Wall Street Bervariasi Setelah Rilis Data Inflasi AS

Wall street bervariasi pada perdagangan Jumat, 29 September 2023. Indeks Dow Jones catat koreksi terbesar jelang akhir pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Sep 2023, 07:14 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2023, 07:12 WIB
Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Jumat, 29 September 2023. (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan  Jumat, 29 September 2023. Investor mengamati perkembangan terbaru tentang potensi penutupan pemerintah atau shutdown dan mengakhiri bulan yang sulit untuk saham.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (30/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 158,84 poin atau 0,47 persen ke posisi 33.507,50. Koreksi saham di indeks Dow Jones dipimpin perusahaan travel. Indeks S&P 500 tergelincir 0,27 persen ke posisi 4.288,05. Indeks Nasdaq naik tipis 0,14 persen ke posisi 13.219,32.

Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat seiring pelaku pasar menyambut baik data yang menunjukkan inflasi yang mungkin mereda. Di wall street, indeks Dow Jones sempat naik 227 poin atau 0,7 persen. Sedangkan indeks S&P 500 bertambah 0,8 persen. Indeks Nasdaq menguat 1,4 persen ke posisi terbaiknya pada sesi ini.

Pembacaan terbaru indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau personal consumption expenditures (PCE) yang merupakan metrik inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed) dirilis pada Jumat pagi ini. PCE inti yang tidak mencakup harga pangan dan energi berfluktuatif naik 0,1 persen pada Agustus dan 3,9 persen setiap tahun.

Ekonom yang disurvei oleh indeks Dow Jones prediksi PCE inti akan naik 0,2 persen secara bulanan dan 3,9 persen dari tahun ke tahun.

Namun, kekhawatiran investor mengenai potensi penutupan pemerintah membebani pasar pada sesi perdagangan. Pemimpin Partai Republik di DPR gagal meloloskan Rancangan Undang-Undang Belanja jangka pendek pada Jumat pekan ini sehingga memperkuat kekhawatiran anggota parlemen the Federal tidak akan mencapai kesepakatan tepat waktu.

“Pasar juga perlu menghadapi kemungkinan penutupan pemerintah,” ujar Portfolio Manager Commonwealth Financial Network, Chris Fasciano seperti dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, berapa lama hal ini berlangsung dan bagaimana dampaknya terhadap data ekonomi jangka pendek, kepercayaan konsumen, dan suku bunga akan menjadi topik utama yang harus diperhatikan investor.

 


Pasar Khawatir

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, indeks S&P 500 mengakhiri bulan ini dengan susut 4,9 persen, dan kuartal ini lebih rendah 3,7 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 5,8 persen pada September, dan turun 4,1 persen pada kuartal tersebut.

Keduanya mencatat bulan-bulan terburuknya pada 2023. Indeks Dow Jones mencatat penurunan 3,5 persen pada September 2023, dan koreksi 2,6 persen pada kuartal ini.

“Saham telah menurun terlalu banyak dan terlalu cepat selama masa musiman yang bergejolak sepanjang tahun ini didorong oleh daftar panjang kekhawatiran di tengah keyakinan the Fed akan melakukan soft landing dan sekarang pintu kekhawatiran pasar terbuka lebar karena investor mengajukan pertanyaan mengenai prospek ekonomi,”

Indeks Dow Jones dan S&P 500 mengakhiri pekan ini dengan penurunan masing-masing sekitar 1,3 persen dan 0,7 persen. Indeks Nasdaq naik 0,06 persen.


Penutupan Wall Street pada 28 September 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 28 September 2023. Wall street mencoba mengurangi koreksi pada September dan pelaku pasar terus memantau imbal hasil obligasi AS.

Dikutip dari CNBC, Jumat (29/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 116,07 poin atau 0,35 persen menjadi 33.666,34. Indeks S&P 500 mendaki 0,59 persen ke posisi 4.299,70. Indeks Nasdaq melambung 0,83 persen ke posisi 13.201,28.

Tiga indeks acuan di wall street cenderung lesu pada September 2023. Indeks Dow Jones melemah 3 persen pada September 2023, dan lebih rendah 2 persen pada kuartal ini. Indeks S&P 500 terpangkas 4,6 persen dan sepanjang kuartal ini tergelincir 3,4 persen. Indeks Nasdaq turun 5,9 persen pada September 2023, dan melemah 4,3 persen pada kuartal ini.

Sektor jasa komunikasi melompat 1,2 persen dan memimpin di S&P 500. Kenaikan sektor jasa komunikasi itu didorong saham Meta Platforms sebesar 2 persen, saham Intel dan Cisco Systems naik masing-masing 1,6 persen dan 1,3 persen.

“Anda hanya mendapatkan sedikit penangguhan dari tekanan jual. Tanpa katalis yang besar, biasanya sulit untuk mempertahankan pergerakan tersebut ke satu arah,” ujar Investment Strategy Analyst Baird, Ross Mayfield.

Rata-rata saham utama mendapatkan dorongan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun. Saham mengalami kesulitan akhir-akhir ini dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan prospek suku bunga lebih tinggi lebih lama dari perkiraan.

 


Imbal Hasil Obligasi AS Melonjak

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun yang menjadi acuan telah mencapai level tertinggi baru dalam 15 tahun. Hal ini karena data yang dirilis pada Kamis pekan ini menunjukkan pasar tenaga kerja masih tangguh dengan klaim pengangguran lebih rendah dari perkiraan. Suku bunga acuan turun level itu pada hari berikutnya.

Pasar saham telah mengambil isyarat dari pasar obligasi akhir-akhir ini dengan lonjakan suku bunga yang meningkatkan kekhawatiran terhadap resesi dan mengirim saham ke posisi terendah baru.

Sementara itu, indeks S&P 500 mencapai level terendah sejak Juni pada pekan ini karena imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai level tertinggi sejak 2007.

Investor akan mengalihkan perhatian mereka ke pembacaan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi terbaru yang akan dirilis pada Jumat pekan ini. Rilis personal consumption expenditure (PCE) merupakan metrik inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS.

Wall street juga awasi Washington seiring negosiasi anggota parlemen mengenai rancangan undang-undang belanja AS berlanjut sebelum batas waktu 1 Oktober.

Ketua DPR Kevin McCarthy yakin Kongres akan hindari penutupan atau shutdown pada akhir pekan ini meski dia kritik rancangan undang-undang yang diusulkan oleh Senat karena tidak menangangi keamanan perbatasan. Pelaku pasar ragu McCarthy dapat menyelaraskan partainya di DPR sesuai tenggat waktu.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya