Wall Street Beragam Jelang Pengumuman Hasil Rapat The Fed

Pada penutupan wall street, indeks saham Dow Jones melemah 128 poin atau 0,4 persen ke posisi 32.826.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mar 2021, 05:49 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2021, 05:49 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Selasa, 16 Maret 2021. Wall street bervariasi ini terjadi jelang pengumuman hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Pada penutupan wall street, indeks saham Dow Jones melemah 128 poin atau 0,4 persen ke posisi 32.826. Indeks saham Dow Jones turun setelah tujuh hari berturut-turut menguat.

Indeks saham S&P 500 melemah tipis 0,2 persen ke posisi 3.963. Sementara itu, indeks saham Nasdaq menguat 12 poin atau 0,1 persen ke posisi 13.472.

Indeks saham S&P 500 dan Dow Jones masih berada di level tertinggi, tetapi investor mencermati kemungkinan suku bunga naik. Hal itu akan menekan bursa saham. Wall street merosot ketika imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik di atas 1,62 persen pada perdagangan saham sore.

Pelaku pasar akan lebih banyak mendapatkan arahan dari the Federal Reserve pada Rabu waktu setempat. Bank sentral AS memulai pertemuan selama dua hari sejak 16 Maret 2021. Ketua the Fed Jerome Powell akan memberikan pernyataan.

"Pasar akan mencermati setiap kata (Jerome Powell-red) dari konferensi pers. Jika ia tidak berkata apa-apa, itu akan gerakkan pasar. Jika dia berkata banyak itu juga akan gerakkan pasar,” ujar CIO BlackRock, Rick Rieder, seperti dilansir dari CNBC, Rabu (17/3/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Saham Teknologi Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Lonjakan imbal hasil obligasi AS baru-baru ini telah mendorong perputaran growth stock seiring arus kas perusahaan mulai terlihat kurang menarik dibandingkan dengan aset lainnya.

"Distribusi vaksin COVID-19 membawa kita lebih dekat ke ekonomi yang dibuka kembali sepenuhnya dan kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam menilai prospek pertumbuhan ekonomi pada 2021. Kami memperkirakan suku bunga sebagai ancaman bagi pasar memudar," dikutip dari catatan strategist LPL Financial.

Sementara itu, di wall street, saham teknologi menguat dengan saham Apple dan induk Google Alphabet masing-masing naik 1,3 persen dan 1,4 persen. Saham Amazon menguat 0,3 persen.

Apple dan Amazon alami kinerja buruk dalam beberapa bulan terakhir seiring investor telah beralih dari growth stocks menjadi value stocks. Akan tetapi, sejumlah saham teknologi saat ini dinilai ada yang sudah murah.

"Ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan dengan neraca yang sangat baik. Mereka mungkin relatif berkinerja buruk, tetapi saya mengalami kesulitan melihat berdasarkan valuasi yang diperdagangkan, membayangkan mereka dapat alami penurunan tajam atau berkelanjutan,” ujar Angelo Kourkafas,  Investment Strategist Edward Jones.

Penjualan Ritel

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Di sisi lain, berdasarkan data ekonomi, penjualan ritel Februari turun tiga persen mencerminkan sebagian bulan yang ditandai dengan cuaca buruk di Amerika Serikat. Akan tetapi, angka penjualan ritel pada Januari direvisi naik menjadi 7,6 persen dari kenaikan 5,3 persen sehingga pasar mengabaikan angka tersebut.

Sementara itu, pasar saham relatif tenang pada Selasa juga tercermin dari indeks volatilitas CBOE yang turun di bawah 20 dan mencapai level terendah sejak Februari 2021.

Adapun perdagangan pada awal pekan ini, indeks saham Dow Jones melonjak 174 poin dan mencatat rekor tertinggi intraday ke-21 pada 2021, dan rekor penutupan tertinggi ke-14. Sedangkan indeks saham S&P 500 naik 0,64 persen untuk rekor penutupan tertinggi ke-13 pada 2021. Sedangkan indeks saham Nasdaq naik 1,05 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya