PTBA Optimistis Masa Keemasan Harga Batu Bara Berlanjut hingga 2022

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah membuka pasar baru ke Bangladesh untuk ekspor batu bara.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Okt 2021, 16:22 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2021, 16:22 WIB
Ekspor Batu Bara Indonesia Menurun
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta -- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) optimistis tren kenaikan harga batu bara akan berlanjut hingga tahun depan. Hal ini merujuk pada tingginya permintaan batu bara di tengah krisis energi yang menimpa sejumlah kawasan di China dan Eropa.

"Sampai dengan akhir tahun saya masih punya keyakinan tidak akan terjadi penurunan yang signifikan. Walaupun ada fluktuasi itu kecil. Saya yakin sampai dengan akhir tahun harga ini masih cukup tinggi,” kata Direktur Utama Bukit Asam Tbk, Suryo Eko dalam konferensi pers laporan keuangan kinerja Kuartal III 2021  PT Bukit Asam Tbk, Senin (25/10/2021).

Di sisi lain, keyakinan itu didorong dengan sejumlah negara yang semula berkomitmen untuk meninggalkan batu bara, kini kembali menggunakannya. Eko menyebutkan, negara-negara tersebut seperti Inggris dan Kanada.

Di sisi lain, China masih terkendala iklim dan cuaca, sehingga butuh pasokan batu bara yang cukup tinggi. Tak hanya itu, situasi geopolitik nampaknya juga menjadi peluang ekspor batu bara dari Indonesia.

Eko mengatakan hubungan China dengan Australia diperkirakan belum akan menunjukkan perbaikan pada awal tahun depan. Sehingga ekspor dari Australia ke China akan terganggu.

"Dari berbagai faktor tadi, saya secara pribadi memprediksi bahwa masa keemasan harga batu bara masih berlanjut sampai dengan tahun depan,” kata Eko.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Usaha PTBA Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin mengungkapkan, Perseroan telah membuka pasar baru pada bulan ini, yaitu Bangladesh. Sebelumnya, Perseroan memiliki lima pasar utama, yakni China Taiwan, Filipina, India, dan Vietnam. “

Alhamdulillah Oktober ini kita membuka pasar baru ke Bangladesh. Jadi kita berorientasi ekspor yang didukung dengan harga yang sangat baik,” kata Fuad.

Dalam catatannya, harga tertinggi pada minggu ketiga Oktober mencapai USD 253,55 per ton. Dia menuturkan, angka ini jauh di atas harga batu bara tertinggi 2008 silam, yakni USD 194,79.

Kemudian pada minggu terakhir Oktober, Fuad mengatakan, harga batu bara terpantau di USD 221,79 per ton.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gerak Saham PTBA

IHSG Ditutup Melemah ke 6.023,64
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Dari 10 sektor pembentuk IHSG, lima sektor saham berada di zona merah. Pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada penutupan perdagangan Senin, 25 Oktober 2021, saham PTBA naik 2,62 persen ke posisi Rp 2.740 per saham. Saham PTBA dibuka naik 160 poin ke posisi Rp 2.830 per saham.

Saham PTBA berada di level tertinggi Rp 2.850 dan terendah Rp 2.720. Total frekuensi perdagangan 9.975. Volume perdagangan 636.886. Nilai transaksi Rp 176,3 miliar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya