BEI Angkat Suara Soal Pelemahan Rupiah

Tingginya permintaan dolar AS didorong banyaknya emiten yang menunaikan pembayaran dividen.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Jun 2015, 17:06 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2015, 17:06 WIB
Nilai Rupiah Terus Terpuruk
Warga melakukan penukaran mata uang asing di valas Ayu Masagung, Jakarta, Senin (9/3/2015). Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada level 12.994 atau melemah 18 poin dibanding penutupan akhir pekan lalu di posisi 12.976. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir lebih disebabkan faktor eksternal. Namun selain itu, ada juga faktor lain yang menjadi penyebab rupiah terkapar. 

Ito menjelaskan, faktor eksternal yang membuat rupiah tertekan adalah rencana kenaikkan suku bunga Bank Sentral AS. Rencana kenaikan suku bunga tersebut membuat dana-dana yang tadinya diinvestasikan di negara berkembang mengalir kembali ke negara asal yaitu Amerika. Selama ini karena adanya kebijakan pelonggaran moneter membuat banyak dana asing masuk ke Tanah Air. 

"Selain itu rupiah melemah karena permintaan dolar AS yang tinggi karena impor kita tinggi. Impor itu mempunyai kewajiban pembayaran barang dari luar negeri menggunakan valuta asing," kata dia, di Jakarta, Rabu (10/6/2015).

Faktor lainnya yang juga membuat rupiah melemah adalah tingginya permintaan dolar AS karena banyak emiten melakukan pembayaran utang. Beberapa emiten yang mempunyai utang dalam bentuk valuta asing harus mencari dolar AS karena telah jatuh tempo.  Tingginya permintaan dolar AS juga didorong banyaknya emiten yang menunaikan pembayaran dividen.

"Bulan ini Juni atau Juli masih pembagian dividen dari emiten, buat investor global harus ditukar dollar AS. Itu meningkatkan demand mata uang asing," paparnya.

Dengan kondisi tersebut, Ito mengingatkan supaya pemerintah mendorong ekspor untuk meningkatkan ketersediaan dolar AS. Alhasil, dengan begitu rupiah kembali pulih.

"Meningkatkan supply dolar AS antara lain memperbesar ekspor, kebijakan pemerintah dan BI supaya eksportir melakukan repatriasi mata uang yang diperoleh ke Indonesia. Kalau dulu banyak eksportir yang disimpan ke luar negeri sekarang pemerintah dan BI punya kebijakan supaya uang diperoleh dari ekpor dimasukan dulu ke Indonesia," tandas dia.

Melansir data valuta asing Bloomberg, pada pukul 10.29 WIB, nilai tukar rupiah melemah tipis 0,19 persen ke level 13.333 per dolar AS jika dibanding dengan penutupan sehari sebelumnya yang tercatat di level 13.307 per per dolar AS.

Di sesi awal perdagangan, nilai tukar rupiah sempat menguat ke level 13.314 per dolar AS. Dalam perdagangan hari ini rupiah berada di kisaran 13.313 per dolar AS hingga 13.368 per dolar AS.

Sementara, Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, mencatat nilai tukar rupiah menguat 33 basis poin ke level 13.329 per dolar AS jika dibandingkan dengan perdagangan kemarin yang ada di level 13.362 per dolar AS. (Amd/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya