Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum dapat beranjak dari  zona merah pada perdagangan Selasa pekan ini. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi 15.000 menekan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (2/10/2018), IHSG merosot 68,98 poin atau 1,16 persen ke posisi 5.875,61. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,38 persen ke posisi 928,97. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Sebanyak 283 saham melemah sehingga menekan IHSG. 123 saham diam di tempat dan 109 saham menguat. Pada penutupan Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.056,77 dan terendah 5.862,95.
Advertisement
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 449.138 kali dengan volume perdagangan 11,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,9 triliun. Investor asing jual saham Rp 98,71 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran 15.011.
10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham industri dasar melemah 2,98 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri susut 1,7 persen dan sektor saham manufaktur merosot 1,4 persen.
Saham-saham catatkan penguatan di tengah tekanan IHSG antara lain saham CITY melonjak 24,41 persen ke posisi Rp 316 per saham, saham SMDM menguat 24,06 persen ke posisi Rp 165 per saham, dan saham FAST menanjak 16,56 persen ke posisi Rp 1.900 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham INTD merosot 24,14 persen ke posisi Rp 220 per saham, saham SAFE tergelincir 20,83 persen ke posisi Rp 190 per saham, dan saham DNAR turun 14,29 persen ke posisi Rp 264 per saham.
Bursa saham Asia pun cenderung tertekan kecuali indeks saham Jepang Nikkei naik 0,10 persen. Sementara itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 2,38 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi susut 1,25 persen.
Selanjutnya indeks saham Thailand tergelincir 0,68 persen, indeks saham Singapura merosot 0,39 persen dan indeks saham Taiwan turun 1,2 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG melemah didorong minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Ini ditambah dengan ada faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sentuh 15.000.
"Ini karena pelaku pasar global menantikan petunjuk dari penyelenggaraa pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di Boston pada pukul 23.45 WIB terkait dengan rencana kenaikan suku bunga the Fed sebesar 25 basis poin pada Desember 2018," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi pelemahan IHSG.
Â
Â
* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) bersama Kitabisa.com mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.
Â
Â
Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.
Â
Rupiah Kian Tertekan
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan yang cukup dalam pada perdagangan Selasa ini. Pelemahan rupiah hingga tembus 15.025 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Selasa 2 Oktober 2018, rupiah berada di posisi 15.025 per dolar AS pada siang ini, melemah dalam jika dibandingkan dengan pembukaan perdagangan yang ada di angka 14.945 per dolar AS.
Rupiah diperdagangkan di posisi yang lebar yaitu 14.945 per dolar AS hingga 15.025 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 10,84 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok 14.988 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.905 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan fluktuasi rupiah dibayangi kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap aktivitas ekonomi China yang cenderung melambat.
"Ekonomi China yang melambat dikhawatirkan berdampak ke ekonomi kawasan sekitar," katanya seperti dikutip dari Antara.
Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan, sentimen tercapainya kesepakatan baru Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) antara AS, Meksiko, dan Kanada dapat mendorong permintaan dolar AS sehingga menahan laju rupiah.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement