Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan kinerja reksa dana saham menanti pertumbuhan makro ekonomi Indonesia. Saat ini penyerapan belanja modal pemerintah untuk proyek infrastruktur menjadi penopang ekonomi Indonesia.
Anggota Kompartemen Sosialisasi dan Edukasi Rudiyanto mengatakan, belanja modal pemerintah mendorong kinerja makro ekonomi nasional sehingga berdampak pada kinerja pasar saham. Pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung melambat pada kuartal I 2015. Ekonomi hanya tumbuh 4,7 persen. Perlambatan ekonomi dinilai karena penyerapan anggaran proyek pemerintah masih rendah ditambah daya beli masyarakat.
"Kalau realisasi pemerintah bagus, ekonomi lebih bergairah mungkin bisa positif," kata dia di Jakarta, Kamis (2/7/2015).
Advertisement
Pihaknya menuturkan, target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan tinggi pada awal tahun akan terkoreksi. Meski demikian, penutupan IHSG 2015 diharapkan dapat lebih baik pada 2014. IHSG ditutup di level 5.226,94 pada 2014.
"Kalau target awal tahun 6.000-6.200, mungkin lebih rendah. Kalau menurut saya bisa di atas tahun 5.200 lebih tinggi harusnya bisa," ujar Rudiyanto
Pendorong kinerja reksa dana saham antara lain realisasi belanja modal pemerintah. Ditambah perbaikan kinerja keuangan emiten pada semester II.
Namun begitu, pihaknya mengungkapkan belum bisa memperkirakan imbal hasil reksadana saham.
"Masih dihitung dulu, jadi reksadana saham dan imbal hasil IHSG tidak jauh. Kalau IHSG 10 persen reksadana saham 10 persen plus minus," tandas dia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja IHSG melemah 6,05 persen secara year to date (Ytd) menjadi 4.910,66 pada penutupan perdagangan saham Selasa 30 Juni 2015. Padahal semester I 2014, IHSG tumbuh 14,14 persen menjadi ke level 4.878,58.
Sedangkan berdasarkan data infovesta, rata-rata pertumbuhan kinerja reksa dana saham secara year to date turun 9,55 persen. Angka ini jauh lebih besar ketimbang penurunan IHSG sekitar 6,05 persen pada penutupan perdagangan saham 30 Juni 2015. (Amd/Ahm)