Liputan6.com, Jakarta - Dalam dunia investasi, dividen menjadi salah satu sumber pendapatan pasif yang banyak diandalkan oleh para investor. Namun, banyak yang belum memahami bagaimana cara mengoptimalkan dividen agar dapat terus berkembang dan meminimalkan beban pajak yang harus dibayar.
Perencana keuangan dan pendiri Finansialku, Melvin Mumpuni berbagi strategi reinvestasi dividen serta cara memanfaatkan kebijakan pajak agar lebih efisien. Menurut Melvin, dividen yang diterima investor sebaiknya tidak langsung dihabiskan, melainkan diinvestasikan kembali agar nilainya terus berkembang.
Baca Juga
"Ketika kita menerima hasil dari investasi, sebaiknya hasil tersebut kita putar kembali agar terus bertumbuh,” kata Mevin dalam Webinar Trik Magic Bebas Pajak Dividen, Sabtu, 15 Februari 2025.
Advertisement
Selain itu, Melvin juga menyoroti pentingnya pemahaman tentang pajak dividen yang berlaku di Indonesia. Saat ini, pajak dividen untuk individu dikenakan tarif sebesar 10%.
Strategi Pajak 0% untuk Dividen
Melvin menjelaskan bahwa bagi pemegang saham perusahaan yang menerima dividen dari PT pribadi yang belum terdaftar di bursa efek, ada kesempatan untuk mendapatkan pajak dividen sebesar 0%. Caranya adalah dengan menginvestasikan kembali dividen tersebut ke dalam instrumen investasi di Indonesia.
"Misalnya, jika kita memiliki PT dan mendapatkan dividen sebesar Rp100 juta, jika uang tersebut langsung digunakan untuk keperluan pribadi, maka akan dikenakan pajak 10%. Namun, jika dividen itu diinvestasikan kembali ke dalam instrumen tertentu, pajaknya bisa menjadi 0%," ujar dia.
7 Faktor Jadi Pertimbangan
Dividen tersebut bisa dialihkan pada instrumen lain untuk sementara waktu. Melvin memberikan panduan dalam memilih instrumen investasi, ada tujuh faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Return (Keuntungan yang diharapkan)
2. Risk (Risiko yang mungkin terjadi)
3. Time Period (Jangka waktu investasi)
4. Liquidity (Kemudahan pencairan investasi)
5. Tax (Pajak yang dikenakan)
6. Legalitas (Keamanan dan regulasi investasi)
7. Unique Consideration (Preferensi khusus seperti syariah atau ESG – Environment, Social, and Governance)
Kondisi Pasar dan Strategi Parkir Dana Dalam situasi pasar saat ini, Melvin menyarankan agar investor yang belum yakin untuk masuk ke pasar saham bisa terlebih dahulu “memarkir” dana mereka di instrumen yang lebih stabil, seperti reksa dana pasar uang.
"Kalau kita belum yakin, parkir dulu di reksa dana pasar uang. Cari yang return-nya stabil di kisaran 3-5% per tahun, dengan standar deviasi rendah agar tidak fluktuatif,” katanya.
Untuk catatan saja, Melvin mengingatkan pelaporan pajak untuk individu dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) memiliki batas waktu hingga 31 Maret setiap tahunnya, sementara untuk korporasi hingga 30 April.
"Jika dividen sudah diterima tetapi belum diputuskan untuk diinvestasikan kembali, bisa ditempatkan dulu di instrumen sementara seperti reksa dana pasar uang. Ini membantu agar tetap memenuhi aturan pajak tanpa harus terburu-buru dalam mengambil keputusan investasi,” jelasnya.
Dengan pemahaman yang tepat, investor dan pemilik bisnis dapat mengoptimalkan keuntungan dari dividen mereka. Reinvestasi yang cerdas serta pemanfaatan kebijakan pajak yang tersedia dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan pertumbuhan kekayaan secara legal dan efisien.
"Yang penting bukan hanya mendapatkan dividen, tetapi bagaimana cara kita mengelolanya agar hasilnya lebih optimal,” pungkasnya.
Advertisement
Perusahaan di China Catat Rekor Pembayaran Dividen
Sebelumnya, perusahaan-perusahaan China menarik minat investor dengan rekor pembayaran dividen dan pembelian kembali atau buyback saham. Hal ini terjadi di tengah reformasi tata kelola perusahaan yang ketat.
Mengutip CNBC, Rabu (12/2/2025), tahun lalu, perusahaan-perusahaan China yang tercatat membayar dividen 2,4 triliun yuan atau USD 328 miliar. Jumlah dividen itu sekitar Rp 5.357 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.334).
Demikian berdasarkan data dari Komisi Regulasi Sekuritas China atau China Securities Regulatory Commission (CSRC). Selain itu, perusahaan-perusahaan juga gelar buyback saham senilai 147,6 miliar yuan atau sekitar Rp 329,95 triliun (asumsi satu yuan 2.235 terhadap rupiah), tertinggi sepanjang masa.
Goldman Sachs prediksi distribusi kas perusahaan-perusahaan China dapat mencapai 3,5 triliun yuan pada 2025, dan mencapai rekor tertinggi. Hal itu disampaikan Analis Goldman Sachs Kinger Lau dalam catatan yang diterbitkan pada awal Februari.
Sementara itu, Analis HSBC Herald van der Linde menyuarakan sentimen serupa mengenai prospek dividen tertinggi yang pernah tercatat.
“Saya pikir itu akan terus berlanjut. Perusahaan tidak tahu di mana harus menyimpan uangnya. Mereka tidak mendapatkan terlalu banyak dari saham, jadi mereka mengembalikannya kepada pemegang saham. Ini adalah perubahan pola pikir yang sangat besar,” ujar dia.
Lebih dari 310 perusahaan diperkirakan telah membagikan dividen yang melebihi 340 miliar yuan pada Desember 2024 dan Januari 2025. Ini menandai lonjakan sembilan kali lipat dalam jumlah perusahaan yang membayar dividen dan meningkat 7,6 kali lipat dalam total pembayaran dibandingkan periode sama tahun lalu, demikian disebutkan CSRC.
Data Goldman Sachs juga menunjukkan hasil dividen pada saham China naik menjadi 3 persen, level tertinggi dalam hampir satu dekade.
Saham China dengan hasil dividen tinggi mengungguli saham di pasar negara berkembang Asia sekitar 15%, menurut data indeks.
Prioritas bagi Pemerintah
Van der Linde menuturkan, Pemerintah China telah aktif mendorong perusahaan untuk membayar pengembalian pemegang saham yang lebih tinggi dengan memberikan insentif pajak.
Meningkatkan pengembalian pemegang saham menjadi prioritas bagi Dewan Negara dan CSRC pada 2024. Oktober 2024, bank sentral Tiongkok meluncurkan program pinjaman ulang bertarget sebesar 300 miliar yuan untuk membantu perusahaan tercatat dan pemegang saham utama membeli kembali saham. Pada April 2024, regulator juga memperkuat standar pencatatan saham, menekan penjualan saham yang melanggar hukum, dan memperkuat regulasi pembayaran dividen.
Pada Agustus tahun lalu, 677 perusahaan tercatat melaporkan rencana dividen tunai, naik dari 500 pada periode yang sama tahun lalu pada 2023, data dari Asosiasi Perusahaan Publik China menunjukkan.
Sementara itu, dalam catatan Allianz Global Investors, perusahaan milik negara terutama menjadi terdepan. Seiring lonjakan pembayaran dividen dan buyback saham. Beberapa perusahaan terkemuka termasuk PetroChina dengan imbal hasil dividen sekitar 8 persen dan CNOOC Group dengan imbal hasil 7,54 persen.
“Hal ini sangat didorong oleh Beijing dalam upaya meningkatkan efisiensi perusahaan,” ujar Chairman Rayliant Global Advisors, Jason Hsu.
Advertisement
Langkah Pemerintah China
Ia menambahkan, pemerintah China juga menyediakan suku bunga pinjaman menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan China untuk membiayai peningkatan dividen. Perusahaan swasta juga meningkatkan pembayaran tunao. Raksasa e-commerce JD.com menyetujui pembelian kembali saham senilai USD 5 miliar selama tiga tahun pada September di atas imbal hasil dividen 1,9 persen.
Khususnya untuk perusahaan berkapitalisasi besar, investor dapat mengandalkan lebih banyak rekor pembayaran dividen, terutama dari raksasa BUMN, kata Hsu kepada CNBC.
Namun, rasio pembayaran dividen Tiongkok, yang mengukur dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dibandingkan dengan laba bersih perusahaan, masih tertinggal dari beberapa negara Asia lainnya.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Reuters dan LSEG, rasio pembayaran dividen Tiongkok mencapai 52,58% hingga akhir Januari. Meskipun lebih tinggi dari Jepang sebesar 36,12% dan Korea Selatan sebesar 27,6%, angka tersebut masih tertinggal dari Australia sebesar 89,2% dan Singapura sebesar 78,13%, dan negara-negara lainnya.
