Transisi Energi, Bayan Resources Bicara Peluang Konversi Batu Bara ke Produk Petrokimia

PT Bayan Resources Tbk (PJAA) ancang-ancang untuk diversifikasi bisnis, seiring transisi energi yang tengah digenjot pemerintah.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Mei 2023, 22:40 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2023, 22:40 WIB
Transisi Energi, Bayan Resources Bicara Peluang Konversi Batu Bara ke Produk Petrokimia
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) telah ancang-ancang untuk melakukan diversifikasi bisnis di tengah transisi energi. (Foto: Bayan Resources)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bayan Resources Tbk (BYAN) telah ancang-ancang untuk melakukan diversifikasi bisnis, seiring dengan transisi energi yang tengah digalakkan pemerintah.

Direktur Bayan Resources Alexander Ery Wibowo menyebutkan salah satu bisnis yang potensial dalam waktu dekat adalah konversi batu bara menjadi produk petrokimia. "Memang yang kelihatan saat ini adalah bisa menjadi industri petrochemical," kata Alex, Senin (22/5/2023).

Di sisi lain, Alex mengatakan permintaan global untuk produk batu bara masih tinggi. Sehingga ini menjadi peluang lain saat nanti permintaan batu bara dalam negeri mulai menipis. Di samping itu, lini usaha perseroan tidak hanya terpaku pada aktivitas pertambangan, melainkan juga mengakomodir dari sisi logistik. Sehingga perseroan optimis dapat bertahan lebih lama.

"Setidaknya apabila tidak diperlukan lagi, maka saat ini prediksi bisa dimanfaatkan untuk industri petrokimia,” imbuh dia.

Diakui Alex, transisi energi akan berpengaruh pada model bisnis perseroan ke depan. Namun, untuk saat ini, atau setidaknya sampai target nol emisi tercapai pada 2060, perseroan masih memiliki peluang untuk menyumbang kontribusi.

Misalnya, mobil listrik menjadi salah satu produk yang digejot terkait dengan transisi energi hijau karena menggunakan bahan bakar berupa baterai. Namun, pengisian daya baterai diperlukan sumber listrik berdaya besar, yang saat ini banyak ditopang oleh batu bara.

Ke depan, jika sumber listrik yang digunakan untuk pengisian daya perlahan beralih pada energi terbarukan, perusahaan batu bara bisa mencoba bermanuver dengan melakukan diversifikasi hasil olahan batu bara. Secara teknis, perusahaan batu bara bisa mulai melakukan transisi melalui peningkatan kualitas batu bara dengan sulfur rendah, sehingga lebih ramah lingkungan.

Selain itu, batu bara juga bisa dikonversi untuk kebutuhan petrokimia seperti methanol dan ethanol. "Lokomotif dari kelistrikan nasional dan transportasi nasional adalah PLN dan Pertamina. Memang, proses (transisi) ini berjalan terus. Tapi setidaknya direction dari industri batu bara untuk kelistrikan, maka saya memprediksi akan bisa dimanfaatkan untuk industri petrochemical,” kata Alex.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Indonesia Mulai Transisi Energi, Bayan Resources Pantau Peluang Ekspor

Pertambangan  PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg
Pertambangan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg

Sebelumnya, salah satu perusahaan pertambangan batu bara terbesar di Indonesia, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) optimistis memiliki prospek yang cukup cerah dalam masa transisi energi.

Indonesia menargetkan nol emisi pada 2060. Sembari menunggu waktu itu tiba, Direktur PT Bayan Resources Indonesia Tbk Alexander Ery Wibowo mengatakan bahwa Indonesia masih membutuhkan sumber energi listrik berbasis batu bara.

Di sisi lain, hilirisasi batu bara sebagai upaya diversifikasi bisnis usai 2060 juga membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sebentar.

"Kekayaan alam batu bara di Indonesia pada 2022 91,8 miliar ton, ini kekayaan alam yang baik penambang bisa manfaatkan dengan fungsi yang beda-beda. Seperti untuk kelistrikan untuk industri lainnya seperti hilirisasi memang butuhkan waktu dan teknologi. Kebetulan kondisi pasar belum menunjang secara keekonomiannya untuk investasi dalam skala besar. Tapi dengan potensi sumber daya batu bara yang ada, seiring waktu sampai 2060 kami percaya nanti akan ada perkembangan teknologi yang bisa tercapai,” kata dia dalam  CNBC Green Economic Forum, Senin (22/5/2023).

Di sisi lain, Alex mengatakan permintaan global untuk produk batu bara masih tinggi. Sehingga ini menjadi peluang lain saat nanti permintaan batu bara dalam negeri mulai menipis. Di samping itu, lini usaha perseroan tidak hanya terpaku pada aktivitas pertambangan, melainkan juga akomodasi dari sisi logistik. Sehingga perseroan optimis dapat bertahan lebih lama.

Sebelum batu bara banyak dialokasikan untuk ekspor, Alex memperkirakan peluang yang bisa dimanfaatkan pelaku usaha batu bara adalah melakukan diversifikasi atau hilirisasi batu bara menjadi produk petrokimia. Namun, untuk saat ini, perseroan juga berkomitmen untuk turut memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. “Setidaknya apabila tidak diperlukan lagi, maka saat ini prediksi bisa dimanfaatkan untuk industri petrokimia,” imbuh dia.

 


Menakar Peluang Bisnis Batu Bara di Tengah Transisi Energi

Pertambangan  PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg
Pertambangan PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Foto bayan.com.sg

Sebelumnya, Indonesia tengah menjajaki proses transisi energi hingga mencapai emisi nol pada 2060. Kondisi ini menjadi momok bagi prospek perusahaan batu bara, lantaran sumber energi yang satu ini dianggap tak ramah lingkungan.

Meski begitu, bukan berarti perusahaan batu bara tak bisa ambil peluang di masa transisi ini. Direktur PT Bayan Resources Indonesia Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo mengatakan, perusahaan batu bara bisa tetap berkontribusi sembari target nol emisi itu dikebut. Hal ini salah satunya mengingat waktu untuk transisi yang tidak sebentar. Di samping itu, batu bara masih menjadi sumber listrik andalan di banyak negara.

"Untuk para pelaku usaha tambang batu bara saya pikir kita tetap bisa optimis berkontribusi dalam masa transisi energi. Sebagaimana saat ini hingga 5-10 tahun ke depan, batu bara dimanfaatkan untuk sumber listrik dan menjadi backbone di beberapa negara Asia, seperti Indonesia, Filipina, China, India, Bangladesh dan beberapa lainnya," kata Alex dalam CNBC Green Economic Forum secara virtual, Senin (22/5/2023).


Diversifikasi Usaha

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung mengabadikan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebagai gambaran, mobil listrik menjadi salah satu produk yang digejot terkait dengan transisi energi hijau karena menggunakan bahan bakar berupa baterai. Namun, pengisian daya baterai diperlukan sumber listrik berdaya besar, yang saat ini banyak ditopang oleh batu bara.

Ke depannya, jika sumber listrik yang digunakan untuk pengisian daya perlahan beralih pada energi terbarukan, perusahaan batu bara bisa mencoba bermanuver dengan melakukan diversifikasi hasil olahan batu bara.

Secara teknis, perusahaan batu bara bisa mulai melakukan transisi melalui peningkatan kualitas batu bara dengan sulfur rendah, Sehingga lebih ramah lingkungan. Selain itu, batu bara juga bisa dikonversi untuk kebutuhan petrokimia seperti methanol dan ethanol.

"Jadi tetap pelaku industri batu bara bisa berkontribusi dengan tingkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan sekitar dan melakukan upaya konversi," pungkas Alex.

 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain
Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya