Volatilitas Pasar Saham Indonesia Lebih Tenang pada Semester II 2023

Volatilitas pasar saham kemungkinan akan mulai stabil pada paruh kedua 2023 dengan asumsi rotasi portfolio sudah selesai.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Jan 2023, 21:49 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2023, 21:49 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia saat ini tengah dalam volatilitas tinggi. Vice President, Strategist Equity Research CGS CIMB Sekuritas Indonesia, Peter Sutedja CFA menilai kondisi itu disebabkan ada rotasi portofolio investor asing dari Indonesia ke China, seiring pembukaan yang diberlakukan di negara tirai bambu itu.

"Dari kondisi awal tahun ini cukup volatile di pasar saham. Ada rotasi dari indonesia ke China dengan ekspektasi reopening ekonomi. Dalam dua tahun terakhir pasar Indonesia performanya bagus,” kata dia dalam Money Buzz, Selasa (10/1/2023).

Dari sisi makro, Peter mengatakan ada kekhawatiran mengenai penurunan harga komoditas. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor terbesar. Sehingga perusahaan yang bergerak pada sektor komoditas sempat ketiban durian runtuh sata harga komoditas seperti batu bara melejit dan permintaan yang tinggi, imbas krisis energi di Eropa.

Berbanding lurus dengan itu, saat harga komoditas mengalami tren pelemahan timbul kekhawatiran di pasar.

“Namun mungkin secara makro kita enggak seburuk itu. Sebenarnya harga komoditas masih di atas rata-rata 10 tahun. Misalnya batu bara atau CPO,” kata dia.

Peter mengatakan, volatilitas pasar saham kemungkinan akan mulai stabil pada paruh kedua 2023 dengan asumsi rotasi portfolio sudah selesai. Di samping itu, Indonesia akan memasuki tahun politik.

Secara historis, pasar akan cenderung wait and see ketika periode voting berlangsung, setelah hingar pada tahun kampanye. "Second half akan lebih stabil dari rotasi sudah selesai dan masuk ke tahun politik,” pungkas dia.

 

 

Valuasi Makin Tinggi, Bagaimana Prospek Saham Perbankan?

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, perbankan menjadi salah satu sektor idola di pasar modal. Equity Research Analyst, CGS CIMB Sekuritas Indonesia, Handy Noverdanius menerangkan, valuasi perbankan saat ini telah melampaui angka historisnya.

Namun, bersamaan dengan itu, kinerja fundamental perbankan juga masih solid. Sehingga sektor saham ini masih menarik untuk dicermati.

"Valuasi beberapa saham perbankan saat ini sebenarnya sudah di atas rata-rata angka historis yang di sekitar 2,25 persen PBV (Price to Book Value). Saat ini valuasi perbankan sudah 2,3–24 PBV. Valuasi yang tinggi ini ditopang fundamental yang masih solid dari perbankan, terutama bank besar," ujar Handy dalam Money Buzz edisi Indonesia's Banking: A pillar to economic growth in 2023, Kamis (17/11/2022).

Di sisi lain, bank umumnya memiliki kapitalisasi pasar (market capital/market cap) yang besar. Sehingga tak ayal jika sektor ini jadi buruan investor domestik maupun asing. Tren kenaikan suku bunga juga disebut akan menopang kinerja perbankan ke depan.

"Perbankan masih menarik karena ditopang kinerja profit yang berpeluang untuk lanjut terus tahun depan. Valuasi di atas rerata historis tapi fundamental solid. Ada beberapa bank yang valuasinya lebih murah tapi pertumbuhannya masih akan berlanjut. Jadi mungkin masih ada potensi upside juga dari situ ke depannya,” ujar Hendy.

 

 

Menakar Prospek Sektor Infrastruktur yang Jadi Penyumbang Ekonomi RI

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, sektor infrastruktur disebut masih menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Meski begitu, Research & Strategy PT J.P. Morgan Securities Indonesia, Henry Wibowo mengatakan sektor ini bukan satu-satunya, sebab ada sektor lain yang dinilai lebih menarik.

Sebagai gambaran, Henry menyebutkan pada periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), infrastruktur digenjot habis-habisan. Namun, berbeda pada periode II kepemimpinan Jokowi pada periode II, pembangunan infrastruktur mulai landai.

Kondisi itu dibarengi dengan adanya pandemi COVID-19 yang mengharuskan adanya pemangkasan anggaran infrastruktur dan dialokasikan sebagai dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Maka tak ayal jika progress pembangunan infrastruktur di dalam negeri sempat terganggu.

“Proyek infrastruktur periode II tidak sebanyak periode pertama. Lebih kelanjutan dari seblumnya.Tapi sektor ini tetap jadi salah satu backbone karena indonesia masih banyak penetrasinya. Kita masih butuh bangun jalan tol, bandara dan lainnya,” kata Henry, dikutip Rabu (12/10/2022).

 

 

Peluang

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Alih-alih memaksakan investasi pada infrastruktur sebagai kontribusi terbesar pendapatan negara, Henry mengatakan pemerintah perlu mempertimbangkan peluang investasi lainnya yang lebih menarik bagi investor asing di masa mendatang.

Henry menyinggung soal potensi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia. Hal ini dapat menjadi peluang investasi untuk ekosistem kendaraan listrik.

“Hilirisasi adalah topik yang penting atau bahkan lebih penting dari infrastruktur sekarang ini. Investor asing masuk Indonesia uangnya bukan buat bikin jalan tol, tapi smelter baterai EV. Jadi kita juga harus melihat tren arahnya kemana. Karena kalau buka investasinya infrastruktur terus tapi demandnya tidak ada, kita harus shifting,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya