Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan Senin, (28/10/2024). IHSG merosot di tengah rupiah yang tertekan terhadap dolar AS dan bursa saham Asia Pasifik yang menghijau.
Mengutip data RTI, IHSG merosot 0,78 persen ke posisi 7.634,63. Indeks LQ45 susut 0,89 persen ke posisi 934,85. Sebagian besar indeks saham acuan melemah.
Baca Juga
Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.714,73 dan level terendah 7.599,62. Sebanyak 365 saham melemah sehingga menekan IHSG. 203 saham menguat dan 227 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.291.534 kali dengan volume perdagangan 20,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.720.
Advertisement
Investor asing jual saham Rp 250,15 miliar. Dengan demikian, sepanjang 2024, investor asing beli saham Rp 40,65 triliun.
Sektor saham bervariasi dengan kecenderungan mayoritas melemah. Sektor saham teknologi turun 1,48 persen, dan pimpin koreksi. Sektor saham infrastruktur terpangkas 1,34 persen, sektor saham kesehatan turun 0,86 persen dan sektor saham keuangan susut 0,85 persen.
Selain itu, sektor saham energi merosot 0,56 persen dan sektor saham nonsiklikal melemah 0,07 persen. Sedangkan sektor saham basic menguat 0,23 persen, sektor saham industri mendaki 0,41 persen, sektor saham consumer siklikal menanjak 0,15 persen, sektor saham properti melesat 0,36 persen dan sektor saham transportasi bertambah 0,14 persen.
Pada awal pekan ini, saham SMRA naik 4,03 persen ke posisi Rp 645 per saham. Harga saham SMRA dibuka naik 20 poin ke posisi Rp 640 per saham. Saham SMRA berada di level tertinggi Rp 660 dan level terendah Rp 640 per saham. Total frekuensi perdagangan 5.602 kali dengan volume perdagangan 860.200 saham. Nilai transaksi Rp 55,8 miliar.
Sementara itu, harga saham AKRA turun 3,55 persen ke posisi Rp 1.360 per saham. Harga saham AKRA dibuka turun 10 poin ke posisi Rp 1.400 per saham. Harga saham AKRA berada di level tertinggi Rp 1.400 dan terendah Rp 1.360 per saham. Total frekuensi perdagangan 8.236 kali dengan volume perdagangan 302.996 saham. Nilai transaksi Rp 41,7 miliar.
Apa Saja Sentimen IHSG?
Mengutip Antara, dalam kajian tim riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG dan bursa regional Asia cenderung tertekan, pasar tampaknya menilai prospek stimulus dari Bank Rakyat China (PBoC) yang melakukan langkah terbaru oleh otoritas moneter China untuk mendiversifikasi perangkat kebijakan moneternya, yang bertujuan untuk mempertahankan tingkat likuiditas yang wajar dalam sistem perbankan.
PBoC meluncurkan instrumen moneter pasar terbuka baru untuk memastikan likuiditas dalam sistem perbankan, di sisi lain, pasar juga menantikan prospek stimulus fiskal China sehubungan dengan laba yang diperoleh perusahaan industri. Biro Statistik Nasional China mengungkapkan industrial profits China menurun 3,5 persen year on year (yoy) menjadi senilai 5.228,16 miliar Yuan China.
Selanjutnya, pelaku pasar pada pekan ini menantikan rilis data PMI Manufaktur China, di sisi lain, pasar khawatir ketidaksabilan politik di Jepang, di saat koalisi yang berkuasa kehilangan mayoritas parlemen.
"Partai Demokrat Liberal dan mitra koalisinya kehilangan mayoritas mereka di majelis rendah, meningkatkan ketidakpastian politik dan ekonomi dan semakin mempersulit rencana normalisasi Bank Jepang,” demikian seperti dikutip.
Sementara itu, Bank of Japan (BOJ) akan memutuskan kebijakan moneter pada hari Kamis, meskipun diperkirakan akan mempertahankan kebijakan tidak berubah, yang akan berdampak pada kebijakan ekonomi Jepang ke depan.
Advertisement
Top Gainers-Losers
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham SAFE melonjak 24,74 persen
- Saham SOSS melonjak 24,44 persen
- Saham BEBS melonjak 20 persen
- Saham SONA melonjak 19,58 persen
- Saham TOTL melonjak 17,73 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham BTEK merosot 25 persen
- Saham SUNI merosot 23,65 persen
- Saham MFIN merosot 15,93 persen
- Saham TNCA merosot 15,76 persen
- Saham CNKO merosot 14,29 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham BBRI senilai Rp 906,8 miliar
- Saham BMRI senilai Rp 785,9 miliar
- Saham BBCA senilai Rp 417,3 miliar
- Saham BRMS senilai Rp 360 miliar
- Saham BBNI senilai Rp 267,8 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham BBRI tercatat 70.606 kali
- Saham BSBK tercatat 69.975 kali
- Saham AWAN tercatat 65.442 kali
- Saham PSAB tercatat 43.581 kali
- Saham BMRI tercatat 29.925 kali
Indeks Nikkei Pimpin Penguatan
Indeks Nikkei 225 di Jepang dan indeks Topix menguat pada Senin, 28 Oktober 2024. Hal ini terjadi di tengah yen yang melemah di tengah ketidakpastian politik setelah Partai Demokrat Liberal Jepang atau LDP kehilangan mayoritas di parlemen.
Mengutip CNBC, indeks Nikkei naik 1,82 persen ke posisi 38.605,53. Indeks Nikkei di Jepang memimpin kenaikan di Asia. Indeks Topix melesat 1,51 persen ke posisi 2.657,78. Sementara itu, Yen melemah 0,64 persen menjadi 153,28 pada awal pekan ini.
LDP dan koalisi Komeito mengamankan 215 kursi dari total 465 kursi. Sedangkan oposisi partai Demokrasi Konstitusional dan Partai Demokrasi untuk rakyat meraih suara signifikan dalam pemilihan.
Sejumlah analis menuturkan, ketidakpastian politik ini dapat menghalangi Bank of Japan untuk menaikkan suku bunga.
Ekonom Bank of America, Izumi Devalier menuturkan, meski ketidakpastian dan ketidakstabilan politik dapat menunda kenaikan suku bunga. Bank of Japan tidak dapat mengabaikan pelemahan yen yang berkelanjutan.
"Saya tidak berpikir itu berarti BOJ akan menunda untuk waktu yang lama. Jelas, Anda harus memperhatikan perkembangan pasar, tetapi kita masih dapat menaikkan suku bunga pada Januari atau bahkan Desember, tergantung pada pergerakan yen,” kata dia.
Indeks Kospi di Korea Selatan naik 1,13 persen ke posisi 2.612,43. Indeks Kosdaq melesat 1,8 persen ke posisi 740,48. Indeks ASX 200 di Australia mendaki 0,12 persen ke posisi 8.221,5.
Indeks Hang Seng Hong Kong membalikkan koreksi dengan naik 0,18 persen. Indeks CSI 300 di China menguat 0,2 persen ke posisi 3.964,16. Hal ini setelah China melaporkan angka laba industri terburuk sejak pandemi COVID-19. Laba industri di China anjlok 27,1 persen year on year (YoY) pada September.
Advertisement