Profil Nathan Blecharczyk, Pendiri Airbnb yang Sempat Masuk Daftar Orang terkaya AS di Bawah 40 Tahun

Nathan Blecharczyk bersama dengan dua rekannya, Brian Chesky dan Joe Gebbia, mendirikan Airbnb, sebuah marketplace yang dapat digunakan untuk mengatur atau menawarkan penginapan, homestay.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Mar 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2023, 06:00 WIB
Nathan Blecharczyk Salah Satu Pendiri Airbnb
Nathan Blecharczyk adalah seorang pengusaha miliarder Amerika Serikat. Dia merupakan salah satu pendiri Airbnb, sekaligus menjabat Chief Strategy Officer perusahaan. Kredit: TeroVesalainen from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Nathan Blecharczyk adalah seorang pengusaha miliarder Amerika Serikat. Dia merupakan salah satu pendiri Airbnb, sekaligus menjabat Chief Strategy Officer perusahaan.

Nathan Blecharczyk lahir pada 1983, dan dibesarkan di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat. Nathan Blecharczyk belajar di Boston Latin Academy. Selama sekolah menengah, dia membuat bisnis perangkat lunak (software) sendiri untuk mendapatkan uang.

Ia menyelesaikan pendidikan tingginya dari Harvard University dan berhasil mengantongi gelar Bachelor of Arts di bidang Ilmu Komputer. Setelah lulus, dia bekerja untuk beberapa perusahaan seperti Microsoft sebagai manajer program, dan OPNET Technologies sebagai insinyur.

Hingga pada 2008, Nathan Blecharczyk bersama dengan dua rekannya, Brian Chesky dan Joe Gebbia, mendirikan Airbnb, sebuah marketplace yang dapat digunakan untuk mengatur atau menawarkan penginapan, homestay, atau pengalaman wisata. Nathan Blecharczyk mengawasi ekspansi Airbnb di Kuba pada 2015. Dia akhirnya menjadi chief strategy officer Airbnb pada 2017, dan dia juga diumumkan sebagai Ketua Airbnb China.

Pada tahun yang sama, ia juga masuk dalam daftar The World`s Billionaires oleh Forbes, di mana ia tercatat sebagai orang terkaya ke-474 di dunia dengan perkiraan kekayaan bersih sebesar USD 3,8 miliar. Sebelumnya, pada 2016 dia sempat menduduki peringkat ke-4 dalam daftar America's Richest Entrepreneurs Under 40 Forbes. Saat itu, dia berusia 33 tahun dengan kekayaannya berkisar USD 3,3 miliar.

Dia berada di bawah Mark Zuckerberg dan Dustin Moskovitz yang mendulang kekayaan dari Facebook, serta Garrett Camp dari Uber Technologies. Bisnis Airbnb terpukul selama pandemi Covid-19. Pada Mei 2020 perusahaan melakukan PHK terhadap 25 persen tenaga kerjanya, atau hampir 1.900 orang. Meski begitu, perusahaan memantapkan langkah untuk go public pada Desember 2020 dengan kode saham ABNB.

Diketahui, saham perusahaan melonjak pada debutnya di Bursa. Saham ABNB naik 113 persen ke USD 144,71 dari harga IPO sebesar USD 68. Kekayaan Nathan Blecharczyk terpantau menukik setelah aksi tersebut. Sebagai gambaran, berdasarkan data Forbes, kekayaan Nathan Blecharczyk pada 2020 tercatat sebesar USD 4,1 miliar. Kemudian naik signifikan pada 2021 mencapai USD 12,4 miliar.

Sejak saat itu, kekayaan Nathan Blecharczyk terpantau turun. Pada 2022, kekayaan bersihnya tercatat sebesar USD 9,2 miliar. Sementara per 7 Maret 2023, kekayaannya susut menjadi USD 8,6 miliar, atau berada pada peringkat 222 sebagai orang terkaya di dunia versi Forbes.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Airbnb Terpaksa Angkat Kaki dari China

Airbnb
Airbnb. (Foto: Airbnb)

Sebelumnya, Airbnb menutup persewaan domestiknya di China, di mana kebijakan nol-Covid-19 dan lockdown untuk menekan penularan Virus Corona berlangsung.

Dilansir dari BBC, Selasa (24/5/2022) sebuah sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan bahwa semua daftar untuk rumah di China akan dihapus dari situs web Airbnb pada musim panas mendatang. 

Airbnb mengungkapkan, penginapan di China hanya menghasilkan 1 persen dari pendapatannya selama beberapa tahun terakhir.

Perusahaan itu saat ini justru fokus pada warga China yang bepergian ke luar negeri ke destinasi lain.

Sebagai informasi, Airbnb mendirikan bisnisnya di China pada tahun 2016.

Sejak itu, sekitar 25 juta tamu atau pengguna Airbnb telah memesan penginapan di China melalui persewaan rumah online.

Tetapi sumber yang mengetahui keputusan perusahaan membeberkan bahwa operasi sewa domestik untuk pelancong yang mengunjungi China saat ini rumit dan mahal untuk dijalankan bahkan sebelum pandemi.

Misalnya, rincian tamu dikirim ke pemerintah China sesuai dengan undang-undang dan peraturan setempat, dan perusahaan telah menghadapi persaingan yang kuat dari platform persewaan lokal.

Sebelum pandemi Covid-19, pelancong China yang menuju ke luar negeri telah meningkat tiga kali lipat dalam waktu kurang dari satu dekade, dengan 155 juta perjalanan pada 2019, menurut Organisasi Pariwisata Dunia PBB.

Tetapi sejak tahun 2020, China memberlakukan beberapa pembatasan Covid-19 terberat di dunia, membuat perjalanan ke dan di sekitar negara itu sangat sulit.

 

 


Airbnb Segera Hapus Daftar Akomodasinya dari China

Ilustrasi
Ilustrasi airbnb. (dok. pexels/cottonbro)

Sebelumnya, Airbnb akan menutup listing-nya di China setelah dua tahun penguncian "tanpa akhir yang terlihat" di negara itu, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut pada CNN, dilansir Selasa, 24 Mei 2022.

Perusahaan berbagi akomodasi mengambil keputusan berdasarkan tren penurunan bisnis di pusat ekonomi terbesar kedua di dunia, dan kendala operasi "mahal dan kompleks" yang diperparah dampak COVID-19, sumber itu mengatakan. Mulai musim panas ini, Airbnb akan menghapus daftar dan penawarannya di Tiongkok.

Menurut sumber itu, pihak perusahaan tidak akan menghentikan operasinya di negara itu sepenuhnya. Perusahaan akan terus memiliki kantor di Beijing dengan ratusan karyawan yang akan fokus pada pelancong asing dan proyek global. Perusahaan multinasional merasakan perlambatan di China karena terus jadi salah satu tempat terakhir di Bumi yang mengejar kebijakan "nol Covid."

Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan kota di China daratan telah dikunci karena pihak berwenang bekerja untuk membasmi virus corona baru. Pendekatan tersebut merusak perekonomian dan mengganggu hampir semua lini bisnis utama, dari Big Tech hingga barang konsumsi.

Merek internasional, dari Apple (AAPL) hingga Estee Lauder (EL), telah memperingatkan dampak finansial dari pembatasan tersebut. Airbnb tercatat diluncurkan di China pada 2016. Seperti industri lain, perjalanan ke luar negeri oleh pelanggan China, sebagian besar ke tujuan lain di sekitar kawasan Asia Pasifik, merupakan peluang besar bagi perusahaan.

 

 

infografis miliarder dunia
Pendatang baru miliarder dunia
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya