Liputan6.com, Jakarta - Hari Buruh Internasional diperingati pada 1 Mei tiap tahun. Peringatan ini untuk menghormati pencapaian yang telah diperjuangkan oleh pekerja di seluruh dunia.
Di Indonesia, Hari Buruh atau May Day masuk dalam hari libur nasional, sehingga Bursa juga libur pada hari tersebut. Artinya, hanya ada 4 hari Bursa pada pekan ini. Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengimbau para trader memperhatikan sejumlah sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan harga-harga saham.
Baca Juga
"Dari US ada sentimen interest rate dengan konsensus stay di 5,5%, unemployment rate dengan konsensus stay di 3,8% dan Non-Farm Payrolls dengan konsensus turun dari 303 ribu ke 243 ribu," kata Angga dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (30/4/2024).
Advertisement
Dari dalam negeri, investor diimbau memerhatikan sentimen manufacturing PMI yang diperkirakan turun dari 54,2 ke 54,1, inflation rate tahunan (Year on Year/YoY) yang diprediksi naik dari 3,05% ke 3,4%. Kemudian inflation rate bulanan (Month to Month/MoM) yang diperkirakan naik dari 0,52% ke 0,8%. Kemudian core inflation rate YoY yang diprediksi naik dari 1,77% ke 1,9% dan core inflation rate MoM dengan forecast naik dari 0,52% ke 0,8%.
Berkaca pada data-data ekonomi dan sentimen tersebut, Angga merekomendasikan saham-saham yang menarik dicermati selama empat hari perdagangan hingga Jumat, 3 Mei 2024. Saham-saham tersebut antara lain, Buy on Pullback PTRO dengan support 4.790 dan resistance pada 5.550. Kemudian Buy RAJA dengan support 1.350 dan resistance 1.420. Lalu Buy on Pullback BBCA dengan support 9.100 dan resistance: 9.700.
Â
Pratinjau Pasar Pekan Lalu
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,72% dalam sepekan lalu ke level 7.036 pada akhir perdagangan Jumat, 26 April 2024. Angga menjelaskan IHSG tersandera 2 sektor top loser IDX BASIC yang ambles 3,37% dan IDX TRANS turun 3,17%.
Sementara itu dua saham top gainers yang menahan IHSG tidak ambles makin dalam yakni IDX TECHNO yang naik 1,6% dan IDX INFRA naik 0,96%. Angga menyebutkan ada sejumlah sentimen yang mempengaruhi pergerakan market pada minggu lalu yakni kenaikan suku bunga, net sell asing, yield obligasi, kuatnya ekonomi AS dan sentimen harga komoditas.
"Bank Indonesia menaikkan suku bunga 25 bps pada pekan lalu untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah, tapi Dollar ternyata masih terlalu kuat. Terakhir Rupiah di 16.241," kata Angga.
Â
Advertisement
Sentimen AS
Sementara itu, net sell asing mencapai 4,8 triliun dalam seminggu, terbesar pada saham-saham blue chip big banks. Yield obligasi 10Y Indonesia 7,25% dan US 4,7%. Dana di pasar saham diserap bond market karena risiko atau return yang jauh lebih menarik.
Terkait sentimen ekonomi US yang masih kuat, Angga menjelaskan pasar tenaga kerja Initial Jobless Claims April 207 ribu dan prev 212 ribu. Selanjutnya ada sentimen sektor komoditas, dimana emas mulai mengalami koreksi setelah tensi Timur Tengah mereda, tapi government buying dan chinese demand masih menopang harganya. Oil melanjutkan penguatan, di mana Brent 2,9% dan WTI 1,4%. Copper menguat 2% melanjutkan tren setelah Rusia kena sanksi dan LME tidak bisa menerima ekspor dari Rusia.