Penguatan IHSG Terbesar di Asia pada Sesi I

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,4 persen ke posisi 6.041 pada sesi pertama perdagangan saham Jumat pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Nov 2018, 12:33 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2018, 12:33 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di dekat papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (29/12/2017), IHSG menguat 41,60 poin atau 0,66 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu melanjutkan penguatan pada sesi pertama perdagangan saham Jumat pekan ini. Aksi beli investor asing dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendukung penguatan IHSG.

Pada penutupan sesi pertama, Jumat (16/11/2018), IHSG menguat 85,52 poin atau 1,4 persen ke posisi 6.041,26. Indeks saham LQ45 mendaki 2 persen ke posisi 965,18. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 249 saham menanjak sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 130 saham melemah dan 117 saham diam di tempat. Pada sesi pertama perdagangan saham, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.058,82 dan terendah 5.968,67.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 251.679 kali dengan volume perdagangan saham 5,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,6 triliun. Investor asing beli saham Rp 1,03 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di posisi Rp 14.571.

Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham aneka industri melemah 0,16 persen. Sektor saham infrastruktur menanjak 2,3 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham keuangan menanjak 1,94 persen dan sektor saham pertanian mendaki 1,88 persen.

Saham-saham yang membukukan penguatan antara lain saham POLA menanjak 68,89 persen ke posisi Rp 228 per saham, saham SOSS mendaki 25 persen ke posisi Rp 1.950 per saham, dan saham SURE melonjak 24,68 persen ke posisi Rp 2.930 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham YPAS merosot 23,91 persen ke posisi Rp 525 per saham, saham AKPI melemah 18,89 persen ke posisi Rp 730 per saham, dan saham RELI susut 17,86 persen ke posisi Rp 230 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,17 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,35 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,35 persen, indeks saham Shanghai mendaki 0,76 persen, dan indeks saham Singapura menguat 0,99 persen.

Dengan melihat sejumlah kenaikan indeks saham acuan di Asia, penguatan IHSG masih terbesar menjelang akhir pekan ini. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,33 persen dan indeks saham Taiwan merosot 0,50 persen. 

 

Investor Asing Borong Saham

Pembukaan-Saham
Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

VP Sales and Distribution PT Ashmore Assets Management Indonesia, Angganata Sebastian menuturkan, keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau 7 day repo rate menjadi enam persen direspons positif oleh pelaku pasar termasuk investor asing.

 Langkah BI tersebut memang mengejutkan. Namun, salah satu alasan BI menaikkan suku bunga acuan tersebut untuk menekan defisit transaksi berjalan. Selain itu, agar membuat portofolio investasi domestik lebih menarik untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga global ke depan. Demikian mengutip laporan Ashmore.

Meski mengejutkan, langkah tersebut dinilai perlu dilakukan agar membuat sistem keuangan terutama pergerakan rupiah menjadi stabil. Di sisi lain, kenaikan suku bunga dapat pengaruhi pertumbuhan kredit tapi bisa diimbangi dengan pertumbuhan pinjaman konsumsi.

"BI juga memanfaatkan momentum seiring aliran dana investor asing yang sudah masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai USD 1,76 miliar month to date (MTD). Konsensus sekarang menyatakan kalau tidak ada kenaikan suku bunga lagi pada Desember 2018," tulis Ashmore.

Anggatana menambahkan, aliran dana investor asing yang serbu pasar saham Indonesia juga mengangkat IHSG. Hal itu seiring valuasi saham sudah murah, dan porsi investor asing sudah sangat kecil. Ditambah hasil kinerja keuangan perusahaan yang bagus.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi saham oleh investor asing hanya Rp 664,4 triliun sepanjang 2018 dibandingkan investor asing domestik mencapai Rp 1.101 triliun.

Selain itu, sentimen global dengan meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China juga menjadi katalis positif. "Mungkin meredanya ketegangan global membuat investor kembali risk on," kata dia.

Angganata menuturkan, tahun politik juga tidak akan terlalu pengaruhi laju IHSG. Hal ini karena ada dua calon presiden dan wakil presiden. "Seharusnya itu lebih ada kepastian. Selain itu, IHSG selalu reli pada tahun politik," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya