Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia berhasil mencatatkan kinerja positif sepanjang 2023. Akan tetapi, jika dibandingkan negara tetangga angka pasar modal di Tanah Air masih terbilang kecil.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menuturkan, kapitalisasi pasar baru mencapai 46% dari PDB dibandingkan dengan negara-negara ASEAN tertentu sudah lebih dari 100%.
Baca Juga
"Meski menggembirakan, tapi Jika ditinjau dari potensi masih relatif kecil. Nilai market kapitalisasi pasar modal Indonesia baru 46% PDB dibandingkan negara-negara ASEAN tertentu yang sudah lebih dari 100%. Begitu juga dengan jumlah SID, baru 6,4% dari penduduk usia produktif di Indonesia," kata Mahendra dalam acara Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/1/2023).
Advertisement
Untuk memaksimalkan potensi domestik, OJK mengambil langkah melalui percepatan penyelesaian pemeriksaan dan pengaturan sanksi terintegrasi untuk lembaga jasa keuangan. Hal penting lain memberikan perlindungan terhadap investor dan masyarakat diantaranya dengan pengawasan perilaku jasa keuangan atau market conduct.
“Seluruh anomali UMA, termasuk pergerakan harga saham yang tidak normal dikaji dianalisis dan dipantau ketat. Sehingga menjamin tidak terjadi pelanggaran aturan yang berlaku,” imbuhnya.
Sejak awal anggota dewan komisioner periode 3 yang ditugaskan sejak juli 2022, seluruh masalah yang terjadi di setiap bidang industri jasa keuangan dibahas dan diputuskan oleh dewan komisioner melalui proses yang terintegrasi.
"Penggalangan dana dan pembiayaan ke depan akan semakin mengandalkan kemampuan dalam negeri yang semakin besar. Yang hanya bisa terjadi bila disertai peningkatan integritas kredibilitas dan governansi pasar serta perlindungan konsumen yang dijamin," kata dia.
Pencapaian di Pasar Modal
Semua perusahaan pelaku pasar dan industri harus mematuhi tanpa pengecualian. Semua proses yang OJK lakukan secara reguler dilaporkan ke publik sebagai bentuk keterbukaan dan akuntabilitas OJK.
Di samping itu, Mahendra menjelaskan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 6,16% di ke level 7.272 dan nilai kapitalisasi pasar terus mengalami pertumbuhan sepanjang 2023.
“Ini merupakan tingkat tertinggi kedua di ASEAN setelah Vietnam. Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 11.674 triliun atau secara pertumbuhan 22,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Mahendra.
Sedangkan untuk Indonesia Composite Bond Index (ICBI) tumbuh 8,63 persen dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) ditutup 212,64 atau terkoreksi 2,33 persen dibanding tahun lalu. Namun kapitalisasi pasar ISSI tercatat sebesar Rp 6.146 triliun atau meningkat 28,41 persen.
Mahendra juga mengungkapkan ada peningkatan dana di pasar modal melalui penawaran umum. Sampai 29 Desember 2023, OJK telah mengeluarkan sebanyak 222 penawaran umum, terdiri dari 77 penawaran umum perdana saham, 25 penawaran umum terbatas, 150 penawaran umum sukuk.
“Dengan total nilai hasil penawaran umum seluruhnya Rp 255,21 triliun. Jauh di atas target Rp 200 triliun pada tahun 2023 yang lalu. Dari 222 kegiatan penawaran umum tersebut, 80 di antaranya adalah emiten baru,” jelas Mahendra.
Adapun, total investor di pasar modal Indonesia kini telah mencapai 12,16 juta atau meningkat 5 kali lipat dalam 4 tahun terakhir, dengan mayoritasnya didominasi investor bawah 40 tahun.
Advertisement
IHSG Tumbuh 6,1% pada 2023, Catat Posisi 2 di ASEAN
Sebelumnya diberitakan, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatat pertumbuhan positif sepanjang 2023. Hal itu di tengah sentimen global yang menciptakan ketidakpastian.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (30/12/2023), IHSG melonjak 6,1 persen ke posisi 7.272,8 secara year to date (Ytd). Kinerja positif tersebut membawa IHSG berada di peringkat dua di ASEAN. Sedangkan di Asia Pasifik, pertumbuhan IHSG berada di peringkat ke-7. Di dunia, pertumbuhan IHSG berada di posisi ke-24.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG dipengaruhi sejumlah hal antara lain menyambut tahun politik. Kemudian ada konflik di Timur Tengah. "Selanjutnya kebijakan the Fed yang pada saat itu masih cenderung higher for longer,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.
Sepanjang 2023, sektor saham infrastruktur catat penguatan terbesar. Sektor saham infrastruktur melambung 80,75 persen. Disusul sektor saham basic materials atau bahan baku naik 7,51 persen, dan sektor saham keuangan melesat 3,07 persen. Selain itu, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 0,82 persen dan sektor saham properti menguat 0,41 persen.
Sementara itu, sektor saham teknologi terpangkas 14,07 persen dan catat koreksi terbesar. Disusul sektor saham perawatan kesehatan turun 12,07 persen, sektor saham energi melemah 7,84 persen, sektor saham industri tergelincir 6,86 persen. Selanjutnya sektor saham transportasi dan logistic susut 3,64 persen, sektor saham konsumer siklikal melemah 3,46 persen.
Nilai Transaksi Harian
Selain itu, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) tercatat berada pada posisi Rp10,75 triliun, diikuti dengan volume transaksi harian di angka 19,8 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi harian mencapai 1,2 juta kali.
Terdapat rekor baru dari sisi kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai angka Rp11.762 triliun pada 28 Desember 2023. Rekor baru lain juga tercatat dari sisi volume transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar 89 miliar lembar saham pada 31 Mei 2023.
Dari sisi pertumbuhan investor, jumlah investor pasar modal pada 2023 mencatatkan pertumbuhan sebesar 17,95% dari 10,31 juta pada 2022 meningkat menjadi 12,16 juta per 27 Desember 2023.
Jumlah tersebut terdiri dari jumlah investor saham dan surat berharga lainnya (5,25 juta), reksa dana (11,40 juta), surat berharga negara atau SBN (1 juta). Sedangkan dari data demografi per 27 Desember 2023, investor pasar modal masih didominasi oleh 62,03% laki-laki, 56,41% usia di bawah 30 tahun, 31,77% pegawai (negeri, swasta dan guru), 64,19% lulusan SMA, 45,80% berpenghasilan 10-100 juta/bulan dan 67,68% berdomisili di pulau Jawa.
Advertisement