Liputan6.com, Jakarta - Harga perkantoran di AS diperkirakan akan anjlok, dan pasar real estat komersial akan menghadapi penurunan setidaknya selama sembilan bulan lagi, menurut survei Markets Live Pulse Bloomberg terbaru.
Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (2/10/2023), sekitar dua pertiga dari 919 responden yang disurvei Bloomberg percaya pasar perkantoran AS hanya akan pulih setelah keruntuhan parah. Mayoritas mengatakan harga real estat komersial AS tidak akan mencapai titik terendah hingga paruh kedua tahun 2024 atau setelahnya.
Baca Juga
Hal ini merupakan kabar buruk bagi utang real estate komersial senilai USD 1,5 triliun atau setara Rp 23.208 triliun (asumsi kurs Rp 15.471 per dolar AS) yang menurut Morgan Stanley akan jatuh tempo sebelum akhir 2025.
Advertisement
Pembiayaan kembali utang tersebut tidak akan mudah, terutama sekitar 25 persen properti komersial berupa gedung perkantoran. Indeks harga properti komersial Green Street telah turun 16 persen dari puncaknya pada Maret 2022.
Nilai Properti Komersial Terpukul Keras
Nilai properti komersial terpukul keras oleh kampanye pengetatan agresif The Fed, yang menghilangkan biaya utama kepemilikan properti yaitu biaya pembiayaan.
Namun, pemberi pinjaman yang ingin melepas eksposur mereka kini hanya menemukan sedikit pilihan yang cocok, karena tidak banyak pembeli yang yakin bahwa pasar sudah mendekati titik terendah.
Yang menambah masalah adalah tekanan di kalangan bank-bank regional, yang memiliki sekitar 30 persen utang gedung perkantoran pada 2022, menurut laporan Maret dari Goldman Sachs Group Inc.
Bank-bank kecil mengalami penyusutan simpanan mereka hampir 2 persen selama 12 bulan yang berakhir pada 2022. Menurut The Fed, setelah Silicon Valley Bank dan Signature Bank bangkrut. Hal ini berarti berkurangnya pendanaan bagi bank, sehingga mengurangi kapasitas mereka untuk memberikan pinjaman.
Kerugian akibat suku bunga yang lebih tinggi memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dirasakan oleh para pemilik real estat komersial AS, yang nilai totalnya senilai USD 11 triliun atau setara Rp 170.181 triliun oleh Morgan Stanley.
Investor gedung perkantoran, misalnya, sering kali memiliki pembiayaan jangka panjang dengan suku bunga tetap, dan penyewanya juga dapat dikenakan sewa jangka panjang.
Penutupan Wall Street pada 29 September 2023
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Jumat, 29 September 2023. Investor mengamati perkembangan terbaru tentang potensi penutupan pemerintah atau shutdown dan mengakhiri bulan yang sulit untuk saham.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (30/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 158,84 poin atau 0,47 persen ke posisi 33.507,50. Koreksi saham di indeks Dow Jones dipimpin perusahaan travel. Indeks S&P 500 tergelincir 0,27 persen ke posisi 4.288,05. Indeks Nasdaq naik tipis 0,14 persen ke posisi 13.219,32.
Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat seiring pelaku pasar menyambut baik data yang menunjukkan inflasi yang mungkin mereda. Di wall street, indeks Dow Jones sempat naik 227 poin atau 0,7 persen. Sedangkan indeks S&P 500 bertambah 0,8 persen. Indeks Nasdaq menguat 1,4 persen ke posisi terbaiknya pada sesi ini.
Pembacaan terbaru indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau personal consumption expenditures (PCE) yang merupakan metrik inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed) dirilis pada Jumat pagi ini. PCE inti yang tidak mencakup harga pangan dan energi berfluktuatif naik 0,1 persen pada Agustus dan 3,9 persen setiap tahun.
Ekonom yang disurvei oleh indeks Dow Jones prediksi PCE inti akan naik 0,2 persen secara bulanan dan 3,9 persen dari tahun ke tahun.
Advertisement
Kekhawatiran Investor
Namun, kekhawatiran investor mengenai potensi penutupan pemerintah membebani pasar pada sesi perdagangan. Pemimpin Partai Republik di DPR gagal meloloskan Rancangan Undang-Undang Belanja jangka pendek pada Jumat pekan ini sehingga memperkuat kekhawatiran anggota parlemen the Federal tidak akan mencapai kesepakatan tepat waktu.
“Pasar juga perlu menghadapi kemungkinan penutupan pemerintah,” ujar Portfolio Manager Commonwealth Financial Network, Chris Fasciano seperti dikutip dari CNBC.
Ia menambahkan, berapa lama hal ini berlangsung dan bagaimana dampaknya terhadap data ekonomi jangka pendek, kepercayaan konsumen, dan suku bunga akan menjadi topik utama yang harus diperhatikan investor.
Kinerja Indeks Acuan
Sementara itu, indeks S&P 500 mengakhiri bulan ini dengan susut 4,9 persen, dan kuartal ini lebih rendah 3,7 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 5,8 persen pada September, dan turun 4,1 persen pada kuartal tersebut.
Keduanya mencatat bulan-bulan terburuknya pada 2023. Indeks Dow Jones mencatat penurunan 3,5 persen pada September 2023, dan koreksi 2,6 persen pada kuartal ini.
“Saham telah menurun terlalu banyak dan terlalu cepat selama masa musiman yang bergejolak sepanjang tahun ini didorong oleh daftar panjang kekhawatiran di tengah keyakinan the Fed akan melakukan soft landing dan sekarang pintu kekhawatiran pasar terbuka lebar karena investor mengajukan pertanyaan mengenai prospek ekonomi,”
Indeks Dow Jones dan S&P 500 mengakhiri pekan ini dengan penurunan masing-masing sekitar 1,3 persen dan 0,7 persen. Indeks Nasdaq naik 0,06 persen.
Advertisement