Harga Jual Menguat Dorong Laba Timah Naik 141%

Penarikan quantative easing oleh pemerintah Amerika Serikat sehingga membuat dolar menguat berdampak terhadap kinerja Timah Tbk ke depan.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Okt 2014, 17:22 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2014, 17:22 WIB
Ilustrasi Timah
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Timah Tbk (TINS) membukukan kinerja yang signifikan hingga kuartal III 2014.  Hal itu didukung dari produksi dan penjualan logam serta bijih timah yang menguat.

Perseroan mencatatkan laba bersih naik 141 persen menjadi Rp 341,45 miliar hingga kuartal III 2014 dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 141,48 miliar. Kenaikan laba ini diikuti pendapatan yang naik 20,78 persen menjadi Rp 4,35 triliun hingga kuartal III 2014.

Laba bruto pun tercatat menjadi Rp 1,05 triliun hingga September 2014. Kinerja perseroan didukung dari pendapatan bunga naik menjadi Rp 16,16 miliar hingga kuartal III 2014 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 10,48 miliar. Selain itu, perseroan mencatatkan keuntungan yang belum direalisasi atas efek tersedia untuk dijual sebesar Rp 693 juta pada kuartal III 2014.

Selain itu, produksi bijih timah naik sebesar 32,47 persen year on year (YoY) menjadi 22.870 ton dibandingkan 17.264 ton. Kenaikan produksi ini diikuti produksi logam timah naik sebesar 15,62 persen secara year on year menjadi 18.601 ton dari periode sama tahun lalu 16.088 ton. Penjualan logam timah naik 2,87 persen menjadi 15.664 ton dibandingkan 15.227 ton secara year on year.

"Efisiensi di segala bidang akan terus diupayakan realisasinya. Diantaranya pengurangan penggunaan BBM dan beralih ke gas yang lebih hemat biaya," ujar Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho, seperti dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (30/10/2014).

Ia menambahkan, perdagangan logam timah yang hanya boleh diperdagangkan di Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) sejak Agustus 2013 juga turut mempengaruhi kinerja perseroan.  

Tantangan ke depan

Agung menuturkan, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana membatasi produksi Indonesia menjadi sekitar 45 ribu ton pada 2015 akan didukung semua pihak. Hal itu bertujuan untuk memberantas penambangan ilegal yang terjadi selama ini menyebabkan kerusakan lingkungan.

Namun wacana itu pada perjalanannya masih mendapatkan tantangan yang berat terutama akhir-akhir ini. Penarikan quantative easing (QE) oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) menyebabkan penguatan dolar terhadap berbagai mata uang dan akhirnya memukul harga komoditas di pasaran.

Pelemahan harga komoditas timah di pasaran berkorelasi positif dengan fluktuasi saham Timah di lantai bursa. "Kami tetap optimistis pelemahan tersebut hanya sementara, dan akhirnya harga komoditas timah akan kembali meroket seiring pemberlakukan pembatasan kuota ekspor timah," kata Agung. (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya