Liputan6.com, Jakarta - Indeks bursa Dow Jones Industrial Average (DJIA) berada di zona merah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena saham Boeing mencatatkan penurunan tajam di tengah kekhawatiran akan keselamatan salah satu jenis pesawat yang mereka produksi.
Mengutip CNBC, Rabu (13/3/2019), indeks saham ini ditutup turun 96,22 poin ke level 25.554,66 dengan saham Boeing menyumbang sekitar 150 poin. Dengan kata lain, jika tanpa memasukkan saham Boeing maka Dow Jones akan positif.
Pada perdagangan Selasa, saham Boeing turun lebih dari 6 persen. Angka ini melampaui penurunan pada perdagangan sehari sebelumnya yang mengalami tekanan hingga 5,3 persen. Dengan pelemahan ini maka saham Boeing mencatatkan kerugian dua hari terbesar sejak Juni 2009.
Advertisement
Baca Juga
Saham Boeing jatuh setelah beberapa negara, termasuk Cina, Uni Eropa dan Indonesia, menghentikan semua penerbangan yang melibatkan model 737 MAX. Pesawat jenis ini terlibat dalam dua kecelakaan mematikan dalam waktu kurang dari enam bulan, termasuk satu pada hari Minggu.
Namun jika melihat pasar saham di AS yang lebih luas, S&P 500 ditutup 0,3 persen lebih tinggi ke 2.791,52, dipimpin oleh kenaikan di sektor utilitas dan perawatan kesehatan. Nasdaq Composite naik 0,44 persen menjadi 7.591,03.
Kenaikan ini setelah dirilis data inflasi utama. Indeks harga konsumen AS naik 0,2 persen pada Februari, sesuai harapan.
"Inflasi jasa mengimbangi tidak adanya kenaikan di sisi barang," kata Peter Boockvar, kepala investasi di Bleakley Advisory Group.
"Kenaikan inflasi di jasa ini karena kenaikan upah akibat membaiknya produktivitas," tambah dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sehari sebelumnya, Bursa Saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street masih melonjak ditopang penguatan sektor teknologi. Namun, penurunan saham Boeing membatasi kenaikan indeks Dow Jones setelah kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines.
Pada perdagangan Senin, saham Boeing Co, produsen pesawat terbesar di dunia, turun 5,3 persen menjadi USD 400,01 per saham, mencatat penurunan persentase satu hari terbesar sejak 29 Oktober, setelah imbas kecelakaan mematikan kedua yang melibatkan pesawat Boeing 737 MAX 8 dalam lima bulan terakhir.
Sekadar informasi, sebuah pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan oleh Ethiopian Airlines jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari Addis Ababa pada hari Minggu. Insiden ini menewaskan semua penumpang yang berjumlah 157 orang.
Pada Oktober 2018, Pesawat Boeing 737 MAX 8 yang diterbangkan maskapai Lion Air jatuh di lepas pantai Kawarang dan menewaskan 189 orang penumpang.
Semua sektor indeks S&P utama naik, dipimpin oleh kenaikan di sektor teknologi, yang naik 2,2 persen. Sektor industri membalikkan kerugian awal hingga berakhir 0,9 persen.
"Setelah pelemahan di pasar pekan lalu, segalanya menjadi sedikit oversold," kata Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities di Los Angeles.
"Itu sangat luar biasa ketika Anda melihat apa yang kami lakukan hari ini, bahkan dengan pergerakan di Boeing," katanya.
Advertisement