Melihat Kinerja Keuangan Emiten Pengelola KFC hingga Kuartal III 2020

Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) SBT PT Fast Food Indonesia Tbk protes terhadap perseroan lantaran upah. Lalu bagaimana kinerja keuangan KFC.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Apr 2021, 20:16 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2021, 20:16 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Liputan6.com, Jakarta - Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) SBT PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), emiten yang mengelola restoran siap saji KFC menggelar aksi demonstrasi di depan gerai KFC Gelael, MT Haryono, Jakarta pada Senin, 12 April 2021.

Salah satu poin SPBI meminta PT Fast Food Indonesia Tbk yang mengelola restoran KFC untuk mengeluarkan kebijakan pembayaran upah seperti biasanya. Selain itu buruh juga mendesak agar perseroan mengembalikan upah yang selama ini ditahan.

SPBI Antony Matondang membeberkan, FAST sempat mengeluarkan kebijakan pemotongan upah dan hold upah, dan membayar THR tidak sesuai dengan ketentuan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) KFC, dan menunda pembayaran upah lembur buruh. 

"Akibat dari kebijakan ini, sebagian pekerja KFC mendapatkan Upah jauh di bawah Upah Minimum Kota/Kabupaten yang berlaku pada tahun 2020,” kata dia seperti dikutip, Rabu, 14 April 2021.

Sejauh ini, Antony mengaku FAST sudah merealisasikan tuntutan terkait upah dan jam kerja normal per 1 April 2021. Namun ia merasa FAST tak sekonyong-konyong dalam mengabulkan tuntutan tersebut.

Lalu bagaimana kinerja keuangan PT Fast Food Indonesia Tbk?

Perseroan baru menyampaikan rilis kinerja keuangan hingga September 2020 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI).

Mengutip laporan keuangan tersebut, PT Fast Food Indonesia Tbk mencatat pendapatan sebesar Rp 3,58 triliun hingga kuartal III 2020. Realisasi pendapatan itu turun 28,46 persen dari periode 2019 sebesar Rp 5,01 triliun.

Pendapatan perseroan dari makanan dan minuman mencapai Rp 3,54 triliun hingga kuartal III 2020. Angka ini turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 4,93 triliun. Penjualan konsinyasi CD turun dari Rp 68,83 miliar hingga kuartal III 2019 menjadi Rp 41,49 miliar. Jasa layanan antar turun menjadi Rp 3,55 miliar hingga kuartal III 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,49 miliar.

Beban pokok pendapatan susut 22,38 persen menjadi Rp 1,45 triliun hingga September 2020. Perseroan mencatat beban pokok pendapatan Rp 1,87 triliun hingga September 2019. Dengan demikian, perseroan catat laba bruto Rp 2,13 triliun hingga kuartal III 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,13 triliun.

Perseroan mampu menekan sejumlah beban hingga September 2020. Beban penjualan dan distribusi susut 13,37 persen dari Rp 1,87 triliun hingga kuartal III 2019 menjadi Rp 1,45 triliun hingga kuartal III 2020. Beban umum dan administrasi turun 4,3 persen menjadi Rp 451,08 miliar hingga kuartal III 2020.

Namun, beban operasi lainnya naik 31,8 persen menjadi Rp 7,67 miliar hingga kuartal III 2020. Pada periode sama tahun sebelumnya, beban operasi tercatat Rp 5,81 miliar.

Perseroan pun mencatat rugi usaha Rp 364,88 miliar hingga kuartal III 2020 dari periode sama tahun sebelumnya catat laba usaha Rp 206,54 miliar. Perseroan mencatat rugi Rp 298,33 miliar hingga sembilan bulan pertama 2020 dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 175,69 miliar.

Dengan melihat kondisi itu, perseroan mencatat rugi per saham dasar Rp 75 hingga September 2020 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 44.

Sebelumnya, dalam paparan publik yang disampaikan pada 2020, PT Fast Food Indonesia Tbk menyatakan kalau pertama kali selama berdirinya perseroan, omzet hingga kuartal III 2020 turun tajam sebesar 30-35 persen dibandingkan periode sama tahun lalu akibat pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap semua usaha di Indonesia bukan hanya restoran cepat saji.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Total Liabilitas

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Total liabilitas naik menjadi Rp 2,14 triliun hingga 30 September 2020 dari periode 31 Desember 2019 sebesar Rp 1,74 triliun. Ekuitas perseroan turun 17,26 persen menjadi Rp 1,37 triliun hingga 30 September 2020 dari periode 31 Desember 2019 sebesar Rp 1,65 triliun.

Total aset tercatat Rp 3,5 triliun hingga kuartal III 2020. Perseroan kantongi kas Rp 547,19 miliar hingga September 2020.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya