Saham Twitter Bakal Kena Imbas Penangkapan Pangeran Alwaleed

Pangeran Alwaleed bin Talal memiliki kepemilikan saham di sejumlah perusahaan termasuk Twitter dan Citigroup.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Nov 2017, 15:45 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2017, 15:45 WIB
twitter-saham-131210b.jpg
Ilustrasi saham Twitter (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Saham Citigroup dan Twitter bakal kena imbas dari korban petarungan kekuasaan. Ini seiring pemimpin tertinggi Arab Saudi menahan 11 pangeran dan puluhan menteri yang diduga terkait kasus korupsi, salah satunya miliarder dan Pangeran Alwaleed Bin Talal.

Mengutip laman CNBC, Senin (6/1/2017), Pangeran Alwaleed Bin Talal ditahan lantaran dicurigai melakukan pencucian uang. Pangeran Alwaleed menjalankan bisnis di bawah perusahaan investasi Kingdom Holding. Akibat sentimen penangkapan 11 pangeran dan puluhan menteri itu juga membuat saham Kingdom Holding merosot 9,9 persen di bursa saham Arab Saudi pada Minggu. Investor mencoba berspekulasi terhadap kendaraan investasi milik pangeran itu.

"Saya berpikir kalau posisi tertentu yang mungkin dimiliki oleh Pangeran Alwaleed mungkin akan mendapatkan tekanan. Saya tidak mengharapkan adanya efek jangka panjang. Benar-benar ini terlihat dari konsolidasi kekuatan politik oleh pangeran mahkota ketimbang korupsi," ujar King Lip, Chief Strategist Baker Avenue Asset Management.

Biasanya yang terjadi di wall street ketika seorang manajer investasi ditangkap dan kena denda oleh otoritas bursa, pelaku pasar akan melakukan aksi jual. Namun ini adalah kasus yang unik lantaran bukan hanya melibatkan Arab Saudi tetapi kepemilikan investasi Alwaleed.

Perusahaan investasi diperkirakan menyembunyikan sebagian dari kepindahan kepemilikan saham melalui pihak ketiga. Secara teoritis, jika sahamnya dimiliki di atas lima persen dalam saham, komisi sekuritas dan bursa atau securities and exchange commision (SEC) akan umumkan kepemilikan saham.

Pada 23 Oktober 2017, Alwaleed konfirmasi kalau pihaknya masih memiliki Twitter. Akan tetapi, total kepemilikannya belum diketahui. Menurut InsiderScore.com, per Desember 2016, Alwaleed memiliki 4,9 persen saham.

Direktur Riset InsiderScore Ben Silverman menuturkan, kepemilikan saham itu akan menjadikan Walwaleed sebagai pemegang saham kelima terbesar di perusahaan pada akhir kuartal II 2017.

"Saya pikir mungkin ada beberapa volatilitas saham dengan adanya kepemilikan saham oleh sejumlah pihak kerajaan," ujar Silverman.

Selain Twitter, Alwaleed juga memiliki Citigroup sejak 1991. Ia membeli saham Citigroup selama krisis keuangan. Ia pun mengakui masih menjadi pemegang saham di Citigroup. Namun, kepemilikannya pun belum diketahui.

Terkait penangkapan 11 pangeran termasuk Alwaleed bin Talal, Kingdom Holding mengunggah sebuah pernyataan pada situsnya.

"Perseroan tetap lenjutkan operasi bisnisnya. Tim manajemen eksekutif senior menegaskan komitmennya penuh untuk melanjutkan bisnis perseroan, komitmen terhadap investor dan pemegang sahamnya serta pemerintah Kerajaan Arab Saudi," tulis Kingdom Holding.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Bursa Saham Arab Saudi Merosot di Awal Perdagangan

Bursa saham Arab Saudi tertekan pada awal perdagangan usai Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman mengonsolidasikan kekuasaannya dengan menangkap sejumlah 11 pangeran, tokoh terkenal lainnya dan melakukan reshuffle kabinet.

Indeks saham Arab Saudi turun 1,5 persen usai delapan menit perdagangan. Perusahaan investasi Kingdom Holding yang dimiliki Pangeran dan Miliarder Alwaleed bin Talal turun 9,9 persen.

Televisi Al Arabiya melaporkan adanya komite antikorupsi yang dipimpin oleh Pangeran Mohammed menahan 11 pangeran, empat menteri dan puluhan mantan menteri.

Selain itu, menurut Saudi TV, tiga menteri yang dicopot dari jabatannya adalah Menteri Ekonomi dan Perencanaan Adel bin Mohammed Faqih, Menteri Garda Nasional Pangeran Miteb bin Abdullah bin Abdulaziz dan Panglima Angkatan Laut Laksamana Abdullah bin Sultan bin Mohammed Al-Sultan.

Dalam keputusan kerajaan disebutkan, badan antikorupsi diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang mendera Arab Saudi.

"Karena kecenderungan beberapa orang untuk melakukan pelanggaran, menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan publik, dan mencuri dana publik," demikian dikabarkan Saudi TV.

"Komite akan melacak dan memberantas korupsi di semua tingkat."

Tiga menteri yang digulingkan segera digantikan oleh sosok lain. Pangeran Khalid bin Abdulaziz bin Mohammed bin Ayyaf Al Muqren ditunjuk menjadi menteri Garda Nasional.

Mohammed bin Mazyad Al-Tuwaijri terpilih jadi Menteri Ekonomi dan Perencanaan, sementara Wakil Laksamana Fahd bin Abdullah Al-Ghifaili nai pangkat sebagai Panglima Angkatan.

Badan antikorupsi yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman memiliki wewenang untuk menyelidiki, menangkap, mengeluarkan larangan perjalanan, dan membekukan aset-aset yang diduga terkait kejahatan korupsi.

Sebagian besar rakyat Arab Saudi diklaim mendukung aksi pemberantasan korupsi yang digagas pemerintah. Di sisi lain, muncul dugaan motif politik di balik itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya