KFC Tutup Gerai hingga Kurangi Pekerja pada 2020

Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) SBT PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) memprotes kebijakan soal upah dan THR.

oleh Agustina MelaniPipit Ika Ramadhani diperbarui 14 Apr 2021, 23:21 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2021, 23:20 WIB
FOTO: Restoran Cepat Saji Terapkan Physical Distancing
Banner bergambar karakter terlihat di KFC Salemba, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Banner bergambar tersebut berguna untuk pembatas bagi pengunjung yang makan di tempat saat fase kenormalan baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) SBT PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) menggelar aksi demonstrasi di depan gerai KFC Gelael, MT Haryono, Jakarta pada Senin, 12 April 2021.

Salah satu poin SPBI meminta PT Fast Food Indonesia Tbk yang mengelola restoran KFC untuk mengeluarkan kebijakan pembayaran upah seperti biasanya. Selain itu buruh juga mendesak agar perseroan mengembalikan upah yang selama ini ditahan.

SPBI Antony Matondang membeberkan, FAST sempat mengeluarkan kebijakan pemotongan upah dan hold upah, dan membayar THR tidak sesuai dengan ketentuan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) KFC, dan menunda pembayaran upah lembur buruh. 

"Akibat dari kebijakan ini, sebagian pekerja KFC mendapatkan Upah jauh dibawah Upah Minimum Kota/Kabupaten yang berlaku pada tahun 2020,” kata dia seperti dikutip, Rabu, 14 April 2021.

Sejauh ini, Antony mengaku FAST sudah merealisasikan tuntutan terkait upah dan jam kerja normal per 1 April 2021. Namun ia merasa FAST tak sekonyong-konyong dalam mengabulkan tuntutan tersebut.Antony menuding FAST sengaja memberlakukan tes PCR kepada peserta aksi untuk alasan kesehatan.

“Ada tindakan balasan KFC kepada peserta aksi. Yaitu harus tes PCR, selain PCR ditolak. Padahal jika alasan kesehatan dan preventif bisa dulu Tes Swab Antigen dan ketika reaktif positif baru PCR, dan (kalau) negatif tidak perlu PCR,” ujar Antony saat dihubungi Liputan6.com.

“Ini membuktikan agar pekerja tidak bisa PCR karena mahal harga tesnya,” ia menambahkan.

Saat dikonfirmasi mengenai ada protes dari karyawan, Direktur PT Fast Food Indonesia Tbk Justinus Dalimin Juwono belum membalas pesan singkat  lewat aplikasi percakapan dan telepon yang dilayangkan Liputan6.com.

Terkait dengan ada protes dari karyawan, lalu bagaimana kinerja operasional dan keuangan PT Fast Food Indonesia Tbk?

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kuartal III 2020, jumlah karyawan berkurang mencapai 893 karyawan. Pada 30 September 2020, perusahaan mempunyai 16.075 karyawan tetap.

Jumlah ini susut 893 orang dari periode laporan keuangan 31 Desember 2019 (tidak diaudit) yang menunjukkan jumlah karyawan tetap mencapai 16.969.

Selain itu, pada 30 September 2020, perseroan telah mengoperasian 738 gerai restoran. Gerai ini berkurang 10 unit dari posisi 31 Desember 2019 sebanyak 748 gerai.

PT Fast Food Indonesia Tbk mencatat pendapatan sebesar Rp 3,58 triliun hingga kuartal III 2020. Realisasi pendapatan itu turun 28,46 persen dari periode 2019 sebesar Rp 5,01 triliun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kinerja Keuangan

FOTO: Restoran Cepat Saji Terapkan Physical Distancing
Pelayan merapikan banner bergambar karakter di KFC Salemba, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Banner bergambar tersebut berguna untuk pembatas bagi pengunjung yang makan di tempat saat fase kenormalan baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Beban pokok pendapatan susut 22,38 persen menjadi Rp 1,45 triliun hingga September 2020. Perseroan mencatat beban pokok pendapatan Rp 1,87 triliun hingga September 2019. Dengan demikian, perseroan catat laba bruto Rp 2,13 triliun hingga kuartal III 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,13 triliun.

Perseroan mampu menekan sejumlah beban hingga September 2020. Beban penjualan dan distribusi susut 13,37 persen dari Rp 1,87 triliun hingga kuartal III 2019 menjadi Rp 1,45 triliun hingga kuartal III 2020. Beban umum dan administrasi turun 4,3 persen menjadi Rp 451,08 miliar hingga kuartal III 2020.

Namun, beban operasi lainnya naik 31,8 persen menjadi Rp 7,67 miliar hingga kuartal III 2020. Pada periode sama tahun sebelumnya, beban operasi tercatat Rp 5,81 miliar.

Perseroan pun mencatat rugi usaha Rp 364,88 miliar hingga kuartal III 2020 dari periode sama tahun sebelumnya catat laba usaha Rp 206,54 miliar. Perseroan mencatat rugi Rp 298,33 miliar hingga sembilan bulan pertama 2020 dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 175,69 miliar.

Dengan melihat kondisi itu, perseroan mencatat rugi per saham dasar Rp 75 hingga September 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 44.

Total liabilitas naik menjadi Rp 2,14 triliun hingga 30 September 2020 dari periode 31 Desember 2019 sebesar Rp 1,74 triliun. Ekuitas perseroan turun 17,26 persen menjadi Rp 1,37 triliun hingga 30 September 2020 dari periode 31 Desember 2019 sebesar Rp 1,65 triliun. Total aset tercatat Rp 3,5 triliun hingga kuartal III 2020. Perseroan kantongi kas Rp 547,19 miliar hingga September 2020.

Pendapatan perseroan dari makanan dan minuman mencapai Rp 3,54 triliun hingga kuartal III 2020. Angka ini turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 4,93 triliun. Penjualan konsinyasi CD turun dari Rp 68,83 miliar hingga kuartal III 2019 menjadi Rp 41,49 miliar. Jasa layanan antar turun menjadi Rp 3,55 miliar hingga kuartal III 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,49 miliar.

Sebelumnya, dalam paparan publik yang disampaikan pada 2020, perseroan menyatakan kalau pertama kali selama berdirinya perseroan, omzet hingga kuartal III 2020 turun tajam sebesar 30-35 persen dibandingkan periode sama tahun lalu akibat pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap semua usaha di Indonesia bukan hanya restoran cepat saji.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya