Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan alasan terjadinya penurunan pada Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Maret 2025. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Indonesia menurun 0,17 poin menjadi 52,98, pada Maret 2025.
Sebelumnya, pada Februari 2025 nilai IKI twrcatat 53,15. Nilai IKI pada Maret 2025 juga melambat 0,07 poin dari yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu sebesar 53,05.
Baca Juga
Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief mengatakan, penurunan IKI bulan ini disebabkan oleh laju produksi yang diperkecil, karena manufaktur sudah mempercepat produksi pada Januari-Februari.
Advertisement
"IKI turun di bulan Maret disebabkan karena industri sudah melakukan produksi untuk memenuhi permintaan di bulan Puasa Ramadan dan Lebaran. Jadi produksi sudah dilakukan pada Januari-Februari lalu,” kata Febri, dalam Konferensi Pers IKI Maret 2025, disiarkan Rabu (26/3/2025).
"Jadi pada bulan Maret ini mereka tinggal menjual, mendistribusikan dan menjual produk mereka,” ungkapnya.
Febri mencatat, produksi manufaktur makanan-minuman sedikit menurun pada Maret 2025. "Kita tahu bahwa industri makanan dan minuman banyak melakukan produksi dalam menyambut bulan Ramadan dan Lebaran, sehingga membutuhkan banyak pengemasan produk," kata dia.
Ia pun memastikan, Kementerian Penindustrian terus memantau perkembangan industri produk makanan dan minuman, untuk mengetahui bila adanya tekanan.
Selain itu, Febri juga menyebut, penurunan IKI didorong oleh kontraksi pada industri karet, barang dari karet, serta barang dari plastik.
"Secara keseluruhan kami lihat industri ini masih wait and see terutama industri yang berorientasi ekspor atas perang dagang yang terjadi di internasional. Terutama yang kebijakan kenaikan tarif yang akan diberlakukan oleh pemerintah Amerika Serikat,” imbuhnya.
21 Subsektor Ekspansi
Febri menyampaikan, sebanyak 21 subsektor mengalami ekspansi, di mana kontribusi 21 subsektor yang ekspansi tersebut terhadap PDB triwulan IV 2024 sebesar 96,5 persen.
Artinya, dari 23 subsektor yang dikelola oleh Kementerian Perindustrian, hampir sebagian besar subsektor penyumbang PDB nasional berada pada posisi atau berstatus ekspansi.
Febri mengungkapkan, subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah industri percetakan reproduksi media rekaman, industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional.
"Untuk industri yang mengalami ekspansi paling tinggi, kita lihat industri pencetakan dan reproduksi media rekaman, dan industri farmasi, mengalami ekspansi, memiliki IKI tertinggi,,” bebernya.
Advertisement
2 Subsektor Alami Kontraksi
Sementara itu, terdapat dua subsektor yang mengalami kontraksi yakni subsektor karet, barang dari karet, barang dari plastik, serta subsektor industri furniture.
Adapun industri pencetakan dan reproduksi itu yang mengalami permintaan yang cukup tinggi, terutama terkait dengan kemasan produk industri makanan dan minuman.
Industri farmasi, produksi obat kimia dan obat tradisional juga mengalami permintaan yang cukup tinggi, terutama pada sisi industri farmasi. Febri menjelaskan, perkembangan ini disebabkan karena meningkatnya permintaan di subsektor tersebut.Percepatan ekspansi terjadi juga pada nilai IKI persediaan produk sebesar 0,34 poin, menjadi 53,86.
"Nilai ini di atas 50, artinya ekspansif,” beber Febri.
