Liputan6.com, Jakarta - Obligasi adalah surat utang yang dapat diperdagangkan dengan imbalan kupon. Obligasi termasuk ke dalam instrumen investasi dengan pendapatan tetap, berarti investor akan menerima imbal hasil yang sama selama periode tertentu.
Obligasi dianggap sebagai salah satu instrumen investasi rendah risiko, stabil dan memberikan untuk cukup tinggi.
Baca Juga
Seperti investasi di instrumen investasi lainnya, dalam investasi obligasi juga memerlukan strategi agar hasil investasi obligasi yang dilakukan maksimal. Melansir laman BNI Sekuritas, Jumat (17/1/2025), ada beberapa hal ini bisa menjadi tips investasi obligasi.
Advertisement
Pertama, kenali jenis Obligasi, pilih sesuai profil risiko. Secara umum jenis obligasi terbagi menjadi dua, yaitu Obligasi Pemerintah dan Obligasi Korporasi.
Obligasi pemerintah adalah surat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia atau sering juga disebut dengan Surat Utang Negara (SUN). Penerbitan SUN bertujuan untuk membiayai pembangunan negara. Obligasi pemerintah memiliki risiko rendah karena dijamin Undang-Undang No.24 Tahun 2022 dan cocok untuk investor yang mengutamakan keamanan.
Jenis kedua adalah obligasi korporasi. Obligasi korporasi adalah surat utang diterbitkan oleh Perusahaan swasta, BUMN dan BUMD yang bertujuan untuk pembiayaan perusahaan. Keuntungan yang didapat berupa kupon dan capital gain saat penjualan obligasi.
Obligasi korporasi memiliki risiko yang lebih besar dari obligasi pemerintah karena adanya kemungkinan Perusahaan tidak mampu untuk membayar kupon ataupun mengembalikan pokok obligasi.
Pahami Kupon dan Yield Obligasi
Kupon dan yield obligasi penting untuk diketahui sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi. Keduanya berkaitan dengan hasil dan keuntungan yang akan diperoleh. Kupon obligasi adalah bunga yang akan diterima secara berkala selama jangka waktu tertentu.
Sedangkan untuk yield merupakan total keuntungan yang diperoleh dari investasi obligasi, dihitung berdasarkan harga obligasi di market. Yield dapat berubah tergantung pada harga obligasi naik atau turun di pasar sekunder.
Ketahui Risiko Obligasi
Obligasi memang menawarkan pendapatan tetap dalam jangka waktu tertentu, tetapi perlu diingat bahwa tetap ada risiko dalam investasi obligasi.
Terdapat tiga hal yang menjadi risiko obligasi, antara lain yang pertama adalah Risiko Likuiditas. Risiko ini muncul karena obligasi biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk dijual kembali, terutama jika investor ingin mencairkan dana sebelum jatuh tempo.
Jika menjual obligasi sebelum masa berakhir, investor mungkin mengalami kerugian. Risiko kedua adalah gagal bayar. Risiko gagal bayar terutama berlaku untuk obligasi korporasi. Dalam kondisi tertentu, perusahaan yang menerbitkan obligasi mungkin gagal membayar bunga atau pokok obligasi, sehingga investor bisa kehilangan pendapatannya. Risiko ketiga adalah fluktuasi harga.
Harga obligasi bisa berubah-ubah, terutama dipengaruhi oleh perubahan suku bunga. Ketika suku bunga rendah, harga obligasi biasanya naik. Sebaliknya, ketika suku bunga naik, harga obligasi turun. Oleh karena itu, investor perlu mempertimbangkan perubahan suku bunga dan melakukan perencanaan.
Advertisement
Mengenal Obligasi, Instrumen Investasi yang Bisa Dilirik saat Suku Bunga Turun
Sebelumnya, Obligasi adalah instrumen utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Sebagai salah satu pilihan investasi, obligasi menawarkan imbal hasil berupa kupon (bunga) yang dibayarkan secara periodik hingga jatuh tempo.
Namun, kapan waktu yang tepat untuk melirik obligasi sebagai pilihan investasi?
Salah satu momentum untuk berinvestasi pada obligasi adalah saat suku bunga turun. Melansir berbagai sumber, penurunan suku bunga meningkatkan harga obligasi di pasar sekunder.
Selain itu, obligasi yang sudah diterbitkan dengan kupon tetap menjadi lebih menarik dibandingkan instrumen lain dengan imbal hasil yang menyesuaikan suku bunga terkini. Jenis obligasi yang direkomendasikan adalah obligasi pemerintah atau obligasi korporasi dengan kupon tetap.
Kondisi lainnya, yakni saat terjadi ketidakpastian. Obligasi, terutama obligasi pemerintah, dianggap sebagai instrumen investasi yang relatif aman (safe haven) dibandingkan saham saat kondisi ekonomi tidak menentu. Investor cenderung mencari stabilitas dan kepastian pembayaran kupon.
Jenis obligasi yang direkomendasikan adalah obligasi pemerintah seperti Surat Utang Negara (SUN) atau obligasi berbasis syariah (sukuk).
"Ke depannya, pasar obligasi masih terkait kondisi eksternal, terutama terkait kebijakan tarif yang akan diterapkan Trump dan arah suku bunga Fed," kata Ekonom BCA, David Sumual kepada Liputan6.com, Jumat (17/1/2025).
Ketika Volatilitas Pasar Saham Tinggi
Saat volatilitas pasar saham sedang tinggi, juga menjadi momentum untuk masuk pasar obligasi. Obligasi memiliki risiko lebih rendah dibandingkan saham, sehingga menjadi pilihan ideal untuk mendiversifikasi portofolio.
Saat pasar saham fluktuatif, obligasi dapat memberikan pendapatan tetap yang stabil. Jenis obligasi yang direkomendasikan adalah obligasi dengan tenor pendek hingga menengah.
Obligasi menawarkan stabilitas dan pendapatan tetap, sehingga dapat mengurangi risiko keseluruhan portofolio yang terlalu berat di saham atau aset berisiko tinggi lainnya. Instrumen ini cocok untuk diversifikasi. Jenis yang direkomendasikan adalah kombinasi obligasi pemerintah dan korporasi dengan profil risiko yang sesuai.
Advertisement