Liputan6.com, Riyadh - Hanya dalam itungan jam setelah didirikan, lembaga antikorupsi Arab Saudi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman melakukan penangkapan besar-besaran.
Sebanyak 11 pangeran, empat menteri, dan belasan mantan menteri ditahan pada Sabtu malam 4 November 2017. Salah satunya adalah Pangeran Alwaleed bin Talal, yang namanya masuk daftar orang terkaya di dunia versi Forbes.
Penangkapan bos King Holding Company tersebut diungkap salah satu bawahannya, secara anonim, kepada The Associated Press.
Advertisement
Menggunakan bendera King Holding Company, Pangeran Alwaleed bin Talal diketahui punya investasi di sejumlah perusahaan ternama seperti Twitter, Apple, News Corporation, Citigroup, jaringan hotel Four Seasons, dan perusahaan layanan berbagi transportasi asal Amerika Serikat Lyft.
Alwaleed adalah cucu dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz al-Saud, dan keponakan raja yang menjabat saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.
Ia juga dikenal sebagai sosok yang blak-blakan, telah lama memposisikann diri sebagai pembela hak-hak perempuan di Arab Saudi. Alwaleed juga pemilik mayoritas Rotana Group.
Sejauh ini, pihak Pemerintah Arab Saudi hanya mengumumkan bahwa penyelidikan antikorupsi sedang dilakukan. Sementara, media yang dekat dengan penguasa, Al Arabiya melaporkan bahwa sejumlah pangeran dan menteri ditangkap, tanpa menyebut siapa saja nama mereka.
Sementara itu, seperti dikutip dari CNN, Minggu (5/11/2017), juga ada dalam daftar mereka yang ditangkap adalah kepala staf istana kerajaan Khaled Al-Tuwaijri, pengusaha media Waleed Al-Ibrahim, dan Pangeran Turki Bin Nasser.
Badr Asaker, manajer biro Putra Mahkota Mohamed bin Salman, mengungkapkan daftar sejumlah nama yang ditahan melalui akun Twitter miliknya.
Selain itu, tiga menteri dikeluarkan dari jabatan mereka, dan puluhan mantan menteri ditahan, sebagai bagian dari kampanye antikorupsi baru yang diprakarsai oleh Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud, demikian seperti dikabarkan Al Arabiya.
"Raja Salman memerintahkan inisiatif antikorupsi baru sebagai bagian dari agenda reformasi aktif yang bertujuan menanggulangi masalah terus-menerus yang telah menghambat usaha pembangunan di Kerajaan dalam beberapa dekade terakhir," demikian diungkap dalam siaran pers Kementerian Komunikasi Arab Saudi.
3 Menteri Ditendang
Menurut Saudi TV, tiga menteri yang dicopot dari jabatannya adalah, Menteri Ekonomi dan Perencanaan Adel bin Mohammed Faqih, Menteri Garda Nasional Pangeran Miteb bin Abdullah bin Abdulaziz dan Panglima Angkatan Laut Laksamana Abdullah bin Sultan bin Mohammed Al-Sultan.
Dalam keputusan kerajaan disebutkan, badan antikorupsi diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang mendera Arab Saudi.
"Karena kecenderungan beberapa orang untuk melakukan pelanggaran, menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan publik, dan mencuri dana publik," demikian dikabarkan Saudi TV.
"Komite akan melacak dan memberantas korupsi di semua tingkat."
Tiga menteri yang digulingkan segera digantikan oleh sosok lain. Pangeran Khalid bin Abdulaziz bin Mohammed bin Ayyaf Al Muqren ditunjuk menjadi menteri Garda Nasional.
Mohammed bin Mazyad Al-Tuwaijri terpilih jadi Menteri Ekonomi dan Perencanaan, sementara Wakil Laksamana Fahd bin Abdullah Al-Ghifaili nai pangkat sebagai Panglima Angkatan.
Badan antikorupsi yang dipimpin oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman memiliki wewenang untuk menyelidiki, menangkap, mengeluarkan larangan perjalanan, dan membekukan aset-aset yang diduga terkait kejahatan korupsi.
Sebagian besar rakyat Arab Saudi diklaim mendukung aksi pemberantasan korupsi yang digagas pemerintah. Di sisi lain, muncul dugaan motif politik di balik itu.
Meski masih muda, baru 32 tahun, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah lama menjadi tokoh terkemuka dalam politik Saudi. Ia dipandang sebagai pemain kunci di belakang raja.
Ia juga dianggap sebagai sosok pembaharu, dalam standar Arab Saudi.
Sejak pengangkatannya sebagai putra mahkota, beberapa pembatasan yang diberlakukan pada perempuan, dilonggarkan. Misalnya soal larangan mengemudi dan menonton pertandingan olahraga.
Mohammed bin Salman bersumpah untuk menghancurkan 'ideologi ekstremis' dalam upaya untuk mengembalikan Arab Saudi ke jalur "Islam yang lebih moderat."
Advertisement