Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah dalam lima sesi berturut-turut dan membukukan penurunan mingguan terbesar sejak bursa saham jatuh pada akhir 2018.
Hal ini seiring laporan data tenaga kerja AS yang melemah memicu lebih banyak kekhawatiran tentang ekonomi global.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 22,99 poin atau 0,09 persen ke posisi 25.450,24. Indeks saham S&P 500 susut 5,86 poin atau 0,21 persen menjadi 2.743,07. Indeks saham Nasdaq tergelincir 13,32 poin atau 0,18 persen ke posisi 7.408,14.
Advertisement
Baca Juga
Penurunan bursa saham menyambut akhir pekan hanya sedikit. Investor kembali menilai laporan data tenaga kerja dan mempertimbangkan apakah penurunan pasar baru-baru ini berakhir. Hal itu membuat penurunan tidak terlalu besar.
Pertumbuhan lapangan kerja AS hampir terhenti pada Februari dengan ekonomi hanya ciptakan 20.000 pekerjaan. Data tersebut menambah tanda-tanda perlambatan tajam dalam kegiatan ekonomi pada kuartal I.
Selain itu, data gaji yang dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja juga terlemah sejak September 2017.
Laporan data tenaga kerja AS melemah menambah kekhawatiran ekonomi seiring penurunan tajam dalam ekspor China. Bank sentral Eropa juga memangkas perkiraan pertumbuhan untuk wilayah tersebut.
"Orang-orang khawatir tentang laporan pekerjaan dan pertumbuhan global secara umum dan itu mendorong pasar lebih rendah," ujar Brent Schutte, Chief Investment Strategist Northwestern Mutual Wealth Management Company, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (9/3/2019).
Pelaku Pasar Menimbang Rilis Data Ekonomi
Namun, penurunan saham berakhir tidak terlalu tajam untuk sesi ini seiring investor mencatat laporan dipengaruhi efek musiman dan penutupan pemerintah federal.
"Ketika pelaku pasar menjauh dari berita utama, mereka berkata, hey ini hanya satu laporan. Ekonomi kemungkinan tidak lemah seperti satu laporan ini," tutur Keith Lerner, Chief Market Strategist SunTrust Advisory Services.
Indeks saham transportasi Dow Jones turun 0,5 persen untuk sesi ke-11 berturut-turut, dan alami penurunan terpanjang sejak 1972.
Wall street yang melemah baru-baru ini menghentikan reli yang dimulai pada 2019 didorong optimisme atas kesepakatan perdagangan AS-China. Selain itu, keyakinan the Federal Reserve akan kurang agresif menaikkan suku bunga.
“Pada bagian pertama tahun ini, apa yang sebagian besar telah kami lakukan adalah mencabut kembali penurunan pada kuartal IV karena ketakutan geopolitik dan sentimen the Federal Reserve yang mereda,” ujar Schutte.
Adapun sektor saham energi alami penurunan terbesar di antara 11 sektor utama. Sektor saham energi merosot dua persen karena harga minyak dunia melemah. Saham Exxon Mobil turun 1,4 persen dan jadi hambatan terbesar di S&P 500.
Sektor saham utilitas memimpin kenaikan di antara sektor saham lainnya. Sedangkan sektor saham konsumsi dan real estate berakhir positif.
Volume perdagangan saham di wall street tercatat 7,1 miliar saham. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham 7,3 miliar saham selama 20 sesi terakhir.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement