Liputan6.com, Jakarta - PT Merck Tbk (MERK) memutuskan membagikan dividen untuk tahun buku 2021 sebesar Rp 107,5 miliar. Dividen itu setara Rp 240 per saham.
Pembagian dividen tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu, 25 Mei 2022. Dividen tersebut 80 persen dari laba bersih 2021. Pembagian dividen tersebut juga mempertimbangkan pemenuhan dukungan modal kerja PT Merck Tbk.
Baca Juga
"Jadwal pembagian dividen dimulai 24 Juni 2022. Tidak berbeda jauh dari sebelumnya gunakan rasio 80 persen dari after tax laba yang dicapai perseroan 2021. Rp 107 miliar atau Rp 240 per saham,” ujar Direktur PT Merck Tbk, Bambang Nurcahyo, ditulis Kamis (26/5/2022).
Advertisement
Perseroan membukukan kinerja positif dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada 2021. Perseroan mencatat pendapatan naik 62 persen menjadi Rp 1 triliun dan laba bersih bertambah 83 persen menjadi Rp 132 miliar pada 2021.
Mengutip keterangan tertulis, Perseroan mencatat total aset, liabilitas dan ekuitas perseroan pada 2021 mencapai Rp 1 triliun, Rp 342 miliar, dan Rp 684 miliar yang masing-masing naik 10 persen, 8 persen dan 12 persen dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, rasio lancar tercatat 2,71. Liabilitas terhadap ekuitas 0,50, liabilitas terhadap aset 0,33. Rasio profitabiltias terjaga dengan marjin laba kotor 37,46 persen, Return of Asset (ROA) naik menjadi 12,83 persen dari 7,73 persen dan ROE naik menjadi 19,25 persen dari 11,74 persen.
Dari divisi healthcare mencatat pencapaian 18 persen di atas target dan bertumbuh 23,3 persen. Dari sisi obat-obatan resep mencapai realisasi Rp 594 miliar sehingga berkontribusi 56 persen terhadap total pendapatan perseroan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Lainnya
Kinerja di sektor usaha terapi kesuburan (infertilitas) semakin kuat dan mampu mencatat pencapaian 48 persen di atas target dan bertumbuh 93 persen, hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu.
Selain itu, kelompok produk terapetik diabetes mencatat pencapaian 3 persen di atas target dengan pertumbuhan 19 persen. Kelompok produk tiroid juga mencatat pencapaian 37 persen di atas target dan bertumbuh 9,6 persen.
Serta, terapetik Onkologi juga mampu mencatat pencapaian 34 persen di atas target dan bertumbuh 42 persen.
Berlanjutnya pandemi pada 2021 membuat Divisi Plant Perseroan kembali harus menghadapi tantangan besar pada aspek kesehatan dan keselamatan karyawan dan lingkungan (K3L), dengan protokol kesehatan ketat harus diberlakukan, sementara target produksi dinaikan.
Kendala lain yang harus diatasi adalah terbatasnya jumlah personel dan adanya hambatan logistik selama puncak pandemi.
Advertisement
Selanjutnya
Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, Divisi Plant tetap mampu menggunakan 90 persen kapasitas dan berhasil melampaui target produksi sebesar 892 juta tablet atau 106,2 persen dari target 840 juta tablet. Komposisi produksi adalah 90 persen produk solid dan 10 persen produk liquid dan semi solid.
Sementara itu, perbandingan volume ekspor dan domestik pada 2021 meningkat menjadi 58 persen dan 42 persen dibandingkan volume ekspor dan domestik sebesar 52 persen dan 48 persen pada 2020. Capaian ini menunjukkan tingginya realisasi ekspor bagi produk-produk Perseroan pada 2021.
Kinerja Bisnis Lainnya
Lini usaha Bahan Baku Obat (BBO) yang merupakan residual dari bisnis chemical milik Merck KGaA sebagai Principal dengan dijalankan oleh PT Merck Chemicals and Life Sciences menunjukkan kinerja positif pada 2021, yakni tumbuh 21 persen menjadi sebesar Rp94 miliar dari Rp78 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun demikian, kontribusi BBO terhadap total pendapatan Perseroan menurun, dari 12 persen pada 2020 menjadi 9 persen pada 2021 karena Perseroan tetap fokus meningkatkan bisnis Healthcare dan kegiatan ekspor yang dilakukan
Tantangan yang Harus Dihadapi saat Pandemi COVID-19
Sebelumnya, PT Merck Tbk (MERK) mengaku terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi selama pandemi COVID-19. Direktur Plant MERK Arryo A. Wachjuwidajat mengatakan, salah satu tantangan terberat ialah kekurangan bahan baku obat. Hal ini tak terlepas dari ekspor yang harus dilakukan pihaknya.
"Saya bicara aktual situasion. Bagaimana menghadapi situasi sulit yang sebelumya belum pernah kita hadapi terkait rantai pasokan. Itu mungkin bukan hanya untuk sektor farmasi tapi juga semua industri, bagaimana kita menjamin rantai pasokan produksi di mana bahan baku hampir 90 persen masih harus impor dari negara tertentu," katanya saat berbincang secara virtual, ditulis Sabtu, 14 Agustus 2021.
Beberapa negara bahkan melakukan lockdown atau karantina wilayah sehingga bahan baku tak bisa dikirim karena terputusnya transportasi.
"Saat pandemi mereka menutup transportasinya, itu adalah tantangan yang tak pernah terpikirkan oleh semua orang dan kita harus menyiasatinya," ujarnya.
Tak hanya itu, terdapat juga tantangan lain yang harus dihadapi perusahaan, yakni memperbaiki efisiensi produksi pabrik sehingga biaya yang tak perlu bisa ditekan dengan maksimal.
"Secara umum tantangan lain adalah bagaimana kita memperbaiki efisiensi produksi, tanpa itu beban biaya tidak bisa dikontrol, proses tidak efisien, itu akan menjadi boomerang buat kami sebagai produsen. Jadi harus kita jamin dari sisi waktu dan sumber daya," tuturnya.
Perusahaan juga mengaku memiliki sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan yang terjadi saat ini, seperti mencari pemasok lain dan mulai beralih ke sistem digital.
Advertisement