Pergerakan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) berada di zona merah pada Senin (13/1/2014). Ada dua sentimen yang mempengaruhi pergerakan saham PGAS mulai dari rencana akuisisi PT Pertamina (Persero) terhadap PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Selain itu, anak usaha perseroan yaitu PT Saka Energi Indonesia mendapatkan hak membeli dahulu blok Ujung Pangkah PSC dari Hess Corporation. Nilai transaksi diperkirakan mencapai US$ 650 juta.
Saham PGAS sempat bergerak melemah sekitar 2%. Berdasarkan data RTI pukul 09.58 WIB, saham PGAS turun 1,47% ke level Rp 4.370. Pergerakan saham PGAS pun berusaha untuk mengurangi penurunan tajam. Saham PGAS bergerak di kisaran Rp 4.410.
Harga saham PGAS sempat berada di level tertinggi 4.500 dan terendah 4.280. Sementara itu, nilai transaksi perdagangan saham sekitar Rp 100,6 miliar. Pada pukul 11.45 WIB, saham PGAS bertengger di kisaran Rp 4.435 per saham.
Sejumlah analis menilai, rencana pemerintah memberikan lampu hijau kepada PT Pertamina (Persero) mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) telah mempengaruhi pergerakan saham PGAS pada Senin pekan ini.
Ada kekhawatiran pelaku pasar, rencana akuisisi itu dapat mempengaruhi kepemilikan saham publik yang beredar di bursa. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham perseroan antara lain pemerintah sebesar 56,96% dan publik kurang dari lima persen sebesar 43%.
"Dengan akuisisi itu akan membuat kepemilikan saham di publik menjadi terdilusi sehingga direspon negatif oleh pelaku pasar," ujar Kepala Riset PT Samuel Sekuritas, Adrianus Bias, saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.
Adanya lampu hijau pemerintah agar Pertamina mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang dipimpin oleh Hendi Prio Santoso ini tertuang dalam risalah rapat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan bersama dewan direksi dan komisaris Pertamina pada awal Januari 2014.
Dalam risalah rapat itu, Pertamina menyatakan, penyatuan Pertagas dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk merupakan langkah terbaik. Pertamina akan menggabungkan Pertagas dengan PGAS sehingga hasil penggabungan usaha itu menjadi anak usaha Pertamina.
Analis PT KDB Daewoo Securities, Andrew Argado menilai, penggabungan usaha itu memang memiliki tujuan baik yang dapat berdampak positif untuk masyarakat. Infrastruktur yang dimiliki oleh Pertagas dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk dapat bersinergi sehingga membuat operasional lebih efisien.
"Kalau dampak kinerja maka perseroan bukan cari keuntungan semata, mereka tetap mencatatkan untung namun fokus beri layanan kepada masyarakat dengan harga gas ekonomis," ujar Andrew.
Namun, Andrew menilai, pelaku pasar memiliki kekhawatiran saham yang beredar di publik akan berkurang dengan adanya rencana akuisisi Pertamina terhadap PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Sementara itu, Adrianus menilai, bila PT Perusahaan Gas Negara Tbk dipegang oleh Pertamina maka menjadi kurang independen. Strategi bisnis perseroan akan dipegang oleh Pertamina sehingga dapat mempengaruhi kinerja perseroan.
Penerapan kebijakan open acess juga akan mempengaruhi kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). "Bila akuisisi ini berjalan maka Pertamina terapkan open acess terhadap PGN sehingga kapasitas distribusi gas yang memiliki margin lebih tinggi akan dipaksakan menjadi bisnis transmisi yang marginnya lebih kecil," kata Adrianus.
Adrianus mengatakan, pelaku pasar dapat melepas sementara saham PGAS dulu dalam jangka pendek. Hal itu didorong dari sentimen negatif dari rencana akuisisi itu. "Kalau jangka panjang masih bisa buy," tutur Adrianus.
PT Perusahaan Gas Negara Indonesia ditopang oleh sejumlah bisnis antara lain bisnis distribusi gas, transmisi gas, sewa fiber optik dan lainnya. Hingga kini, bisnis distribusi gas menjadi kontribusi utama perseroan.
Hingga kuartal ketiga 2013, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 2,2 miliar dari periode sama tahun sebelumnya US$ 1,83 miliar. Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$ 642 juta hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai US$ 621 juta. (Ahm)
Baca juga:
Pemerintah Restui Pertamina Caplok PGN
Selain itu, anak usaha perseroan yaitu PT Saka Energi Indonesia mendapatkan hak membeli dahulu blok Ujung Pangkah PSC dari Hess Corporation. Nilai transaksi diperkirakan mencapai US$ 650 juta.
Saham PGAS sempat bergerak melemah sekitar 2%. Berdasarkan data RTI pukul 09.58 WIB, saham PGAS turun 1,47% ke level Rp 4.370. Pergerakan saham PGAS pun berusaha untuk mengurangi penurunan tajam. Saham PGAS bergerak di kisaran Rp 4.410.
Harga saham PGAS sempat berada di level tertinggi 4.500 dan terendah 4.280. Sementara itu, nilai transaksi perdagangan saham sekitar Rp 100,6 miliar. Pada pukul 11.45 WIB, saham PGAS bertengger di kisaran Rp 4.435 per saham.
Sejumlah analis menilai, rencana pemerintah memberikan lampu hijau kepada PT Pertamina (Persero) mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) telah mempengaruhi pergerakan saham PGAS pada Senin pekan ini.
Ada kekhawatiran pelaku pasar, rencana akuisisi itu dapat mempengaruhi kepemilikan saham publik yang beredar di bursa. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemegang saham perseroan antara lain pemerintah sebesar 56,96% dan publik kurang dari lima persen sebesar 43%.
"Dengan akuisisi itu akan membuat kepemilikan saham di publik menjadi terdilusi sehingga direspon negatif oleh pelaku pasar," ujar Kepala Riset PT Samuel Sekuritas, Adrianus Bias, saat dihubungi Liputan6.com, Senin pekan ini.
Adanya lampu hijau pemerintah agar Pertamina mengakuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang dipimpin oleh Hendi Prio Santoso ini tertuang dalam risalah rapat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan bersama dewan direksi dan komisaris Pertamina pada awal Januari 2014.
Dalam risalah rapat itu, Pertamina menyatakan, penyatuan Pertagas dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk merupakan langkah terbaik. Pertamina akan menggabungkan Pertagas dengan PGAS sehingga hasil penggabungan usaha itu menjadi anak usaha Pertamina.
Analis PT KDB Daewoo Securities, Andrew Argado menilai, penggabungan usaha itu memang memiliki tujuan baik yang dapat berdampak positif untuk masyarakat. Infrastruktur yang dimiliki oleh Pertagas dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk dapat bersinergi sehingga membuat operasional lebih efisien.
"Kalau dampak kinerja maka perseroan bukan cari keuntungan semata, mereka tetap mencatatkan untung namun fokus beri layanan kepada masyarakat dengan harga gas ekonomis," ujar Andrew.
Namun, Andrew menilai, pelaku pasar memiliki kekhawatiran saham yang beredar di publik akan berkurang dengan adanya rencana akuisisi Pertamina terhadap PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Sementara itu, Adrianus menilai, bila PT Perusahaan Gas Negara Tbk dipegang oleh Pertamina maka menjadi kurang independen. Strategi bisnis perseroan akan dipegang oleh Pertamina sehingga dapat mempengaruhi kinerja perseroan.
Penerapan kebijakan open acess juga akan mempengaruhi kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). "Bila akuisisi ini berjalan maka Pertamina terapkan open acess terhadap PGN sehingga kapasitas distribusi gas yang memiliki margin lebih tinggi akan dipaksakan menjadi bisnis transmisi yang marginnya lebih kecil," kata Adrianus.
Adrianus mengatakan, pelaku pasar dapat melepas sementara saham PGAS dulu dalam jangka pendek. Hal itu didorong dari sentimen negatif dari rencana akuisisi itu. "Kalau jangka panjang masih bisa buy," tutur Adrianus.
PT Perusahaan Gas Negara Indonesia ditopang oleh sejumlah bisnis antara lain bisnis distribusi gas, transmisi gas, sewa fiber optik dan lainnya. Hingga kini, bisnis distribusi gas menjadi kontribusi utama perseroan.
Hingga kuartal ketiga 2013, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 2,2 miliar dari periode sama tahun sebelumnya US$ 1,83 miliar. Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$ 642 juta hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai US$ 621 juta. (Ahm)
Baca juga:
Pemerintah Restui Pertamina Caplok PGN