Akibat PSBB, Astra Otoparts Rugi Rp 296 Miliar di Semester I 2020

Pendapatan perseroan sepanjang semester I 2020 tercatat hanya Rp 5,6 triliun.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Agu 2020, 17:16 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2020, 17:16 WIB
Pirelli
Booth Pirelli Astra Otoparts di arena JFK 2019. (Astra Otoparts)

Liputan6.com, Jakarta PT Astra Otoparts Tbk selaku anak perusahaan PT Astra International Tbk melaporkan kinerja keuangan negatif akibat turunnya pendapatan dari segmen pasar original equipment manufacturer (OEM) dan suku cadang pengganti.

Direktur Astra Otoparts Wanny Wijaya mengatakan, pandemi Covid-19 telah memukul industri otomotif di Tanah Air. Terutama sejak masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan pada kuartal II 2020.

Dengan begitu, ia menyatakan, pendapatan perseroan sepanjang semester I 2020 tercatat hanya Rp 5,6 triliun, turun 25 persen dari periode sama tahun sebelumnya. Bahkan jika dihitung secara laba bersh, Astra Otoparts mengalami kerugian dalam.

"Di semester pertama kami rugi bersih Rp 296 miliar. Jika di-compare dengan tahun lalu, kami profit Rp 246 miliar," jelas Wanny dalam sesi teleconference, Kamis (27/8/2020).

Wanny memaparkan, lini bisnis manufaktur memberikan kontribusi 45 persen atau Rp 2,53 triliun dari total pendapatan bersih. Lewat bisnis ini, perusahaan memproduksi komponen dan rangkaian ke pasar pabrikan otomotif maupun pasar suku cadang pengganti untuk kendaaaan roda dua, roda empat, serta komersial.

"Total penjualan usaha turun 36 persen dari tahun lalu disebabkan penurunan penjualan di industri otomotif karena pandemi COVID-19," ungkapnya.

 

Kinerja Lain

Astra
Astra Otoparts meluncurkan situs dan aplikasi pembelian online suku cadang. (Septian/Liputan6.com)

Sementara itu, lini bisnis perdagangan juga turun 13 persen secara tahunan menjadi Rp 3,12 triliun. Adapun kontribusinya sebesar 55 persen terhadap total pendapatan bersih di semester I 2020.

Penurunan ini disebutnya lantaran adanya kebijakan PSBB yang diberlakukan pada April 2020. Pasalnya, saat itu segala jenis kegiatan produksi di pabrik-pabrik perusahaan terpaksa harus berhenti sementara.

"Satu quarter pertama kami positif, tapi mulai PSBB yakni April, Mei, Juni, manufaktur kami, trading kami juga ber-impact signifikan. Kami tidak bisa berproduksi, otomatis tidak bisa menjual," keluh Wanny.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya