan iklim global,” kata Wahyu, Jumat 24 Januari 2025.

Wahyu Wilopo mengatakan penyebab longsor di Pekalongan ini akibat lokasinya yang berada di kaki lereng. Selain itu juga adanya morfologi kipas kolovial (Sedimen lepas) dengan kemiringan lereng yang cukup terjal dan material yang agak lepas.

“Batuan yang menyusun Petungkriyono adalah batuan vulkanik dan juga endapan hasil runtuhan pada masa lampau yang terdiri dari lempung sampai bongkah,” katanya soal wilayah rawan longsor.

Ia mengatakan adanya penemuan struktur geologi daerah ini dengan beberapa patahan baik patahan normal maupun geser.

“Kondisi ini mempercepat proses pelapukan yang ada sehingga membentuk endapan tanah yang tebal pada beberapa tempat,” ungkapnya.

Masyarakat yang tinggal di daerah wilayah rawan longsor Wahyu menyampaikan beberapa strategi untuk menyelamatkan diri yaitu dengan mengenali dan memahami risiko yang ada disekitar baik untuk warga asli ataupun warga pendatang. Kemudian melakukan identifikasi daerah yang aman dan tidak terisolasi, jalur yang paling aman, dan terpendek menuju lokasi tersebut.

“Apabila terjadi tanda-tanda longsor ataupun hujan tidak deras tetapi berlangsung cukup lama sebaiknya bisa melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang aman dan apabila akan berteduh atau berhenti istirahat pilihlah tempat yang aman dari potensi kejadian longsor,” katanya.

Tanda-tanda wilayah rawan longsor dapat dikenali seperti terjadi retakan tanah, miringnya tiang atau pohon, serta struktur bangunan yang sudah tidak sempurna. Selain itu munculnya mata air yang mana airnya keruh pada kaki lereng, bahkan ada guguran tanah atau batuan di lereng.

“Biasanya akan ada getaran serta gemuruh untuk longsor yang cukup besar,” ujarnya.

Wahyu mengakui sudah banyak alat deteksi peringatan dini yang dikembangkan, salah satunya dari UGM yang sudah diimplementasikan di berbagai wilayah Indonesia. Sistem EWS ini juga sudah distandarkan menjadi SNI 8235:2017 tentang Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah dan ISO 22328-2:2024 Guidelines for the implementation of a community-based early warning system for landslides.

 

Informasi Peringatan Bencana

Penting untuk mengikuti informasi dari Badan Geologi soal peta ancaman dan BMKG tentang prediksi curah hujan yang tinggi untuk beberapa wilayah di Indonesia sebagai peringatan bagi semua. Namun masih ada tantangan bagaimana menginformasikan peringatan tersebut dapat sampai pada semua warga yang berisiko terjadi longsor.

“Saya kira bagaimana pemerintah daerah mampu merespon terhadap informasi tersebut dengan cepat, tepat dan dalam rentang waktu yang sesuai. perlu kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, swasta, media massa dan akademisi untuk mitigasi ini,” ujarnya soal wilayah rawan longsor.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya