Wall Street Menguat Imbas Aksi Beli Investor

Pada penutupan atau wall street, indeks saham S&P 500 naik 0,5 persen ke posisi 3.909,52.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Mar 2021, 05:03 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2021, 05:03 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali pulih pada perdagangan saham Kamis, 25 Maret 2021 seiring sentimen pemulihan ekonomi memicu kenaikan harga saham setelah turun dua hari berturut-turut.

Pada penutupan atau wall street, indeks saham S&P 500 naik 0,5 persen ke posisi 3.909,52. Indeks saham Dow Jones menguat 199,42 poin atau 0,6 persen menjadi 32.619,48. Indeks saham Nasdaq bertambah 0,1 persen ke posisi 12.977,68. Indeks saham Nasdaq didukung kenaikan saham Tesla 1,6 persen dan Apple.

Saham-saham berkaitan dengan pembukaan ekonomi kembali menguat. Saham maskapai dan operator pelayaran memimpin kenaikan secara intraday.

Saham American Airlines dan United masing-masing naik lebih dari 4 persen. Sedangkan saham Norwegian Cruise Line dan Carnival masing-masing menguat lebih dari 2 persen. Saham Boeing naik 3,3 persen.

Wall street melemah pada hari sebelumnya seiring Ketua the Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan akan mulai menghapus stimulus yang telah mendorong pasar selama pandemi COVID-19.

“Saat kami membuat kemajuan substansial lebih lanjut menuju tujuan kami, kami akan secara bertahap mengembalikan jumlah treasury dan securities berbasis mortgage yang telah kami beli,” ujar Powell dilansir dari CNBC, Jumat (26/3/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Valuasi Saham Teknologi yang Tinggi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Ia menuturkan, pihaknya akan secara bertahap dari waktu ke waktu dan dengan transparan akan menarik kembali dukungan yang diberikan selama masa darurat saat ekonomi telah pulih sepenuhnya.

Penguatan wall street pada perdagangan Kamis waktu setempat mengurangi penurunan pada pekan ini. Indeks saham S&P 500 dan Dow Jones sekarang masing-masing turun 0,1 persen setelah mencapai rekor tertinggi. Indeks saham Nasdaq turun 1,8 persen.

Sejumlah investor telah merealisasikan keuntungan dari growth stock yang memimpin kenaikan. Saham Netflix susut 6,7 persen. Sementara itu, saham Tesla turun lebih dari lima persen. Saham Zoom tergelincir hampir 16 persen pada Maret 2021.

“Kelemahan dalam saham teknologi tidak dapat disangkal, tetapi kemungkinan tidak akan menjadi garis lurus ke bawah untuk sektor ini. Akan ada gejolak,valuasi saham teknologi terlalu tinggi dan bakal koreksi,” ujar Chief Investment Officer The Bahnsen Group.

Sentimen Lainnya

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Selain itu, investor mencermati dari perkiraan klaim pengangguran. Departemen Tenaga Kerja mengatakan, klaim pertama kali untuk asuransi pengangguran berjumlah 684.000 hingga 20 Maret 2021. Angka ini lebih rendah dari perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 735.000.

“Tanda-tanda penguatan dari klaim pengangguran yang dibaca mungkin sebenarnya memiliki efek buruk pada pasar yang lebih luas. Artinya jika kita terus melihat pasar tenaga kerja membuat kemajuan ini bisa diterjemahkan ke dalam tekanan pada saham dan the Fed untuk menilai kembali sikap akomodatifnya,” ujar Direktur Pelaksana E-Trade, Mike Loewengart.

Harga minyak turun lebih dari empat persen pada perdagangan Kamis pekan ini karena kekhawatiran permintaan yang kembali muncul seiring lockdown. Di sisi lain, imbal hasil surat berharga bertenor 10 tahun hanya naik satu basis poin menjadi 1,64 persen. Suku bunga acuan mencapai level tertinggi dalam 14 bulan di kisaran 1,7 persen pada minggu lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya