Wall Street Merosot Jelang Rilis Laporan Keuangan Kuartal III 2021

Wall street kompak melemah pada Senin, 11 Oktober 2021 waktu setempat seiring kekhawatiran inflasi dan antisipasi laporan keuangan.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Okt 2021, 06:19 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2021, 06:19 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan pada perdagangan Senin, 11 Oktober 2021 seiring investor menimbang lonjakan harga minyak, kekhawatiran ekonomi dan laporan keuangan kuartal III 2021.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 250,19 poin atau 0,7 persen ke posisi 34.496,06.

Rata-rata indeks saham unggulan naik lebih dari 200 poin ke level tertinggi intraday. Indeks S&P 500 susut 0,7 persen menjadi 4.361,19. Indeks Nasdaq tergelincir 0,6 persen menjadi 14.486,20.

Saham bergejolak hampir sepanjang hari, tetapi penjualan meningkat pada jam terakhir dan rata-rata indeks utama menutup sesi pada posisi terendahnya.

“Apa yang kami lihat saat ini adalah pasar mencoba untuk bergulat dan memahami bagaimana menafsirkan semua input ini. Akan butuh sedikit waktu untuk menyelesaikan semuanya,” kata Managing Partner Plexo Capital Lo Toney dilansir dari CNBC, Selasa (12/10/2021).

Sementara itu, pasar obligasi AS libur pada awal pekan ini untuk Columbus Day.

Di sisi lain, pasokan minyak AS, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencapai USD 82 per barel pada sesi tertingginya sebelum diperdagangkan sekitar USD 80. Harga yang melonjak menambah kekhawatiran tentang inflasi.

“Peningkatan biaya energi yang tinggi atau cepat telah memicu resesi pada masa lalu dan ada kemungkinan sejarah dapat terulang kembali jika harga energi terus naik. Harga energi lebih tinggi menghasilkan pendapatan sekali pakai yang lebih rendah bagi konsumen,” ujar Neil Beveridge dari Bernstein dalam catatannya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saham Energi Menguat

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebagian besar saham energi naik karena lonjakan harga minyak. Akan tetapi, saham energi juga bergejolak menjelang penutupan.

Delapan dari 11 sektor saham S&P 500 ditutup lebih rendah pada sesi perdagangan awal pekan ini dengan sektor utilitas mencatat kinerja kurang baik.

Sementara itu, Goldman memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Perusahaan menurunkan harapan pertumbuhan 2022 menjadi 4 persen dair 4,4 persen dan menurunkan estimasi 2021 menjadi 5,6 persen dari 5,7 persen.

Perseroan mengutip berakhirnya dukungan fiskal dari Kongres dan pemulihan belanja konsumen yang lebih lambat dari perkiraan terutama  layanan.

“Untuk kegiatan seperti pergi ke bioskop, banyak orang tidak mengantisipasi melanjutkan pola pengeluaran normal setidaknya selama enam bulan lagi, menunjukkan normalisasi penuh dalam kegiatan ekonomi mungkin memerlukan waktu,” tutur Ekonom Goldman Sachs, Joseph Briggs.

Bank Besar Bakal Rilis Laporan Keuangan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Pekan ini, bank-bank besar akan memulai laporan pendapatan kuartal III 2021. JP Morgan akan rilis laporan keuangan pada Rabu pekan ini.

Sementara itu, Goldman Sachs, Bank of America, Morgan Stanley, Wells Fargo dan Citigroup menyusul pada akhir pekan. Demikian juga laporan keuangan Delta Airlines dan Walgreen Boots Alliance.

Investor akan mencari petunjuk tentang tantangan rantai pasokan terutama memasuki musim belanja liburan. Analis memperkirakan tingkat pertumbuhan pendapatan 27,6 persen untuk S&P 500 pada kuartal III yang akan menjadi tingkat pertumbuhan tertinggi ketiga sejak 2010.

Setelah susut 4,8 persen pada September, indeks S&P 500 naik lebih dari satu persen untuk Oktober dan naik empat persen dari posisi tertingginya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya