Wall Street Lesu Imbas Data Tenaga Kerja AS Mengecewakan

Wall street merosot pada perdagangan Jumat, 8 Oktober 2021 seiring laporan pekerjaan yang mengecewakan.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Okt 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2021, 07:00 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 8 Oktober 2021. Wall street dibayangi sentimen kesepakatan plafon utang jangka pendek dan data tenaga kerja AS yang mengecewakan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 8,69 poin menjadi 34.746,25. Indeks S&P 500 susut 0,2 persen menjadi 4.391,34. Indeks Nasdaq melemah 0,5 persen menjadi 14.579,54.

Pada pekan ini, indeks acuan di wall street kompak menguat. Indeks Dow Jones naik 1,2 persen, dan bukukan pekan terbaik sejak Juni. Indeks S&P 500 mencetak kenaikan 0,8 persen, dan masuk pekan terbaik mingguan sejak Agustus 2021. Indeks Nasdaq bertambah 0,1 persen.

Saham energi naik lebih tinggi pada Jumat pekan ini seiring harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melewati posisi USD 80 per barel pada Jumat pekan ini untuk pertama kalinya sejak November 2014.

Harga minyak WTI menetap di USD 79,35. Saham Exxon Mobil naik 2,5 persen, Chevron menguat 2,2 persen dan ConocoPhilips naik hampir 4,8 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Rilis Data Tenaga Kerja

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Rilis laporan pekerjaan Jumat pekan ini berdampak terhadap pergerakan saham. Data laporan pekerjaan mengecewakan karena hanya bertambah 194.000 pekerjaan pada September 2021, demikian disampaikan Departemen Tenaga Kerja. Realisasi data pekerjaan itu di bawah perkiraan Dow Jones 500.000.

Sisi positifnya, tingkat pengangguran itu turun ke titik jauh lebih rendah dari perkiraan para ekonom. Pada 4,8 persen, tingkat yang sama terlihat pada akhir 2016. Laporan pekerjaan Agustus direvisi hingga 366.000 dibandingkan dengan pembacaan awal 235.000.

Gambaran tenaga kerja yang lebih suram dapat menghentikan the Federal Reserve atau bank sentral AS karena bersiap untuk memperlambat program pembelian obligasi USD 120 miliar per bulan.

"Jumlah pekerjaan ini dapat mempertanyakan titik awal penurun akhir tahun ini,” ujar Managing Partner Harris Financial Group, Jamie Cox dilansir dari CNBC, Sabtu (9/10/2021).

Ia menambahkan, ada banyak hal positif dalam laporan tersebut, seperti kenaikan rata-rata pendapatan per jam tetapi tidak cukup untuk menutupi fakta gambaran ketenagakerjaan tetap suram dengan semua terkait COVID-19.

Imbal Hasil Obligasi AS

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan, klaim pengangguran mingguan sebelumnya mencapai 326.000. Klaim pengangguran itu lebih rendah dari yang diprediksi ekonom 345.000. Klaim lanjuan itu sementara turun 97.000 menjadi 2,71 juta.

Saham cenderung bergejolak tetap rata-rata indeks utama tidak tergelincir oleh plafon utang. Saham menguat selama perdagangan regular pada Kamis pekan ini seiring Washington mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang hingga Desember 2021.

Ketidakpastian seputar plafon utang telah menjadi hambatan bagi pasar tetapi risiko lain tetap ada, termasuk percepatan inflasi dan kenaikan suku bunga.

Imbal hasil obligasi 10 tahun sekitar 1,57 persen pada Kamis pekan ini, dan UBS prediksi naik menjadi 1,8 persen pada akhir. Wall street juga bersiap untuk musim pendapatan kuartal III 2021 yang dimulai pekan depan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya