Liputan6.com, Jakarta Kurs rupiah mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, kondisi ini dipicu oleh faktor eksternal maupun internal yang saling berkontribusi terhadap tekanan terhadap mata uang rupiah.
"Jadi, yang menyebabkan nilai tukar rupiah melemah ini ada dua ya. Tentu dari internal dan eksternal. Domestic dan dari eksternal," kata Teuku Riefky kepada Liputan6.com, Kamis (27/3/2025).
Baca Juga
Salah satu faktor utama dari sisi eksternal adalah meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan beberapa negara mitra dagangnya.
Advertisement
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh AS menimbulkan sentimen negatif di kalangan investor global. Akibatnya, investor cenderung menarik dananya dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mengalihkan investasi ke aset yang lebih aman.
"Dari eksternal memang adanya ancaman perang dagang, trade war dari US. Ini dan penerapan berbagai macam tarif tentu menimbulkan sentimen negatif oleh investor. Sehingga investor keluar dari pasar-pasar negara bergembang termasuk Indonesia. Nah, ini menciptakan pelemahan rupiah," ujarnya.
Faktor Domestik Stabilitas Politik dan Kepastian Hukum
Selain faktor global, kondisi dalam negeri juga mempengaruhi pelemahan rupiah. Ketidakpastian politik dan kepastian hukum menjadi perhatian utama investor dalam menentukan keberlanjutan investasi mereka di Indonesia.
"Ini kita lihat belakangan banyak berita-berita negatif. Mulai apa, munculnya banyak demonstrasi dan aksi masyarakat. Ini membuat investor merasa kurang secure," ujarnya.
"Nah ini juga membuat terjadinya capital outflow. Sehingga terjadi pelemahan rupiah. Apakah dipengaruhi faktor global atau domestik? Dua-duanya sebetulnya cukup signifikan," tambahnya.
Ā
Ā
Pelemahan Rupiah
Menurutnya, pelemahan rupiah yang berkelanjutan dapat berdampak langsung pada inflasi, terutama inflasi impor (imported inflation). Jika nilai tukar rupiah terus melemah, harga barang impor akan meningkat dan pada akhirnya dapat menekan daya beli masyarakat.
"Ini tentu sangat tergantung ya seberapa lama pelemahan ini terjadi. Tapi kalau terus berlanjut tentu imported goods akan meningkat. Sehingga akan terjadi imported inflation. Nah, ini potensinya kita belum tahu sebesar apa. Tergantung seberapa lama depresiasi ini akan terjadi," ujarnya.
Ā
Advertisement
Peran Bank Indonesia dalam Menstabilkan Rupiah
Bank Indonesia (BI) memiliki peran dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, salah satunya dengan melakukan intervensi melalui cadangan devisa. Namun, efektivitas intervensi ini juga memiliki keterbatasan.
"BI sebetulnya bisa mengintervensi dalam bentuk cadangan divisa. Tapi inipun juga efektifitasnya akan cukup terbatas. Karena BI juga tidak bisa mengintervensi sebesar itu. Walaupun cadangan divisanya cukup besar," ujarnya.
Namun yang pasti, Pemerintah perlu mengembalikan kepercayaan dari investor. Tidak bisa secara terus menerus diintervensi oleh Bank Indonesia.
Lebih lanjut, meski pelemahan rupiah menjadi perhatian, Teuku Riefky menegaskan bahwa kondisi saat ini tidak bisa serta-merta disamakan dengan krisis ekonomi 1998.
"Sebetulnya sih kalau krisis 98 ini lebih dari krisis politik gitu. Sedangkan kalau nilai tukar ini lebih banyak atau paling tidak sama banyaknya dipengaruhi oleh faktor global dan domestiknya," pungkasnya.
