Wall Street Beragam, Imbal Hasil Obligasi AS Tekan Saham Teknologi

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones menguat 293,05 poin atau 0,9 persen ke posisi 32.778,64.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Mar 2021, 06:03 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2021, 06:03 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Jumat, 12 Maret 2021 dengan indeks saham Dow Jones dan S&P 500 catat penguatan.

Indeks saham Dow Jones melompat hingga catat rekor tertinggi seiring optimisme pelaku pasar berlanjut hingga merotasi saham ke saham siklikal. Sementara itu, imbal hasil atau yield obligasi AS kembali mengkhawatirkan pelaku pasar sehingga menekan saham teknologi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks saham Dow Jones menguat 293,05 poin atau 0,9 persen ke posisi 32.778,64.

Saham bank menguat seiring kenaikan suku bunga. Demikian juga sektor industri mendapatkan sentimen positif dari stimulus baru. Saham Goldman Sachs menguat dua persen, saham JP Morgan naik 1,2 persen.  Sementara itu, saham Boeing dan Caterpillar masing-masing naik 6,8 persen dan 4,2 persen.

Indeks saham S&P 500 naik terbatas 0,1 persen ke posisi 3.943,34. Saham layanan teknologi dan komunikasi mencatat kerugian. Indeks saham Nasdaq merosot 0,6 persen seiring suku bunga melonjak.

Saham Alphabet dan Facebook masing-masing turun dua persen. Sedangkan saham Apple, Amazon dan Microsoft ditutup di zona merah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Imbal Hasil Obligasi Bertenor 10 Tahun Kembali Naik

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Imbal hasil obligasi 10 tahun melonjak 10 basis poin menjadi 1,64 persen pada perdagangan saham Jumat pekan ini. Imbal hasil obligasi tersebut mencapai level tertinggi sejak Februari 2020.

Kenaikan pesat imbal hasil obligasi mendorong investor melepas saham teknologi setelah menguat pada awal pekan ini. Kenaikan suku bunga yang tajam dapat memberikan tekanan yang sangat besar pada pertumbuhan saham-saham teknologi karena mengurangi nilai dari keuntungan di masa depan.

"Suku bunga lebih tinggi, bank sentral yang kurang dovish sekarang dianggap sebagai ancaman terbesar bagi aset berisiko. Dengan berlalunya paket stimulus fiskal Amerika Serikat dan kemajuan pesat dalam vaksinasi COVID-19 di AS, sejumlah risiko utama lainnya mulai berkurang,” ujar Ralf Preusser, Bank of America’s Rates Strategist, seperti dilansir dari CNBC, Sabtu (13/3/2021).

Di sisi lain, dalam riset Ned Davis memperkirakan, indeks Nasdaq 100 yang berisi 100 perusahaan non-keuangan terbesar di Nasdaq Composite akan turun 20 persen lagi jika imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai dua persen.

Aksi Jual Memangkas Keuntungan Indeks Saham Acuan Selama Sepekan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Aksi jual saham pada Jumat pekan ini pun memangkas kinerja mingguan indeks saham Nasdaq menjadi tiga persen. Indeks saham S&P 500 naik 2,6 persen. Sedangkan indeks saham Dow Jones reli 4 persen. Indeks saham Russell 2000 naik 0,6 persen pada Jumat pekan ini mendorong kenaikan indeks saham tersebut menjadi tujuh persen pada pekan ini.

“Saya pikir ceritanya menjadi sangat jelas di sektor teknologi. Kami memiliki valuasi yang sangat tinggi dan hasil yang naik tiga kali lipat dari level terendah tahun lalu. Anda akan melihat banyak volatilitas di sektor saham teknologi. Ada perdagangan yang lebih baik di luar saham dalam siklus,” ujar CEO The Wealth Alliance Robert Conzo.

Investor pun mulai mencermati sektor saham yang terkait dengan pemulihan ekonomi setelah paket bantuan COVID-19 senilai USD 1,9 triliun dari Presiden AS Joe Biden diteken menjadi undang-undang (UU).

Stimulus bantuan COVID-19 oleh Joe Biden akan dibayar langsung hingga USD 1.400 kepada banyak warga AS pada pekan ini.

Selain itu, alokasi stimulus tersebut juga untuk program vaksinasi COVID-19 yang mencapai hampir USD 20 miliar dan USD 350 miliar untuk bantuan pemerintah negara bagian, lokal dan suku.

Pada Kamis pekan ini, Joe Biden mengumumkan akan mengarahkan negara bagian untuk membuat semua orang dewasa memenuhi syarat vaksin paling lambat 1 Mei 2021.

Ia mengatakan, hal tersebut agar warga AS dapat berkumpul dengan teman dan orang yang dicintai untuk merayakan hari kemerdekaan AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya