Gono Gini Belum Jelas, Proses Cerai PTPP Chalieco Alot

PT PP Tbk menjelaskan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang mandek kepada DPR lantaran ada perselisihan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Sep 2022, 06:31 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2022, 06:31 WIB
Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Konsorsium Engineering, Procurement and Construction (EPC) proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) terancam bubar. Lantaran, hingga saat ini pengerjaan proyek itu jalan di tempat lantaran terdapat perselisihan antara pihak internal yang mengerjakan proyek itu.

Adapun konsorsium EPC terdiri dari PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan China Aluminum International Engineering Corporation Limited (Chalieco).

Direktur Utama PTPP Novel Arsyad menjelaskan, penyebab pertama terhambatnya proyek ini lantaran kesepakatan mengenai red mud dan slag stockyard antara konsorsium EPC yang seharusnya ditandatangani pada 29 Mei 2022, baru diteken pada awal September 2022.

Kedua, yaitu adanya dispute antara kontraktor internal di konsorsium EPC, yakni PT PP dengan Chalieco, terkait pembagian kerja. Mulanya, porsi pembagian kerja atau tanggung jawab yakni PT PP 25 persen berupa pekerjaan sipil dan pondasi. Sementara Chalieco sebesar 75 persen meliputi semua lingkup pekerjaan utama EPC

Namun, pada 27 Mei 2022, perubahan porsi dan lingkup disepakati menjadi PTPP sebesar 8,25 persen, meliputi red mud stockyard (lokasi baru) dan finished work. Sementara Chalieco 91,75 persen meliputi semua pekerjaan di luar lingkup pekerjaan PTPP.

“Jadi ibarat rumah tangga, barangkali mau perceraian enggak jalan-jalan karena gono gininya enggak jelas. Jadi masih nahan-nahan. Sebenarnya permasalahan yang ada itu lebih kepada lingkup pekerjaan yang tidak jelas,” kelakar Novel dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Selasa, 20 September 2022.

Perseroan dalam pertemuan antara PT BAI dengan konsorsium EPC yang difasilitasi oleh Kementerian BUMN, meminta penyelesaian perhitungan nilai finished work yang sudah dikerjakan oleh perseroan agar dilakukan oleh penilai independen. Sebab terdapat selisih antara angka yang diajukan perseroan dan Chalieco.

“Kalau kita fokuskan untuk penyelesaian, kami sudah sepakat lingkupnya. Tinggal finish work dinilai oleh konsultan independen,” imbuh dia.

 


PT PP Kantongi Kontrak Baru Rp 15,78 Triliun hingga Agustus 2022

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mengantongi kontrak baru senilai Rp 15,78 triliun hingga Agustus 2022. Capaian kontrak baru ini naik 55,93 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,12 triliun.

Berdasarkan pemberi kerja, mayoritas berasal dari BUMN sebesar 65 persen. Kemudian pemerintah dan swasta masing-masing 30 persen dan 5 persen.

“BUMN sumbang sekitar 65 persen dan pemerintah sekitar 30 persen sampai Agustus 2022. Mayoritas pasar kita lebih fokus kesana untuk memastikan kelancaran proyek ini dengan pembayaran yang baik, kita harapkan punya cash flow yang baik juga untuk pencapaian di 2022,” kata Direktur Utama PTPP, Novel Arsyad dalam Public Expose Live 2022, Kamis (15/9/2022).

Hingga akhir tahun, perseroan menargetkan kontrak baru mencapai Rp 31 triliun. Di mana proyek BUMN ditargetkan andil 48 persen, pemerintah 44 persen, dan swasta 8 persen Berdasarkan lini bisnisnya, capaian kontrak batu per Agustus 2022 didominasi oleh konstruksi sebesar 64 persen. Disusul bisnis anak usaha 28 persen, dan dari bisnis EPC andil 8 persen.

“Mayoritas atau 64 persen di konstruksi. Dalam konstruksi ada beberapa yaitu infrastruktur 49 persen, jalan dan jembatan 24 persen, lalu gedung 27 persen,” beber Novel.

Sampai dengan akhir tahun, PT PP Tbkmemproyeksikan kontrak baru dari lini bisnis konstruksi andil 63 persen, dengan rincian gedung 41 persen, infrastruktur 30 persen, serta jalan dan jembatan 29 persen. Kemudian lini bisnis anak usaha 23 persen, EPC 13 persen, dan luar negeri 1 persen.

 


Kinerja Semester I 2022

Awal 2019 IHSG
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mengumumkan kinerja semester I 2022. Pada periode tersebut, perseroan mengukuhkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 86,96 miliar. Naik tipis 1,07 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 86,04 miliar.

Raihan itu berbanding lurus dengan pendapatan usaha yang naik 39,74 persen menjadi Rp 9,02 triliun pada semester I 2022 dari Rp 6,46 triliun pada semester I 2021.

Mengutip laporan keuangan perseroan, Rabu (9/8/2022), pendapatan perseroan ditopang oleh jasa konstruksi yang tumbuh 47,1 persen menjadi Rp 7,13 triliun pada semester I 2022. Disusul segmen properti dan realti sebesar Rp 1,08 triliun.

Kemudian segmen EPC(engineering, procurement-construction) sebesar Rp 593,19 miliar, energi Rp 80,75 miliar, persewaan peralatan Rp 63,14 miliar, pendapatan keuangan atas konstruksi aset keuangan konsesi Rp 54,11 miliar, dan pracetak Rp 26,8 miliar.

Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan turut naik menjadi Rp 7,79 triliun dari Rp 5,66 triliun. Meski begitu, laba kotor masih tercatat naik 53,79 persen menjadi Rp 1,23 triliun dari Rp 798,28 miliar pada semester I 2021.

 


Aset Perseroan

Akhir 2019, IHSG Ditutup Melemah
Pengunjung melintas dilayar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG 2019 ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada periode tersebut, PT PP Tbk mencatatkan beban usaha sebesar Rp 332,72 miliar, kerugian penurunan nilai Rp 83,89 miliar, dan beban keuangan Rp 594,45 miliar. Kemudian beban lainnya Rp 60,93 miliar serta beban pajak final Rp 230,3 miliar.

Perseroan juga mencatatkan bagian laba ventura bersama sebesar Rp 136,47 miliar, bagian laba entitas asosiasi Rp 968,51 juta, dan pendapatan lainnya Rp 69,99 miliar. Dari rincian tersebut, setelah dikurangi pajak, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 112,25 miliar. Naik 1,84 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 110,22 miliar.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 58,27 triliun, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 55,57 triliun. Terdiri dari aset lancar sebesar Rp 34,74 triliun dan aset tidak lancar Rp 23,53 triliun.

Liabilitas sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 43,71 triliun, naik dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 41,24 triliun. terdiri dari liabilitas jangka pendek rp 31,09 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 12,62 triliun. Sementara ekuitas naik tipis menjadi Rp 14,56 triliun pada Juni 2022 dibanding posisi akhir Desember 2021 sebesar Rp 55,57 triliun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya