Menunggu Rilis Data Ekonomi, Bursa Asia Bergerak Campuran

indeks MSCI Asia di luar Jepang yang menjadi patokan bursa Asia bergerak mendatar pada awal perdagangan Jumat ini.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 07 Agu 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2020, 08:30 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak beragam pada pembukaan perdagangan Jumat ini. Jepang dan Australia melemah sedangkan di Korea Selatan perkasa.

Pelaku pasar saat ini tengah menunggu beberapa data ekonomi yang akan dirilis oleh otoritas masing-masing negara.

Mengutip CNBC, Jumat (7/8/2020), Di Jepang, Indeks Nikkei 225 tergelincir 0,3 persen di awal perdagangan. Sementara indeks Topix juga turun 0,15 persen.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,51 persen.

Sementara itu, saham di Australia merosot, dengan S & P / ASX 200 turun 0,64 persen. Reserve Bank of Australia akan merilis pernyataannya tentang kebijakan moneter sekitar pukul 9.30 pagi waktu Singapura.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia di luar Jepang yang menjadi patokan bursa Asia bergerak mendatar.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Gerak Saham

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

saham Korean Air Lines melonjak lebih dari 7 persen dalam perdagangan Jumat pagi. Kenaikan tersebut terjadi setelah maskapai tersebut melaporkan laba bersih pada kuartal kedua naik didukung oleh permintaan kargo yang kuat.

Laporan pendapatan positif datang meskipun pandemi virus Corona berdampak pada industri penerbangan global.

Saham pembuat game Jepang Nintendo juga melonjak lebih dari 4 persen setelah perusahaan pada hari Kamis melaporkan kenaikan laba sebesar 428 persen.

Pada hari ini akan ada rilis angka perdagangan China untuk Juli dan akan dipublikasikan sekitar pukul 11:00 waktu Singapura.

Investor akan mengamati data ekspor China apakah sudah mulai puli dari pukulan pandemi virus Corona.

Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Wall Street atau bursa saham New York Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Penguatan masih dipimpin oleh saham-saham teknologi.

Kenaikan Wall Street terjadi karena pada pelaku pasar melihat ada tanda-tanda stimulus tambahan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah Donald Trump. Selain itu, penguatan juga terjadi karena data pengangguran yang membaik.

Mengutip CNBC, Jumat (7/8/2020), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup 185,46 poin lebih tinggi atau menguat 0,7 persen menjadi 27.386,98. Indeks S&P 500 naik 0,6 persen menjadi 3.349,16 dan Nasdaq Composite naik 1 persen menjadi 11.108,07.

Pada perdagangan Kamis, Nasdaq ditutup cetak rekor dengan melampaui level di atas 11.000 untuk pertamakalinya. Indeks acuan ini naik selama tujuh hari berturut-turut.

Baik Dow Jones dan S&P 500 membukukan kemenangan beruntun lima hari. Indeks S&P 500 juga ditutup hanya 1,3 persen di bawah rekor yang dicetak pada 19 Februari.

Facebook melonjak lebih dari 6 persen dan saham Apple naik 3,5 persen. Netflix naik 1,4 persen. Untuk Amazon dan Microsoft masing-masing naik 0,6 persen dan 1,6 persen.

Saham-saham ini telah menyumbangkan sebagian besar keuntungan di Wall Street dari level terendah pada 23 Maret dan semuanya dengan mudah mengungguli S&P 500.

Kepala investasi Pence Wealth Management Dryden Pence menjelaskan, pasar saham memang bergerak dua arah. Ada sektor-sektor yang mengalami tekanan besar karena datangnya pandemi.

"Namun ada juga yang mampu mencetak untung dan meninggalkan sektor-sektor lain yang tengah berusaha tak jatuh ke zona merah," kata dia.

Pence melanjutkan, gerakan Wall Street jauh lebih baik dibanding dengan banyak yang dipikirkan oleh pelaku pasar. Saat ini ia melihat masih ada kesempatan untuk beli meskipun kenaikannya sudah cukup tinggi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya