Liputan6.com, Jakarta - Investor asing masih melakukan aksi beli di pasar modal Indonesia hingga pekan keempat Juli 2016. Akan tetapi, aksi beli investor asing itu mulai terbatas.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (22/7/2016), total aksi beli investor asing mencapai Rp 13,89 triliun. Aksi beli itu mulai 27 Juni hingga 21 Juli 2016. Dalam periode itu, aksi beli investor asing dapat mencapai Rp 1 triliun dalam satu hari perdagangan. Total aksi beli investor asing mencapai Rp 21,88 triliun sepanjang 2016.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan dana investor asing mulai masuk ke emerging market termasuk Indonesia usai Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa.
Investor asing melihat ada perbaikan ekonomi di sejumlah negara termasuk Amerika Serikat sehingga memicu aksi beli di pasar modal Indonesia. Hal itu juga mendorong penguatan indeks saham.
Advertisement
Baca Juga
"Investor sudah yakin dengan kondisi pasar modal termasuk di global. Wall Street saja naik dari level 17.000 ke 18.000. Ini optimisme pelaku pasar terhadap langkah-langkah di tiap negara untuk percepatan ekonomi," kata William saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.
Selain itu, dari dalam negeri, William mengatakan penerapan pengampunan pajak atau tax amnesty juga menjadi katalis sehingga mendorong aksi beli investor asing di pasar modal Indonesia. Namun, William melihat dampak hasil tax amnesty itu juga membutuhkan proses. Investor juga melihat bagaimana hasil dari tax amnesty.
"Langkah-langkahnya seperti apa kalau hasilnya pemerintah dorong ke sektor riil maka berdampak ke emiten juga akan membaik," kata dia.
Hal senada dikatakan, Analis PT First Asia Capital David Sutyanto. David menuturkan, pelaksanaan tax amnesty mendorong investor asing masuk ke pasar modal Indonesia.
Dengan ada pelaksanaan tax amnesty, David menuturkan, pemerintah Indonesia mendapatkan tambahan pendanaan untuk bangun infrastruktur. Hal itu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik ke depan.
David optimistis, IHSG masih mampu berada di atas level 5.000 hingga akhir 2016. Hal itu didukung dari katalis positif dari dalam negeri.
Dalam riset PT Bahana Securities, IHSG akan berada di kisaran 5.600 pada akhir 2016. Penguatan IHSG akan didorong dari sejumlah faktor antara lain suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) akan rendah.
Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang stabil juga mendukung IHSG. Rupiah akan bergerak di kisaran 13.000 per dolar Amerika Serikat hingga akhir 2017.
"Target IHSG 5.600 itu juga merefleksikan price earning ratio 20 kali pada 2016. Sedangkan target IHSG pada akhir 2017 di kisaran 6.600," tulis riset PT Bahana Securities.
Ada pun sektor saham yang diperkirakan menguat pada 2016 antara lain sektor saham barang konsumsi, infrastruktur, telekomunikasi dan peternakan. Sektor saham telekomunikasi akan didukung dari pertumbuhan data yang solid. Sedangkan infrastruktur didukung dari belanja infrastruktur pemerintah. (Ahm/Ndw)