Bursa Saham Asia Pasifik Menguat di Tengah Memanasnya Konflik AS-China

Bursa sahamdi Asia Pasifik naik pada awal perdagangan pada Senin, meskipun ketegangan AS-China meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Agu 2020, 08:45 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2020, 08:45 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia Pasifik naik pada awal perdagangan pada Senin, meskipun ketegangan AS-China meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Dikutip dari CNBC, Senin (10/8/2020), Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,43 persen karena saham sejumlah perusahaan teknologi besar mengguat. Saham Samsung Electronics naik 1,39 persen, LG Electronics naik 3,37 persen dan SK Hynix naik 0,12 persen.

Selain itu, saham produsen otomotif juga melesat naik seperti Hyundai Motor naik 8,5 persen dan Kia Motors naik 4,14 persen.

Di Australia, ASX 200 acuan naik 0,66 persen, dengan sebagian besar sektor diperdagangkan lebih tinggi. Subindex keuangan naik 1,39 persen karena bank-bank besar menguat, sementara produsen sumber daya diperdagangkan beragam.

Dolar Australia meguat pada USD 0,7166 dari level terendah sebelumnya di sekitar USD 0,7145.

Australia juga menangani gelombang baru wabah virus korona di negara bagian Victoria, yang menyumbang sebagian besar kasus dan kematian yang dilaporkan di negara itu.

Dalam upaya untuk memperlambat penyebaran infeksi, Australia telah memberlakukan tindakan penguncian yang ketat yang membatasi pergerakan orang dan menutup sebagian besar perekonomian.

Pasar saham di Jepang tutup Senin untuk hari libur nasional.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ketegangan AS-China

Perang Dagang AS vs China
Perang Dagang AS vs China

Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengeluarkan perintah eksekutif yang ditetapkan untuk melarang penggunaan WeChat dan TikTok oleh Amerika, mulai berlaku mulai pertengahan bulan depan.

Setelah itu, pemerintahan Trump mengatakan akan memberlakukan putaran sanksi baru pada 11 orang, termasuk pemimpin Hong Kong Carrie Lam atas perannya dalam mengawasi dan menerapkan kebijakan penindasan kebebasan dan proses demokrasi Beijing.

Pejabat administrasi juga mendesak Trump untuk menghapus perusahaan China yang berdagang di bursa AS dan gagal memenuhi persyaratan audit AS pada Januari 2022, Reuters melaporkan pekan lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya