Ekonomi AS Tak Pasti, Bursa Saham Asia Bervariasi

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada Jumat, 21 Maret 2025 usai wall street melemah dan dibayangi ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani Diperbarui 21 Mar 2025, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 08:30 WIB
Ekonomi AS Tak Pasti, Bursa Saham Asia Bervariasi
Bursa saham Asia Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan Jumat (21/3/2025). (Foto by AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan Jumat (21/3/2025). Bursa saham Asia Pasifik beragam di tengah koreksi wall street dan ketidakpastian seputar ekonomi Amerika Serikat (AS) terus bebani saham.

Mengutip CNBC, indeks ASX 200 di Australia menguat 0,12 persen. Indeks Kospi di Korea turun 0,16 persen, dan indeks Kosdaq melemah 0,86 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,34 persen.

Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 24.065, lebih lemah dari penutupan sebelumnya di posisi 24.219,95.

Inflasi utama Jepang menguat 3,7 persen year on year (YoY) pada Februari 2025, turun dari posisi tertinggi dalam dua tahun sebesar 4 persen yang terlihat pada Januari 2025.

Bursa saham berjangka Amerika Serikat (AS) diperdagangkan mendatar setelah upaya memperpanjang reli yang dipicu the Federal Reserve (the Fed).

Di wall street, indeks S&P 500 melemah 0,22 persen, menggagalkan upaya pasar untuk pulih dari penurunan sebulan dan ditutup pada posisi 5.662,89. Indeks Nasdaq terpangkas 0,33 persen dan ditutup ke posisi 17.691,63. Hal itu didorong koreksi saham Apple dan Alphabet. Indeks Dow Jones melemah tipis 11,31 poin atau 0,03 persen ke posisi 41.953,32.

Promosi 1

Penutupan IHSG pada 20 Maret 2025

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau dan menguat 1 persen hingga penutupan perdagangan Kamis (20/3/2025). Hal ini setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pertahankan suku bunga acuan.

Mengutip data RTI ,IHSG melonjak 1,11 persen ke posisi 6.381,67. Indeks LQ45 melemah 0,21 persen ke posisi 710,20. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.449,88 dan level terendah 6.353,69.

Sebanyak 299 saham menguat dan 272 saham melemah. 233 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.103.686 kali dengan volume perdagangan 16,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.470. Investor asing jual saham Rp 499,34 miliar. Sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 30,82 triliun.

Mayoritas sektor saham menghijau yang dipimpin sektor saham teknologi naik 9,84 persen. Sektor saham energi naik 0,85 persen, sektor saham basic mendaki 2,49 persen, dan sektor saham industri menanjak 0,77 persen.

Selain itu, sektor saham consumer siklikal menguat 0,56 persen, sektor saham kesehatan mendaki 0,19 persen, sektor saham infrastruktur menanjak 0,42 persen dan sektor saham transportasi mendaki 1,89 persen. Sementara itu, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,62 persen, sektor saham keuangan terpangkas 0,95 persen dan sektor saham properti melemah 0,11 persen.

Apa Saja Sentimen IHSG?

IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

"Bursa regional Asia cenderung mixed, pasar merespons hasil rapat FOMC The Fed yang mengisyaratkan adanya kemungkinan pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini,” kata Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus atau Nico dalam kajiannya, di Jakarta, Kamis, seperti dikutip dari Antara.

Para pejabat kebijakan di Amerika Serikat (AS) prediksi ada dua kali pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin selama tahun ini. Sebelumnya, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25 sampai 4,50 persen.

Ketua The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell menegaskan tidak akan terburu-buru dalam mengambil keputusan, dan menyebutkan bahwa kebijakan saat ini dirasa cukup memadai dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian yang ada.

Selanjutnya, Powell mengungkapkan langkah yang bijak saat ini adalah menunggu informasi yang lebih jelas mengenai kondisi ekonomi.

Pernyataan itu menunjukkan tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan dalam menyikapi rencana Presiden Donald Trump untuk menerapkan tarif pada impor dari mitra dagang AS, serta dampaknya terhadap perekonomian.

Dari dalam negeri, IHSG melanjutkan penguatan yang didukung dari aksi emiten konglomerasi dan BUMN meningkatkan aksi beli, setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberlakukan kebijakan buyback tanpa perlu persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

 

Sentimen IHSG Lainnya

Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Kebijakan ini mendorong peningkatan risk-appetite para investor, dan jaminan dari dari bank sentral untuk menjaga stabilitas, dengan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya.

Keputusan itu sejalan dengan upaya untuk menjaga inflasi pada 2025 dan 2026, agar tetap terkendali dalam kisaran target 2,5 plus minus 1 persen, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental ekonomi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

“Di sisi lain pasar juga menantikan langkah kebijakan selanjutnya dari pemerintah dalam komitmen untuk disiplin fiskal dan kebijakan pro-pertumbuhan,” demikian seperti dikutip.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya