Intip Harta Pangeran Alwaleed, Miliarder yang Ditahan Arab Saudi

Sejumlah media menjuluki pangeran yang satu ini sebagai `Warren Buffett` asal Arab Saudi karena kehebatannya berbisnis.

oleh Nurmayanti diperbarui 05 Nov 2017, 15:45 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2017, 15:45 WIB
20150703-Pangeran-Arab-Saudi-Alwaleed-bin-Talal4
Alwaleed bin Talal menjawab pertanyaa wartawan terkait niat beramalnya di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (1/7/2015). Alwaleed berjanji akan memberikan hartanya senilai USD 32 miliar, atau Rp 427 triliun untuk kepentingan amal. (AFP/Fayez Nureldine)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu orang terkaya di Timur Tengah, Pangeran Alwaleed bin Talal, termasuk pangeran yang ditahan Pemerintah Arab Saudi dengan tudingan korupsi. Selain itu adapula puluhan pangeran lain dan menteri pemerintahan.

Mengutip laman New York Times, Minggu (5/11/2017), kabar ini diketahui berdasarkan pengakuan dari petinggi King Holding Company, perusahaan milik Pangeran Alwaleed, kepada The Associated Press.

Pangeran Alwaleed adalah salah satu orang terkaya di Timur Tengah. Dia menanamkan uang di berbagai perusahaan dunia melalui King Holding Company. Sebutlah Twitter, Apple, Rupert Murdoch's News Corporation, Citigroup, dan yang terakhir Lyft.

Dia juga dikenal sebagai salah satu bangsawan Saudi yang paling blak-blakan, dan cukup modern. Salah satunya, menganjurkan hak-hak perempuan yang lebih besar di Arab Saudi. Grup Rotana, saluran televisi yang populer di Arab juga salah satu miliknya.

Seperti mengutip Economictimes.com, Pangeran Alwaleed  lahir pada 7 Maret 1955 di Arab Saudi. Nama Pangeran Alwaleed sudah tersohor sebagai salah satu investor terkaya di dunia.

Bahkan, sejumlah media menjuluki pangeran yang satu ini sebagai `Warren Buffett` asal Arab Saudi karena kehebatannya berbisnis.

Bisnis yang digelutinya sebagian besar difokuskan pada sektor properti komersial. Lewat Kingdom Holding Company yang dipayunginya, Pangeran Alwaleed berhasil memiliki saham di sejumlah perusahaan berskala global, terutama perhotelan.

Sebut saja di antaranya, kepemilikan sejumlah saham di Four Seasons Hotels & Resorts, Movenpick Hotels & Resorts dan Raimont Raffles Holding. Tak berhenti sampai di situ, dia juga dilansir mempunyai saham di Hotel George V, Paris dan Savoy Hotel di London.

Menyangkut hunian pribadi, dikabarkan Pangeran Alwaleed menempati rumah mewah senilai US$ 130 juta yang terlihat megah bak istana. Hunian itu bahkan memiliki garasi yang mampu menampung lebih dari 300 koleksi mobilnya.

Pada November 2016, majalah Forbes memasukkan Alwaleed dalam peringkat ke-45 sebagai orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai US$ 18,7 miliar atau setara Rp 252,41 triliun.

Namun berdasarkan data terakhir Forbes, pada Minggu (5/11/2017), kekayaan Pangeran Alwaleed turun menjadi US$ 17 miliar atau setara Rp 229,4 triliun.Posisinya juga turun ke-71.

Simak video menarik di bawah ini:

 

Raja Salman Menahan 11 Pangeran dan Singkirkan Sejumlah Menteri

Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengambil keputusan penting terkait reformasi dalam kerajaan. Pada Sabtu 4 November 2017, Raja Salman memecat sejumlah petinggi kerajaan, di antaranya seorang pangeran yang menjadi kepala National Guard.

Tak hanya itu, sang raja juga memecat menteri ekonomi dan mengumumkan komite baru khusus anti-korupsi.

Raja Salman kemudian menunjuk Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman sebagai kepala komite khusus anti-korupsi tersebut.

Al-Arabiya news channel juga melaporkan, 11 pangeran dan puluhan mantan menteri ditahan. Langkah itu diambil pasca-temuan dari lembaga anti-korupsi baru tersebut.

 Mengutip dari Associated Press, dewan ulama tertinggi kerajaan mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa ini adalah kewajiban Islam untuk memerangi korupsi - yang pada dasarnya memberi dukungan religius kepada penangkapan sejumlah petinggi kerajaan.

Pemerintah mengatakan bahwa komite anti-korupsi memiliki hak untuk mengeluarkan surat perintah penangkapan, memberlakukan pembatasan perjalanan dan membekukan rekening bank.

Komite juga dapat melacak dana, mencegah transfer dana atau likuidasi aset dan melakukan tindakan pencegahan lainnya sampai kasus diajukan ke pengadilan.

Perintah kerajaan tersebut mengatakan bahwa komite tersebut dibentuk karena, "Kecenderungan beberapa orang untuk melakukan penyalahgunaan kekuasaan, meletakkan kepentingan pribadi mereka di atas kepentingan publik, dan mencuri dana publik."

Warga Arab Saudi telah lama mengeluhkan korupsi yang merajalela di pemerintahan dan dana publik yang disia-siakan atau disalahgunakan oleh orang-orang yang berkuasa.

Putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman berusia 32 tahun itu telah berusaha menarik investasi internasional yang lebih besar dan memperbaiki reputasi negara tersebut sebagai tempat berbisnis.

Upaya ini adalah bagian dari usaha yang lebih besar bagi Arab Saudi untuk melakukan diversifikasi ekonomi dari ketergantungan pada pendapatan minyak.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya